Saturday, December 30, 2006

Faktor 5B: Bibit, Bobot, Bebet, Besut + Bejo

Putri IndonesiaMembaca kolom sosok di Kompas, berjudul "Sang Penyelamat Muka Bangsa" membangkitkan rasa bangga sekaligus rasa malu. Rasa bangga karena tulisan ini berisi tentang sosok seorang remaja belasan tahun dari SMA Kristen Penabur 1 Jakarta bernama Jonathan Pradana Mailoa yang memperoleh prestasi yang dahsyat dalam Olimpiadi Fisika Internasional (OFI), mengalahkan para kompetitornya dari negara-negara dengan GNP yang jauh lebih tinggi termasuk China, Amerika Serikat, Korea dan Taiwan. Rasa malu karena judul tulisan ini mengingatkan ucapan mantan presiden AS, JF Kennedy, "Janganlah pernah bertanya apa yang telah diberikan negara untukmu, tapi tanyakanlah apa yang akan engkau berikan untuk negaramu".

Dalam sejarah keikutsertaan Indonesia dalam ajang OFI, para pelajar Indonesia memang boleh dibilang sudah menjadi langganan juara. Namun baru Jonathan inilah yang pertama kali memperoleh gelar The Absolute Winner yang menjuarai teori dan praktek sekaligus mengalahkan 385 siswa dari 84 negara. Ia pun dinobatkan sebagai The Best ASEAN Student. ckckck...

Jonathan telah menjadi salah satu bukti sejarah bahwa makanan, minuman dan gizi di Indonesia bisa melahirkan seorang bibit unggul yang tak kalah dengan bangsa lain, paling tidak dalam bidang sains. Melihat daftar asal daerah para pelajar juara adu sains tingkat dunia, bibit unggul ini tidak terbatas hanya dilahirkan di Ibukota saja namun juga dari berbagai daerah.

Meskipun demikian, jika dilihat dari asal SMU para pemenang medali OFI masih terbatas dari SMU tertentu saja dibandingkan puluhan ribuan SMU yang ada di Indonesia. Di Ibukota dan kota besar lebih cenderung didominasi oleh SMU negeri, sedangkan di kota kecil dan daerah lebih didominasi oleh SMU swasta. Masing-masing sekolah memiliki citra prestasi masing-masing yang secara langsung maupun tak langsung akan memberikan atmosfir tersendiri bagi para siswa-siswinya. Sebagai contoh, SMA Kristen Penabur 1 Jakarta tersebut dari dulu sudah dikenal luas lebih berprestasi dalam mencetak individu-individu juara, terutama dalam bidang sains tingkat internasional, nasional dan regional. Beda halnya dengan, misalnya SMA 1 Yogyakarta yang dari dulu dikenal luas lebih berprestasi dalam persentase penerimaan siswanya di perguruan tinggi negeri. Sekolah Unggulan baik tingkat kotamadya, provinsi dan nasional menjadi idaman pelajar maupun orang tua yang merasa putra-putrinya memiliki bibit unggul sesuai citra prestasi sekolah tersebut yang diakui masyarakat luas.

Disamping memiliki kualifikasi bibit dan bebet yang unggul, Jonathan juga telah digembleng berbagai soal fisika yang konon bobotnya setara dengan program magister doktor MIT, Massachussets (bukan Mbandung) Institut of Technology. Setiap Sabtu, ketika para ABG umumnya larut dalam acara liburan akhir pekan, di sekolah ia ikut klub fisika membahas soal-soal fisika dengan bobot setingkat universitas. Seperti di Universitas, setiap mata kuliah memiliki bobot penilaian tersendiri sesuai jurusan yang diambilnya, ia dan sekolahnya memiliki prioritas perhatian di bidang sains daripada bidang lainnya.

Penghargaan dan penghormatan seyogyanya juga diberikan kepada orang tua Jonathan, pasangan Edhi Mailoa dan Sherlie Darmawan, yang telah merelakan putranya dibatasi waktu bermainnya bersama teman-temannya, demi menyelamatkan muka bangsa dari keterpurukan prestasi dalam berbagai bidang. Keberhasilan tim olimpiade Indonesia tak bisa lepas dari besutan Yohanes Surya PhD, sarjana fisika UI 1986 kelahiran 6 Nopember 1963, yang telah dengan tepat memilih metodologi pemilihan putra-putri terbaik bangsa untuk dibesut menjadi juara di tingkat internasional. Barangkali sejak dulu kala sudah banyak bibit unggul di Indonesia, namun belum ada yang menemukannya. Menemukan bibit unggul diantara ratusan juta pelajar Indonesia bukanlah perkara sepele namun bukanlah pula hal yang mustahil. Paling tidak Yohanes Surya PhD telah membuktikannya melalui besutan-besutannya di TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) sejak 1993. Pada 20 Maret 2004, pada usia 40 tahun ia sudah memperoleh gelar professor melalui Sidang Terbuka Senat Universitas Pelita Harapan di Lippo Karawaci. Dua bulan setelah itu (16/5-2004), Kompas memuat wawancaranya dengan Salomo Simanungkalit tentang cita-citanya mempersiapkan peneliti Indonesia meraih Nobel tahun 2020. Sosok fisikawan indonesia populer lainnya, Prof. Pantun Silaban PhD, 1 dari 32 fisikawan teori Einstein besutan Peter Gabriel Bergmann, baru memperoleh gelar profesor dalam usia 57 tahun di ITB pada tahun 1995 dan telah memasuki masa pensiun per November 2005 lalu di usia 65 tahun. Sayang sekali, di tulisannya di Kompas, Salomo Simanungkalit tidak menyinggung sama sekali apa rokoknya Pantur Silaban di masa pensiunnya: Apakah masih GG Surya 16 ya?

Cita-cita Prof. Yohanes Surya untuk mempersiapkan fisikawan Indonesia yang tidak hanya sedahsyat Prof. Pantur Silaban, bahkan memperoleh Nobel 2020 sudah seharusnya didukung oleh semua pihak yang masih punya niat menyelamatkan muka bangsa. Ataukah barangkali kurikulum pendidikan di republik ini harus dirubah untuk mempersiapkan pelajarnya menjadi orang-orang seperti Yohanes Surya di bidang-bidang lainnya. Agar kelak lulusannya bisa memiliki kemampuan membesut bibit unggul diantara putra-putri terbaik bangsa untuk mengibarkan prestasi berkelas dunia atas nama bangsa Indonesia.

