Tuesday, December 19, 2006

Telekomunikasi Masa Depan

Seorang rekan tiba-tiba bertanya:
"Can you tell me in human language: what happens after 3G?".

Pertanyaan ini membuat saya terpana, bukannya tentang apa yang ditanyakan tapi apa yang dinyatakan. Saya pun jadi bertanya-tanya sendiri apakah selama ini orang-orang memandang jawaban atau penjelasan saya terlalu teknis atau teknologis yang tak mudah dipahami oleh manusia? Pertanyaannya muncul mungkin gara-gara ia pusing setelah mengikuti remote eLearning tentang "next generation networks" kemaren sore, atau mungkin juga gara-gara ia pening membaca berbagai ulasan tentang teknologi komunikasi 3G di Kompas kemaren.

Apapun alasannya, biasanya saya respek sama orang yang tak takut-takut menyatakan kesulitannya dan tak malu-malu menanyakan keingintahuannya. Hanya saja saya sempat bingung juga, saya musti menjawab bagaimana tanpa terminologi-terminologi teknis ataupun jargon-jargon khusus agar mudah dipahami oleh siapa saja. Akhirnya saya jawab saja:
"You will be able to pick up phone calls thru your remote control, Sir".

Siapapun tahu remote control biasanya untuk TV, dan orang pun tahu telepon. Jawaban saya tersebut membuatnya nampak terkejut. Selagi saya mikir-mikir istilah bahasa bagaimana yang paling mudah dipahami, HP-nya berdering. Setelah itu ia buru-buru pergi karena dipanggil sama atasannya. Save by the bel. Lega deh rasanya. Hehe..

Sulit juga rupanya menyamakan bahasa atau istilah kerennya protokol signaling. Produk-produk IM (Instant Messenger) publik seperti Yahoo Messenger Voice, Skype, Google Talk, ICQ Voice meskipun sama-sama menggunakan protokol internet (IP), jangankan saling bicara, saling menelpon saja belum bisa. Untuk bisa menelpon extension PABX di kantor secara internal, saat ini masih harus satu merek antara IM private dan PABXnya. Itu pun setahu saya belum semua merek PABX memiliki produk IM private yang biasanya merupakan bagian dari aplikasi kolaborasi multimedia terpisah. Bisa jadi masih sulit dibayangkan bagaimana orang bisa menerima telepon lewat remote control saat ini. Namun sulit tidak harus berarti mustahil.

Perbedaan bahasa atau signaling lebih banyak dikarenakan rancangan yang berbeda-beda dari pabrik pembuat sementara lembaga standarisasi belum berhasil menghasilkan keputusan rekomendasi atau aturan protokolnya. Perbedaan-perbedaan protokol ini diramalkan bisa diminimalkan di masa mendatang, apalagi jika pabrik tersebut bergabung menjadi satu manajemen perusahaan. Namun ramalan tanpa didasari oleh data atau statistik kadang-kadang sulit dipahami.

Setidaknya ramalan komunikasi masa depan telah mengakibatkan statistik tentang investasi di bisnis komunikasi menunjukkan perubahan data yang amat signifikan dalam setahunan belakangan ini. Perusahaan pelelangan online eBay mengakuisisi Skype seharga USD 2.6 milyar pada September tahun lalu. Bulan berikutnya, gantian Ericsson membeli aset Marconi sebesar USD 2,1 milyar. Cisco (merek terkenal dalam komunikasi data) membeli Scientific-Atlanta (provider layanan IPTV) seharga USD 6,9 milyar tunai februari lalu. Juni lalu Nokia dan Siemens bagian komunikasi carrier (bukan Enterprise dan ritel) memutuskan merger menjadi Nokia Siemens Networks. Sebulan yang lalu Presiden AS George Bush pun akhirnya merelakan Lucent Technologies bergabung dengan Alcatel dengan deal sebesar USD 11 milyar menjadi Alcatel-Lucent (jangan kebalik jadi: LucAtel, hehe..). Perusahaan baru ini segera membeli bisnis radio UMTS Nortel seharga USD 230 juta awal bulan ini. Pembelian ini memantapkan posisi Alcatel dibelakang Ericsson dan Nokia Siemens Networks dalam bisnis jaringan 3G. Sementara Nortel akan lebih memfokuskan bisnisnya di jaringan 4G.