Andaikata kriteria 4B setara or beda-beda tipis bingit2, maka yang dibutuhkan untuk memenangkan kompetisi adalah Bejo alias keberuntungan coz niat, doa n ikhtiar segigih apapun adakalanya blom cukup menjamin kemenangan bila tak disertai faktor 5B tersebut

Friday, December 29, 2006

Klaimer Klemar Klemer

Tadi pagi Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh SH(65) mengklaim kinerja Kejaksaan Agung sepanjang tahun 2006 bagus. Klaim ini didasarkan antara lain penanganan pidana korupsi naik 370 persen, jumlah uang pengganti yang berhasil dieksekusi 262,8 persen menjadi Rp. 1,602 triliun. Katanya klaim hasil kerjanya ini menjawab wartawan soal klaim Komite Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ketua KPK Irjen Pol (Purn) Drs H. Taufiequrachman Ruki SH (60) tidak hanya mengklaim lembaganya maju, dengan dasar kemampuan menyelesaikan penyelidikan 28 kasus dari target tahun lalu yang hanya 25. Jadi selain angka perolehan juga menyebutkan target awal. Bahkan selain menyatakan tekadnya untuk menaikkan kinerja KPK secara kuantitas dan kualitas, Pak Ruki juga berani mempublikasikan angka-angka target (35 kasus) dan keyakinan (40 kasus) yang akan diraih lembaganya tahun depan. Suatu pernyataan yang tidak hanya layak dapat acungan jempol, namun juga wajib didukung segala pihak.

Kemaren lusa (27/12), Menteri Perhubungan Ir. M Hatta Radjasa (53) dalam acara refleksi di kantornya mengklaim bahwa Dephub (Departemen Perhubungan)
"Bukan sarang korupsi".
Klaim ini dalam rangka menanggapi hasil angka temuan hasil audit tahun sebanyak 3.586 yang lebih banyak dari temuan pada 2005 dimana audit (hanya) mendapatkan 2.252 temuan. Naiknya jumlah temuan justru mencerminkan kamauan Dephub untk lebih terbuka kepada masyarakat. Sayangnya beliau tidak bersedia menyebutkan angka target temuan audit tahun 2007 depan ini.

Saat Milad Ke-76 Jam'iyatul Wasliyah (14/12) di GOR Ranggajati, Cirebon, Menteri Agama H. Muhammad Maftuh Basyuni SH (67) menyatakan Depertemen Agama Pusat yang dulu pernah di klaim Gus Dur seperti pasar dan dikenal sebagai departemen yang paling korup, mengklaim saat ini DEPAG:
"Bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)".

Hanya saja beliau lupa jumlah persisnya berapa oknum yang telah ditindak selama tahun ini. Sedangkan mengenai DEPAG di daerah-daerah, beliau mengaku tidak tahu menahu karena tanggapannya:
"Kita bukan ahli kebatinan".

Ternyata terdapat berbagai macam gaya klaim-klaiman ini, yang intinya untuk memberikan kepuasan terhadap audience-nya tentang kondisi saat ini dan syukur-syukur bisa memberikan harapan untuk lebih baik lagi di masa mendatang. Selain mewakili institusi, klaim bisa juga mewakili kelompoknya atau bahkan pribadi.

Misalnya, "Saya dahulu sewaktu pertama menjabat tidak tahu menahu, atas dukungan kalian ...", berarti dia mengklaim setidaknya ia telah berusaha keras, terlepas apapun hasilnya saat ini. Atau contoh lain, "Berkat kerjasama diantara kita, kita telah berhasil..." secara tidak langsung merupakan klaim atas keberhasilannya dalam memimpin kelompok pendengarnya, terlepas apa atau seberapa besar perannya dalam keberhasilan tersebut.

Klaim seperti Ketua KPK yang sekaligus bisa menimbulkan harapan, apalagi disertai angka-angka, termasuk klaim yang langka. Tidak juga di pemerintahan atau BUMN, di perusahaan swasta pun jarang-jarang terdengar klaim, baik dengan lugas atau samar-samar, seorang atasan atas prestasi anak buahnya yang disertai dengan target dan keyakinan angka persentase kenaikan gaji yang akan diusahakannya di tahun mendatang. Masih lumayan atasan tersebut bersedia mengklaim keberhasilan timnya yang membanggakan hati para anak-buahnya.

Kalaupun tidak ada angka target ataupun keyakinan yang akan diraih tahun mendatang, klaim sering dinanti-nanti oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Tapi kalau klaim pun tak muncul-muncul juga maka bisa-bisa bikin gregetan banyak pihak. Ada banyak gaya juga dalam menyampaikan gregetan ini dalam penantian klaim yang lugas dan jelas disertai angka-angka sebagai bukti, misalnya, "Perbaikan belum mencukupi", "Ditunggu kenyataannya", dsb. Bahkan ada pula yang bernada seolah-olah mengancam, "Jika tahun depan belum juga mampu melakukan terobosan, maka .... ....".

Bagi sebagian orang mengklaim merupakan sesuatu yang sulit dilakukan, salah-salah bisa menimbulkan kesulitan, namun tidak melakukan klaim sama sekali bukan berarti terbebas dari segala kesulitan.

Thursday, December 28, 2006

Tanya Kenapa ataukah TanyaKen apa: Happy End

Ferry Surya Perkasa (33) alias Erik Salim alias Liem Pho Ce alias YM Serlingpa Dharmakirti Yongdzin Tulku Rinpoche, buronan atas kasus kematian penyanyi lagu "Aku Tak Biasa" bernama Alda Risma Elvariani (24) di kamar Hotel Grand Menteng, Matraman Raya, Jakarta Timur, akhirnya tertangkap di Singapore dan malam ini telah berada di Jakarta. Menurut Polisi, sehari setelah malam kematian Alda (12/12), ia kabur ke Singapura dari rumahnya di Jalan Kuta Indah K 18, Kelapa Gading, Jakarta Utara bersama kedua anaknya. Polisi menemukan shabu-shabu seberat lebih kurang 10 kilogram senilai Rp 20 miliar dan menyita sebuah Nissan X Trail B 8550 0 yang digunakan Ferry malam naas itu. Mobil Jaguar dan Mercy seri S 600 tak ikut disita.

Pasangan Ferry dan Alda sering terlihat menghabiskan waktu di Diskotek Crown di kawasan Glodok, Jakarta Barat hingga menjelang pagi. Mereka selalu memesan tempat khusus di balkon yang tidak sembarang orang boleh memesannya.

Penelusuran polisi akhirnya tertuju pada rumah di Jalan Gading Kirana No.33 Jakarta Utara, rumah milik Wisnu Perkasa (36), kakak kandung Ferry. Setelah terpaksa memberikan tembakan peringatan karena tugasnya dihalang-halangi oleh keluarga dan seisi rumah, akhirnya polisi menemukan dompet atas nama Wisnu Prakarsa dan tagihan pembayaran Hotel Grand Menteng tanggal 10 hingga 12 Desember. Menurut Wisnu, Ferry sudah 2 tahun ditinggal isterinya yang saat ini berada di Taiwan bersama kedua anaknya.

Disisi lain, malam itu (13/12) ibu kandung Alda, Halimah, juga diciduk Polisi sehubungan lapora penggelapan surat kendaraan bermotor atas laporan . Hari ini Halimah dilaporkan oleh Hasan Haki, warga Kampung Kadep, Desa Telajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor atas tuduhan penipuan Rp. 90 juta.

Sosok Ferry menjadi incaran utama polisi karena terlihat di CCTV hotel bersama 4 orang lainnya. Copy rekaman CCTV tersebut dikirim ke AS untuk diteliti secara ilmiah. Dari rekaman tersebut Polisi memburu wanita di sisi Alda. Diduga bernama Yanti, yang sebelumnya disebut-sebut sekretaris Ferry tapi belakangan disebut profesinya sebagai pembantu rumah tangga Wisnu Perkasa. Ternyata Yanti sudah lama tidak ikut keluarga Wisnu maupun Ferry sejak tahun 2000. Sekarang dia bareng suaminya, Aldo, dagang di Pulogadung.

Polisi kemudian mencurigai suster Maria Imaculata Medyana atau akrab dipanggil Meidy yang diduga bekerja di klub kecantikan Klinik Pro Vitalitas, Anti Aging Center, yang terletak di Kelapa Gading Boulevard Raya. Sekitar 3-4 KM dari rumah Ferry. Para karyawan salon itu bungkam saat ditanya tentang Meidy. Akhirnya penjelasan resmi datang dari perwakilan salon tersebut yang menyatakan Meidy sudah tidak bekerja di salon itu lagi sejak agustus lalu. Selain itu ia juga menyatakan tidak ada pasien bernama Alda dari data 5 tahun terakhir.

Akhirnya, suster Meidy dijemput enam petugas Polda Metro Jaya di Jalan Pramuka Sari I RT 12/RW 08 No 25, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu pekan lalu (16/12). Rumah bercat putih itu berlantai dua dan memiliki 15 kamar. Harga sewa kamar yang ditempati suster Meidy Rp 575 ribu per bulan. Sehari kemudian polisi akhirnya membebaskan Meidy, karena dia punya alibi kuat.


Lebih 5 tahun yang lalu, pada tahun 1999 konon Alda pernah dilabrak oleh Margaretta Wang, istri Ferry. Pada waktu "melabrak" Alda di sebuah klub kecantikan di kawasan Kelapa Gading, Margaretta ditemani mantan koordinator rumah tangga keluarga Ferry, Yanti. Sedangkan Alda bersama ibunya, Halimah. Karena Margaretta tidak bisa berbahasa Indonesia, maka Yanti yang menjadi penerjemah. Dalam kesempatan itu Yanti memperkenalkan bahwa wanita yang bersamanya adalah istri Ferry yang datang untuk meminta agar Alda tak lagi mendekati Ferry yang sudah mempunyai dua orang anak. Belum sempat Alda menjawab, Halimah buru-buru menyela. Ia langsung berteriak ke arah Margaretta Wang mengatakan bahwa kalo Ferry mendekati anaknya bukanlah salah anaknya yang memang cantik dan menarik tapi istrinya yang tak bisa jaga suami. Melihat majikannya diperlakukan seperti itu oleh Halimah, Yanti terlihat naik pitam dan beradu mulut dengan Halimah. Margaretta diam saja karena tidak mengerti apa yang diomongkan mereka.

Saat cerita itu dikonfirmasikan, Yanti membenarkan cerita itu. Dia mau diajak meskipun sudah tidak ikut keluarga Ferry karena ia kasihan sama Ibu Margaretta dan orangnya amat baik hati. Setahun sebelumnya, saat tahun terakhir ia bekerja di keluarga Ferry sekitar tahun 1998, Margaretta sering mengeluh kalau Pak Ferry sedang menjalin hubungan dengan Alda. Meskipun membantah cerita tersebut, Halimah mengakui pernah didatangi oleh istri Ferry dan juga mengakui bahwa jalinan cinta almarhumah anaknya dengan Ferry sudah berlangsung lama.

Seperti pendapat musyawarah untuk mufakat, bagaimanapun dan sampai kapanpun proses musyawarahnya maka hasilnya haruslah mufakat. Banyak yang berpendapat setiap cerita wajib berakhir dengan "happy end". Kita yang terbiasa menonton sinetron, kethoprak, kartun atau membaca novel, dongeng, komik lantas bertanya-tanya seperti apa happy ending-nya? Barangkali kisah non-fiksi ini akan diakhiri dengan adegan Ferry bertobat dan kemudian hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya. Namun kita belum tahu masih berapa lama dan berapa banyak lagi kisah-kisah yang akan disuguhkan media massa sebelum sampai adegan happy end tersebut.

Wednesday, December 27, 2006

Hayang Ngapung Ngawang Ngawang

Pertama kali saya mengetahui nama Google.com pada akhir-akhir tahun 1998 dari imil seorang anggota di milis Search Engine Watch yang waktu itu dimoderatori oleh Danny Sulivan yang telah mengundurkan diri akhir bulan lalu. Imil singkat tersebut memuji mesin pencari baru bernama Google.com, layanan sebuah perusahaan baru yang didirikan Larry Page dan Sergey Brin pada 7-11/1998, alumni paska sarjana Stanford University, berdasarkan proyek tugas akhirnya berjudul BackRub yang konon mulai dikerjakan sejak awal 1996. Saya belum pernah mendengar nama BackRub ini di daftar W3 Search Engine, sebuah proyek dari Universitas Jenewa di Swiss yang dikenal sebagai barometer mesin pencari saat itu. Proyek ini memang lebih fokus dalam mempelajari CUSI (Configurable Unified Search Interface, d/h CUI). Nama BackRub juga tidak pernah terdaftar di SiFMuG, suatu search tool yang berisi lebih dari 100 mesin pencari online berbagai jenis kategori.

Apa yang pertama kali saya rasakan saat mencoba Google (ßeta) adalah kemampuannya menemukan halaman paling updata yang mengandung masukan kata kunci pada halaman pertama. Belakangan saya baru tahu ternyata Google mengandalkan apa yang mereka sebut sebagai teknologi PageRank dalam kriteria algoritma pencariannya. Sebenarnya hal ini sudah luar biasa pada saat itu karena mesin pencari pada umumnya hanya merangking berdasarkan informasi tanggal update halaman web, namun metodologi ini tak dapat diterapkan di halaman-halaman web berbasis CGI yang mulai banyak saat itu.