Diluar bidang industri, investasi besar-besaran juga terjadi di kalangan operator. Di Amerika SBC membayar USD 16 milyar ke AT&T untuk mengadopsi namanya, kemudian AT&T membeli BellSouth sebesar USD 67 milyar. Sementara itu, kompetitornya Verizon membeli MCI USD 8,4 milyar. Di Eropa, Telefonica Spanyol membeli O2, operator nirkabel di beberapa negara Eropa sebesar £ 17.7 milyar (USD 31,6 milyar). Operator kabel Inggris, NTL, membeli Virgin Mobile £ 962 juta. April lalu Vodafone, operator komunikasi bergerak terbesar, menjual bisnisnya di Jepang ke operator broadband setempat Softbank seharga 1,8 triliun yen (USD 16,4 milyar) untuk dijadikan aliansi bisnis dengan Yahoo! Jepang.

Sebagai gambaran perbandingan, menurut BPS surplus perdagangan indonesia tahun ini diperkirakan meningkat menjadi USD 32 milyar dari USD 21.9 milyar tahun lalu. Sedangkan menurut Bloomberg, diperkirakan surplus perdagangan tertinggi 2006 diraih China sebesar US$ 168 miliar.

Investasi industri telekomunikasi dunia besar-besaran tersebut dengan sendirinya mengarah ke keseragaman bahasa untuk memudahkan integrasi keanekaragaman peralatan. Bisa jadi nanti-nantinya telepon, HP, radio, TV, komputer memiliki merek yang sama dan saling kompatibel, sehingga lebih memudahkan interkoneksinya.

Dulu saluran dan peralatan penerima layanan komunikasi (telepon tetap, fax dan selular), informasi (internet) dan hiburan (radio dan TV) masih harus berbeda-beda. Saat ini sudah mulai ada Speedy yang menggunakan saluran yang sama untuk telepon tetap dan internet. TelkomVision dan KabelVision menggunakan saluran yang sama untuk layanan internet dan hiburan (TV). Di sisi media, layanan internet sudah bukan lagi sekedar media informasi seperti awal-awalnya namun bisa untuk media komunikasi maupun hiburan berupa streaming radio dan TV juga. Di sisi peralatan penerima, sudah banyak HP yang dilengkapi dengan penerima radio. Dengan operator yang sama, nomor telepon dan HP bisa diprogram menjadi satu penomoran, seperti nomor Flexi dan StarOne yang mengikuti penomoran lokal (tanpa prefix 0 atau 9).

Saat ini pun satu operator sudah menyediakan multi-layanan (tidak sekedar multi-media), baik layanan komunikasi, informasi maupun hiburan. Apabila semua sentral layanan ini satu merek atau saling kompatibel sampai ke sisi pelanggan, bukannya tidak mungkin semua layanan tersebut berujung di satu terminal. Terminal ini bisa saja sebesar TV LCD 34" yang selain bisa untuk nonton TV sekeluarga, juga dilengkapi penerima radio MW/AM/FM (jika bosen nonton TV), bisa pula terdapat fasilitas-fasilitas internet seperti ngimil dan browsing (misalnya berita, jadwal, belanja, ramalan bintang, dll). Tidak tertutup kemungkinan TV tersebut dilengkapi dengan kamera untuk video calls ataupun video conference secara realtime, apalagi cuma sekedar untuk phone calls atau conference, ataupun untuk MMS atau SMS.

Jadi, jika nantinya ada teman menelpon saat nonton TV, tak perlu beranjak dari tempat duduk. Tinggal pencet tombol hijau di remote control di meja samping anda, kemudian bicaralah secara biasa karena sebenarnya di remote control tersebut sudah dilengkapi dengan handsfree, full duplex, build-in amplifier, acoustic echo and noise canceller with Automatic Microphone/Matrix Mixer. Lhoh, lhoh, lho...


Tambahan:
Seorang teman lama menilpun sekitar jam 7 pagi ini untuk menambahkan, Ericsson memutuskan membeli Redback seharga 2,1 milyar USD. Orang pun maklum, pembelian ini tentunya untuk menghadapi kompetisi di bisnis peralatan komunikasi data dengan Cisco di pasar ritel dan enterprise, serta Juniper dan Nortel di pasar Carrier.
Sumber: Bloomberg: Ericsson to Buy Router Maker Redback for $2.1 Billion
(Updated: 19-12-2006)

0 comments:

Post a Comment