Saya juga takjub akan kemampuan Google dalam mencari kata kunci sampai akhir kalimat. Padahal mesin pencari paling dominan saat itu AltaVista, sebagai media promosi kecanggihan teknologi produk perusahaan komputer raksasa Digital, hanya mengarsip halaman web dengan ukuran kapasitas yang jauh lebih terbatas di servernya. Server merek Digital memang amat populer waktu itu. Meskipun iklannya di Kompas satu halaman penuh hanya menyebut nama AltaVista, orang pun sudah tahu bahwa iklan itu promosi merek Digital. Salah satu proyek digitalisasi nasional di bidang perteleponan adalah pusat informasi 108 Telkom menggunakan server Digital.

Membaca jumlah halaman web yang disimpan di server Google untuk kata kunci yang umum saja sungguh menakjubkan, saya bayangkan ruangan server Google seluas lapangan banteng. Belum lagi kecepatan pencariannya yang kurang dari hitungan 1 detik, rasanya mustahil jika lokasi fisik servernya tidak tersebar di berbagai kawasan. Saya pun melongo dibuatnya, seberapa besar investasi awal Google ini?

Tak berapa lama Larry Page dan Sergey Brin yang berumur 30-an tahun itu segera menjadi tokoh fenomenal bagi generasi muda yang berhasrat kaya mendadak di dunia seperti Jeff Bezos, yang dalam umur 35 tahun sudah terpilih sebagai "Man of The Year 1999" ala majalah Time karena keterkenalannya sebagai penjual buku online Amazon.com. Konsistensinya dalam mengembangkan teknologi dan metodologi pencarian serta investasi lama-lama membuat banyak perusahaan search engines dan search tools pada berguguran. SiFMuG yang sempat menggoyang keimanan saya untuk beralih ke dunia perkomputeran (IT) dari telekomunikasi (ICT), dalam waktu singkat merosot drastis pendapatan iklannya sehingga akhirnya saya putuskan untuk reses dari internet. Hanya dalam waktu beberapa tahun saja Google tidak hanya mendominasi bisnis search engine saja, namun merambah ke bisnis bidang lain di internet. Pengunjung situs bisnis sharing video, YouTube, yang dibeli Google seharga USD 1,65 milyar bulan lalu tiba-tiba langsung melonjak drastis.

Dominasi Google nyaris tak ada yang mempersoalkannya. Istilah googling merupakan istilah yang umum saat ini bagi para netter yang tak lain adalah para googler. Bukan karena kebijakan proteksi, namum belum ada yang mampu menandinginya termasuk perusahaan raksasa Microsoft yang salah satu pendirinya Bill Gates dikenal sebagai orang terkaya no 1 di dunia sejak tahun 2000. Bahkan suasana komplex perkantoran pusatnya yang disebut googleplex yang konon membebaskan semua karyawannya untuk makan, minum, renang, ping pong ataupun main skateboard di kantor dan sering mengadakan pesta hura-hura seperti layaknya ABG malah mengundang minat banyak karyawan Microsoft dan perusahaan raksasa IT lainnya untuk bergabung di perusahaan yang terkenal dengan filosofi sentral: "Don't be Evil" atau "You can make money without doing evil". Sebuah filosifi yang terang-terangan menentang bisnis iklan-iklan banner yang waktu itu memang lagi marak-maraknya, tidak hanya terbatas di situs-situs porno dan crack saja namun juga di berbagai situs informasi.

Saat ini sungguh menyeramkan membayangkan seandainya Google tiba-tiba menutup layanan gratisnya untuk publik internet atau membatasi layanan gratisnya untuk kawasan tertentu saja. Dampaknya akan lebih terasa daripada MTNSMS.com yang pernah mendominasi layanan SMS sebelum menutup layanan gratisnya bagi jutaan anggotanya pada awal Maret 2002. Meskipun sampai saat ini belum ada situs lain yang bisa menandingi ketenaran MTNSMS.com, namun banyak orang pun memaklumi atas penutupan layanan SMS itu yang lebih sering digunakan untuk fun dan personal daripada bisnis. Sedangkan dominasi layanan Google dalam bisnis mesin pencari bukan lagi ketergantungan semua pengguna internet baik perorangan di rumah, warnet maupun kantor.

Oleh karena itulah, pemerintah Perancis, Jerman dan kalangan industri di Eropa bekerja sama mensponsori proyek pengembangan mesin pencari "backup" Google yang lebih dikhususkan untuk pencarian informasi Eropa bernama Quaro yang diresmikan april tahun lalu dengan dana mendekati USD 110 juta. Menurut Business Plan-nya sih, proyek ini direcanakan rampung awal tahun ini, namun sampai akhir tahun ini belum terdengar kabar rampungnya. Bahkan mulai awal minggu ini pihak Jerman mengundurkan diri dari proyek Quaro untuk mengembangkan proyek mesin pencari lain yang dinamakan Theseus.

Proyek Quero sebesar itu pun masih belum mampu menampakkan gejala-gegala sebagai alternatip dominasi mesin pencari Google, apalagi SiFMuG bikinan Hastu Wicaksono yang merupakan hasil iseng di kala senggang?! wkwkwk........

Sepertinya, untuk menjadi kompetitor Google saat ini, para pebisnis mesin pencari tidak cukup hanya mengandalkan modal pas-pasan saja. Jika tidak, seperti potongan syair lagu pop sunda "Hayang ngapung ngawang-ngawang teu boga jangjang" (Maunya sih bisa terbang melayang-layang namun tak punya sayap). Kalo gak salah (lupa) dinyanyikan Yanti Aryanto dalam lagunya berjudul Karunya' yang bahasa ABG-nya kini "Kacian dee lu..."

Tuesday, December 26, 2006

Bermain Tanpa Menjadi Pemain

Saya mendengar Pak Wiranto bikin partai dari omongan orang-orang setelah beberapa hari media massa ramai memberitakan. Saya pun jadi bertanya-tanya, apakah aksi show of force ke DPR untuk provokasi prestasi pemerintah saat ini oleh Pak Tri Sutrisno, Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, dkk dalam rangka persiapan dukungan untuk partai ini dimasa mendatang? Bukankah Pak Wiranto sudah punya partai yang didirikannya akhir Mei tahun lalu dengan nama Partai Perhimpunan Kebangsaan?

Terlalu malas menebak-nebak, saya cari arsip berita di internet. Partai tersebut ternyata bernama Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang dideklarasikan pada hari Rabu 20/12/2006 siang di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Pada pendiri partai yang dipimpin oleh Pak Wiranto terdapat mantan Pangdam Wirabuana dan mantan Kasum TNI Letjen (Purn) Suaedy Marasabessy, mantan KSAL Laksaman (Purn) Bernard Ken Sondakh, mantan KSAD Jenderal (purn) Subagyo H.S, mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal (Purn) Fachrul Razi, mantan Kapolri Jenderal (Pol) Chairul Ismail. Konon masih banyak lagi mantan jenderal yang tak mungkin disebutkan satu per satu disamping warga sipil sebagai deklarator berdirinya Partai Hanura ini.

Entah apa yang ingin dikesankan oleh para wartawan dengan penyebutan nama-nama tokoh jenderal sepuh tersebut. Diberitakan juga acara tersebut juga dihadiri oleh para tokoh nasional sepuh lainnya seperti Gus Dur, Tri Sutrisno dan Akbar Tanjung laksana sedang berlangsung silaturahmi eyang-eyang saja.

Berita yang mengesankan bahwa partai ini adalah partainya eyang-eyang mengherankan bagi masyarakat awam politik, apalagi bagi yang belum pernah terdaftar sebagai kader partai manapun di dunia seperti saya. Sulit dipahamai andaikata mereka yang tidak hanya ahli namun juga praktisi strategi dan siasat masih bersedia dicalonkan menjadi pemain politik di Pemilu 2009. Terlepas jadi calon pemain politik di MPR, DPR/DPRD, Menteri, BUMN, Gubernur, dll, apalagi menjadi presiden RI. Kalaupun para dewa-dewi di kayangan sedang kegerahan dan lagi pengin turun ke bumi, sudah sewajarnya jika seusia mereka ingin menjadi Prabu Kresna bagi para Pandawa atau Pandito Guru Durna bagi kerajaan Astina untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat banyak. Jika di olah raga catur menjadi sekondan atau di basket menjadi coach yang menganalisa dan mengatur siasat dan strategi demi kemenangan pemainnya.

Sepertinya ada yang belum atau tidak diberitakan media massa, siapakah kandidat andalannya untuk dicalonkan sebagai presiden RI? Bisa jadi para kasepuhan tersebut mendirikian partai baru ini karena saat ini telah menemukan satrio piningit, entah berasal dari langit atau dari kawula alit, yang sedang dipersiapkannya untuk dikeluarkan pada saatnya kelak. Saya pun jadi menebak-nebak seperti apakah satrio piningit yang telah dijagokan mereka? Apakah tipe seperti Raden Gatotkaca yang berotot kawat, bertulang baja, punya prosesesor minimum sekelas Core 2 Duo di otak kiri dan memori kapasitas tera byte di otak kanan, dan saat ini sedang digojlog di kawah Candradimuka? Ataukah tipe pemimpin perjuangan seperti Mahatma Gandhi yang konsisten berjuang tanpa kekerasan sampai akhir hayatnya meskipun beberapa kali dipenjara dan disiksa? Ataukah kombinasi sifat unggul keduanya? Yang jelas siapapun unggulannya, tentulah memiliki potensi populeritas di mata mayoritas rakyat disamping telah teruji ketangguhannya dan keteguhannya meskipun menghadapi berbagai cobaan, apalagi cuma menghadapi interpelasi, demonstrasi, kritik, dsb. Sulit sekali menebak-nebak siapakah gerangan andalan partai ini tanpa pernah terlibat didalamnya.

Namun rasanya bukanlah pilot senior Garuda bernama Pollycarpus Budyhari Priyanto (Polly) yang ramai diberitakan telah resmi keluar LP Cipinang kemaren jam 9 pagi setelah mendapat remisi khusus 3 bulan. Namun kenyataannya sampai malam ini keberadaan Pollycarpus masih misterius. Meskipun dikenai tuduhan pembunuhan berencana aktivis HAM Munir, namun kenyataannya MA menghukumnya 2 tahun penjara dikurangi masa tahanan untuk penggunaan surat tugas palsu, terlepas siapa yang membuat surat tugas palsu tersebut. Sejak awal kasus pengadilannyanya kelihatan misterius bagi kebanyakan orang sehingga memancing berbagai spekulasi dan asumsi berbagai pihak. Bahkan kasusnya ini telah sampai ke konggres dan senat AS serta pengadilan Belanda yang menunjukkan bahwa kasus ini luar biasa. Kemisteriusan ini bisa dijadikan alasan agar orang banyak berspekulasi bisa jadi Pollycarpus seorang yang nampaknya orang biasa tapi sebenarnya luar biasa, kelihatannya bodoh tapi amat pintar, bego tapi amat cerdas, gila tapi amat waras. Meskipun mengaku sejak kecil hidupnya penuh kesusahan dan telah terbukti berpengalaman masuk penjara seperti Xanana Gusmao, rasanya masih terlalu dini berspekulasi seorang Pollycarpus diorbitkan sebagai tokoh politik nasional yang akan dipopulerkan oleh partai Hanura.

Lantas, siapakah generasi muda yang akan diorbitkan saat Pemilu 2009 nanti oleh para eyang-eyang di partai Hanura? Saat ini generasi muda biasanya disangkutkan dengan ICT (Information & Communication Technology) yang tak terlepas dari internet. Kalaupun ia tak begitu menguasai ICT, tentunya banyak teman-temannya yang menguasai internet. Saya pun coba WHOIS domain hanura.com, hasilnya sbb:

Registrant:
PT Natari Ragananda
Jl. raya kebayoran lama no. 194A/4
Tebet Timur dlm VII / 2
Jakarta, DKI Jakarta 12220
ID

Domain name: HANURA.COM

Administrative Contact:
Desmon, Deni Whois Privacy and Spam Prevention by DomainTools.com
Jl. raya kebayoran lama no. 194A/4
Tebet Timur dlm VII / 2
Jakarta, DKI Jakarta 12220
ID
7207135 Fax: 7207749

Technical Contact:
Teknis, Tim Whois Privacy and Spam Prevention by DomainTools.com
Wisma 77 Lt. 15
Jl. Jend. S. Parman Kav 77
Jakarta, DKI Jakarta 11440
ID
62.216632363 Fax: 62.216602587



Registration Service Provider:
NamaDomain.com, Whois Privacy and Spam Prevention by DomainTools.com
+62-21-6632363
+62-21-6602587 (fax)
http://www.namadomain.com
This company may be contacted for domain login/passwords,
DNS/Nameserver changes, and general domain support questions.


Registrar of Record: TUCOWS, INC.
Record last updated on 19-Dec-2006.
Record expires on 19-Dec-2007.
Record created on 19-Dec-2006.

Domain servers in listed order:
NS2.INDEKOS.COM 65.61.132.243
NS1.INDEKOS.COM 65.61.132.240


Domain status: clientTransferProhibited
clientUpdateProhibited


NOTE: THE WHOIS DATABASE IS A CONTACT DATABASE ONLY. LACK OF A DOMAIN
RECORD DOES NOT SIGNIFY DOMAIN AVAILABILITY.

Berarti domain tersebut telah diregistrasi 3 hari sebelum deklarasi partai Hanura. Bisa jadi pemilik domain sudah mengetahui rencana acara deklarasi partai Hanura. Hanya saja saya tak tahu PT Natari Ragananda yang profil management di situsnya tak menyebutkan nama orang yang menjabatnya ataukah masih berupa lowongan. Saya pun tak mengerti mengapa pemilik domain ini mendaftarkan alamat administrasi dengan 2 alamat yang berbeda sekaligus. Mungkin alamat Tebet Timur dlm VII / 2 adalah workshop, warnet, ataukah pusat game komputer anak-anak? Sulit untuk memeperoleh gambaran jelas tentang generasi mudanya partai Hanura melalui metodologi WHOIS ini. Itu pun belum tentu hanura.com ada kaitannya dengan partai Hanura atau Hati Nurani Rakyatnya Pak Wiranto dkk.

Membaca judul headline Tommy Dirangkul Partainya Wiranto di koran Rakyat Merdeka pagi ini kembali mengundang perhatian. Setelah dibaca seksama sepertinya judul ini diambil dari jawaban pertanyaan wartawan ke Ketua DPP Par­tai Hanura, Elsa Syarif,
“Insya Allah, kita harapkan Mas Tommy bisa ber­ga­bung dengan kami”.
Tak begitu jelas siapa yang dimaksudkan apakah Tommy Suharto (Hutomo Mandala Putra) atau Tomy Winata yang mana kasus hukum keduanya pernah diurusinya sebagai pengacara.
Bagaimanapun juga, yang namanya partai dimana-mana sudah pasti mengharapkan, mau Tomi, Tommy, Titiek, Tutut, Tamara, Tuti dan siapaun juga untuk bergabung. Jelaslah meskipun sama-sama pernah merasakan penjara, namun Tommy jauh lebih populer daripada Pollycarpus dalam banyak hal. Hanya saja saat ini terlalu dini untuk menebak-nebak siapakah jago andalan yang akan dicalonkan nantinya oleh partai Hanura?

Siapapun yang jadi Krisna atau Durna atau siapapun para resi yang bermain bagi partai Hanura, serta terlepas apakah permainannya akan bergaya Pandawa yang mengembara di antara rakyat jelata sehingga tokoh-tokohnya amat populer ataukah akan bergaya Kurawa yang merupakan pemerintah resmi tapi citranya lebih buruk dari Pandawa, paling tidak partai ini telah membuka berbagai harapan dan peluang baru bagi rakyat yang memiliki ambisi terpilih sebagai pemain satria politik masa mendatang atas restu dewa-dewi di kayangan.

Monday, December 25, 2006

Korban-Korban Kambing

Si Domba 4 Tanduk
Dari dulu kala sampai kapanpun perbedaan pendapat tak akan pernah hilang. Hanya saja perbedaan pendapat ini bisa menjadi meluas ke masyarakat banyak sehingga bisa-bisa mengganggu kententraman dalam bermasyarakat. Dalam tahun ini, setidaknya sejak saya kenal blog bulan lalu, keputusan pemerintah menerima tamu George Bush dan keputusan Aa Gym mengumumkan pernikahannya telah menyulut perang dalih dan dalil tidak hanya di kalangan elit kekuasaan dan intelektual namun juga sampai ke rakyat jelata teman-teman saya. Kalaupun ada yang berpendapat peluncuran buku Pak Habibie, "Detik-Detik yang Menentukan" juga memicu perbedaan pendapat di sebagian kalangan, namun dampaknya tidak sampai menjadi perdebatan diantara teman-teman saya.

Amat disayangkan jika masih ada pihak-pihak elite atau intelektual yang menjadikan perbedaan pendapat sebagai sarana mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya sendiri. Kekurangterbukaan informasi bisa menimbulkan salah sangka. Syukurlah di headline koran Tempo telah diberitakan bahwa, menurut akhirnya seorang anggota komisi Komisi Informasi dan Komunikasi DPR, Sutradara Ginting, menginformasikan komisinya akan memanggil Menkominfo Sofyan Djalil berkaitan dengan pembuatan MoU dengan Microsoft pada pertengahan bulan Januari tahun depan. Suatu keputusan yang dinanti banyak pihak untuk menghindari prasangka seolah-olah Menkominfo brokernya Microsoft yang mungkin saja dijadikan bahan untuk mengadu domba dengan berbagai alasan. Mungkin karena rakyat Indonesia sudah saking terbiasanya dijadikan korban adu domba (divide et impera) oleh VOC selama 3,5 abad, setiap pemimpin umat, partai dan organisasi sospol lainnya seharusnya terus-menerus memperingatkan para anggotanya agar jangan sampai menjadi korban adu domba dengan memanfaatkan perbedaan pendapat dan pandangan menjadi prasangka buruk demi mengejar nafsu-nafsu eksklusivme kelompoknya sendiri.

Tidaklah mengherankan Kardinal Julius Rijadi Darmaatmadja SJ mengajak umat Katolik untuk selalu waspada terhadap adu domba kerukunan antar umat beragama dalam menyikapi berbagai kesulitan dan bencana saat homili perayaan Natal di gereja Katedral (dapannya masjid Istiqlal) pagi ini. Bahkan beliau mengajak umatnya untuk mendoakan serta memberikan bantuan secepatnya untuk sebagian rakyat Indonesia yang ditimpa musibah bencana.

Tadi malam memang bulan sedang tepat pada rasi domba atau kambing (Capricorn) dimana saat ini planet Neptune sedang berada disana. Planet Neptune dikenal sebagai planet terjauh dalam tata surya. Praktek adu domba memang sering sulit dilacak karena bisa saja pelakunya berada jauh dari lokasi terjadi huru-hara.

Bencana banjir di Aceh tak perlu diperbincangkan apalagi diperdebatkan apakah memang sudah merupakan hukum alam ataukah hukuman Tuhan, tak ada sangkutpautnya dengan GAM menang Pilkada. Yang jelas korban jiwa telah berjatuhan, demikian juga akibat bencana longsor Madina (Mandailing Natal). Tak perlu lagi menunggu lebih banyak korban jiwa lagi ataupun menunggu bantuan harus dimulai dari luar negeri dulu atau dari pemerintah dulu. Siapapun berhak dan bisa berkorban untuk siapa saja.

Dalam hal berkorban, mungkin orang perlu belajar dari Yu Timah, seorang buta hurup, mantan pembantu rumah tangga yang kini berprofesi sebagai penjual nasi bungkus untuk menghidupi emaknya yang renta dan seorang keponakannya. Meskipun sangat miskin ia rajin menabung di bank di kampungnya dengan menitipkannya ke karyawan bank tersebut karena malu untuk pergi sendiri ke bank. Lama kelamaan saldonya cukup buat beli seekor kambing. Menjelang hari raya Idul Adha seperti sekarang, ia pergi ke karyawan bank tersebut. Namun bukannya untuk menabung seperti biasanya, tapi karena ia ingin membeli kambing kurban. Meskipun sudah dibilangin bahwa ia tidak wajib berkorban bahkan ia wajib menerima korban seperti tahun-tahun silam, namun Yu Timah tetap bertekad bulat membeli kambing kurban ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Masya Allah, tak ada seorang pun yang bisa melarang seseorang berkurban.

Idul Adha adalah peringatan kewajiban mengorbankan sebagian hartanya, untuk pergi haji bagi yang mampu atau bagi yang belum mampu disimbolkan dengan kambing atau sapi. Orang yang telah bersusah-payah pergi haji tentunya berharap memperoleh al birru ataupun amalan yang mabrur. Yu Timah sebagai orang awam bukan hanya saja rela mengorbankan sebagian hartanya, namun sebagian besar hartanya mungkin bukan karena sekedar keikhlasannya apalagi pamer namun baginya berkurban adalah suatu kewajiban. Cerita Yu Timah ini dikutip dari tulisan Ahmad Tohari dengan judul: "Belum Haji Sudah Mabrur" di Republika seminggu lalu (18/12).

Sebuah tulisan yang lugas dan berani tentang makna berkurban di tengah-tengah arus pandangan umum bahwa Idul Adha merupakan momen peluang bisnis yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh perbankan, biro perjalanan, kelompok pengajian, sampai jualan kambing. Mirip-mirip cerita sufi klasik yang lumayan populer tentang Haji Mabrur Tanpa Ke Mekah, yang menceritakan rombongan haji yang mirip dengan ONH++, dimana jemaahnya kebanyakan sudah berangkat haji beberapa kali. Namun sepasang suami isteri secara diam-diam membatalkan perjalanannya ke Mekah. Di tengah-tengah kebingungannya karena kehilangan jemaahnya, ketua rombongan bermimpi melihat pasangan suami-isteri yang membatalkan perjalanannya sedang berjalan-jalan dengan riang gembiranya di taman yang indah sekali, laksana sebuah surga, sambil mengenakan kalung bertuliskan Haji Mabrur. Sementara (masih dimimpinya) jemaah rombongannya terlihat bermuram durja seperti orang sakit karena kelaparan dan kehausan dibawah sengatan panas matahari di belantara padang pasir. Setelah kembali ke daerah asalnya, ketua rombongan itu barulah mengetahui bahwa pasangan suami isteri tersebut tak jadi pergi ke Mekah karena semua harta untuk keperluan perjalanan haji telah disumbangkan untuk menolong penduduk desa miskin yang penghuninya ditimpa kekurangan air, makanan dan obat-obatan untuk mengatasi wabah penyakit.

Meskipun kedua cerita tersebut sama-sama mengingatkan akan kearifan dalam memaknai pengorbanan sebagai sebuah perwujudan ibadah daripada pandangan formalitas dan legalitas ritual, cerita klasik sufi ini lebih terasa permisif. Selain konklusi berdasarkan mimpi yang bisa saja subyektif sehingga relatif lebih aman dari perdebatan fiqih, juga masih mempertimbangkan pendapat banyak orang tentang formalitas dan legalitas ritual pemotongan hewan korban di Mekah.

Ada puluhan kambing dan 3 sapi di depan rumah yang dijual sebagai hewan korban. Sewaktu diminta memilih tadi pagi, saya memilih untuk tidak memilih atau menyerahkan pilihan ke panitia saja, yang penting sehat dan jantan. Terserah apakah mau dikasih kambing congek yang bisanya tengak-tengok dan sesekali mengembek ataukah kambing hitam (black sheep or black goat? wkwkwk...), yang mungkin harganya jauh lebih mahal karena banyak dicari orang untuk dijadikan tumbal segala macam permasalahan.

Apapun jenisnya domba atau kambing adalah hewan yang taunya makan, minum dan kawin. Seperti kambing-kambing di depan rumah: lha jelas-jelas mau disembelih untuk korban, jangankan istighfar atau tobat kek tapi malah masih aja kejar-kejaran pengin kawin.

Manusia juga dianugerahi akal untuk mengejar kebutuhan dan keinginannya. Namun jika hanya mengandalkan akal saja, bisa saja seseorang kelihatannya telah berkorban namun sebenarnya ia menganggapnya sebagai suatu investasi demi mengejar lebih lagi banyak napsu pribadi atau kelompoknya, jika perlu dengan mengorbankan orang lain. Jika sudah demikian, bisa-bisa orang yang berkorban punya sifat lebih kambing daripada kambing yang dikorbankannya. Tentunya siapapun tak mau jadi kambing, apalagi kambing korban dari orang berhati kambing yang selalu mencari akal untuk mengadu domba atau mencari kambing hitam.

Saturday, December 23, 2006

Suka Ria Dalam Duka Cita

Entah berapa kali tilpun rumah dan HP isteri saya berdering sejak tengah malam tadi. Pertama kali tilpun diterima, kami sempat kaget mendengar berita duka cita bahwa salah satu eyang kami telah meninggal dunia di rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Kami biasanya memanggil almarhumah dengan Eyang Suryo Putri atau Eyang Suryo saja, karena Eyang Suryo Kakung telah lama sekali meninggal. Saya pun segera mengumpulkan segenap energi kesadaran untuk bisa bangun tidur agar bisa segera pergi melayat. Belum juga saya bangun penuh sudah ada telpun lagi yang menyarankan agar kami melayatnya besok pagi saja langsung ke bandara, yang memang dekat dengan rumah. Info ini membuat energi yang telah terkumpul langsung sirna begitu saja. Namun saya masih sempat ingat (sadar) isteri saya memberi tahu beberapa tilpun selanjutnya, yang intinya jenasah diberangkatkan jam 11 siang dan saya mendapat tugas menjemput para kerabat yang tinggalnya lumayan dekat dengan rumah.

Sebenarnya kami sudah mengetahui perihal beliau menjalani rawat-inap di rumah sakit tersebut dari SMS ke HP isteri saya. Namun sayangnya, sampai meninggalnya tadi malam kami tidak sempat membesuknya. Rasa-rasanya masih ada beberapa tilpon lagi setelah Subuh, namun mungkin isteri saya sudah terlalu lelap tidurnya. Saya sendiri sempat sekali mencoba bangun untuk menjawabnya, namun terlambat telah hubungan telah ditutup. Saya pikir, tilpun ini mungkin dari kerabat lain yang hendak memberitakan meninggalnya eyang kami.

Saya sengaja bangun jauh lebih bagi dari kebiasaan bangun di hari Sabtu. Bangun tidur ku terus mandi dan berdandan ala pelayat pada umumnya, pakaian hitam-hitam dan berpeci. Sebelum berangkat saya tilpon dulu kerabat untuk memberitahukan bahwa saya telah siap menjemputnya. Baru satu orang yang saya tilpun HP-nya, saya terkaget-kaget karena ternyata jenasah sudah diberangkatkan. Apakah, saking ngantuknya, saya salah dengar info dari isteri saya tadi malam? Ataukah saya tak begitu mendengar lagi update terakhir yang disampaikan isteri saya? Menurut cerita beliau, memang telah terjadi banyak perubahan-perubahan keputusan setelah keluarnya keputusan pertama.

Tiba-tiba hubungan telepon terputus. Saya coba beberapa kali menghubungi beliau kembali baik lewat HP maupun tilpun rumah tapi tak pernah bisa terhubung lagi. Sepertinya jaringan GSM sedang mampet (congestion), sedangkan rumah beliau tidak ada telepon rumah. Akhirnya saya coba mencari nomor HP anak-anaknya yang mungkin saja sedang berada di rumahnya pada hari Sabtu seperti ini. Belum sempat saya menilpun HP anaknya, ada SMS masuk dari beliau yang isinya:
"Komputermu waras to?".
Saya pun buru-buru menuju komputer untuk mengisi pulsanya via klik BCA.

Saya hanya bisa merasa lemas, lemah dan lunglai serasa tiba-tiba kebanjiran kekecewaan bercampur kesedihan. Barangkali banyak yang berpendapat menangisi orang yang meninggal bukanlah perbuatan yang terpuji. Setidaknya vokalis Pasha Ungu, seperti disiarkan beberapa kali di beberapa stasiun TV, mengatakan jatuhnya korban jiwa bukanlah halangan untuk melanjutkan tur pentas konser musik band Ungu karena kesedihan dan tangisan malah akan memberatkan arwah para 10 korban yang telah tewas di stadion Widya Mandala Krida, Pekalongan pada Selasa Kliwon malam 19-12 lalu. Menurut perhitungan banyak aliran perkalenderan Jawa, waktu malam hari sudah termasuk hari masehi esoknya, namun yang jelas Selasa Kliwon dikenal luas sebagai hari anggara kasih.

Kalaupun pada kenyataannya akhirnya saya tak kuasa menahan tangis, rasa-rasanya tak ada sangkut pautnya dengan wawancara Pasha di TV tersebut. Secara jujur, saya akui bahwa dalam hal ini saya lebih setuju paham Imam Syafi'i dengan konsep: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Namun pada kenyataannya, iman, pikiran, perasaan dan ingatan tidaklah selalu bisa mufakat. Jelas terbayang di ingatan dari sejak saya kecil, diantara para pinisepuh dan jajaran kasepuhan eyang Suryo adalah sosok nenek yang paling ramah, tidak cerewet dan paling bisa menggunakan bahasa pergaulan dan cara pandang sehari-hari generasi kita dalam berkomunikasi.

Dengan suasana duka cita inilah, tidak seperti hari Sabtu biasanya, saya memilih tidak pergi keluar rumah. Nonton beberapa film yang belum sempat saya tonton, dan selebihnya nonton TV. Sewaktu ganti-ganti saluran, jam 4 sore tadi secara tak sengaja saya menemukan acara berjudul "Playboy Kabel" yang mengundang penasaran ingin tahu: apa kaitannya Playboy dengan Kabel? Apakah playboy di acara ini versi Mansion, Spanyol, Indonesia atau dari mana? Lantas, kabelnya apakah kabel listrik, kabel tilpun, kabel data atau kabel apaan?

Rasa penasaran dan keingintahuan saya sirna seketika sejak awal acara. Rupa-rupanya acara ini adalah semacam reality show dengan latar belakang pola pergaulan ala generasi muda Jakarta, atau mungkin kota-kota besar lainnya, yang jelas bukan ala generasi muda pedesaan. Bagi yang agak kurang (apalagi jarang atau tidak pernah) bergaul dengan generasi muda, acara ini terasa kocak abis bis bisz. Barangkali rasa kekocakan ini dikarenakan baru menyadari kekurangpergaulan kita selama ini sampai-sampai kita tidak mengetahui kenyataan pergaulan di sekitar kita tinggal yang ternyata beda banget dengan pergaulan saat muda kita, apalagi di pedesaan atau kota kecil yang ndesit abis bis bisz!...

Dari sejak saat awal acara saya sudah kegelian. Rasanya sungguh aneh tapi nyata, ada seorang cewek cantik kok mau-maunya melaporkan ke kru acara tersebut atas kecurigaannya ama cowoknya yang sering meminjam mobilnya, sebuah sedan Toyota Vios hitam, terutama pada hari Sabtu. Wow, keren! Rupanya di Indonesia sekarang sudah ada deketif swasta spesialis permasalahan generasi muda, udah gitu masuk TV lagi. Bisa-bisa POLRI kalah dalam hal menangani permasalahan beginian. Seperti layaknya intel profesional saja, sebelum dipinjamkan mobil cewek tersebut dipasangi berbagai peralatan penyadapaan termasuk perekam video dan pemancar suara pembicaraan (mungkin HP dengan mode auto-answer) yang tersembunyi.

Menurut laporan si cewek, hari itu cowoknya meminjam mobilnya tersebut dengan alasan untuk menjemput client di bandara. Para detektif swasta tersebut menunggu bersama cewek pelapor di dalam mobil van yang parkir tak jauh dari kantor si cowok yang bekerja setengah hari setiap hari Sabtu. Kekocakan dimulai saat cowok tersebut masuk mobil. Rekaman video jelas menunjukkan kejadian real-live meskipun tidak real-time, setidaknya lebih menghindarkan dari resiko dampak salah sangka atau salah persepsi dibandingkan acara-acara gosip ataupun sinetron yang konon kini banyak digemari. Ternyata prasangka si cewek pelapor beralasan, sepulang kantor si cowok bukannya ke bandara tapi malah janjian menjemput cewek "selingkuhan" (entah mana yang cewek selingkuhan atau aslinya sebenarnya) di kawasan pertokoan Melawai. Dari mobil pengintai, terlihat si cowok menggandeng si cewek dengan mesranya menyeberang jalan. Menurut pengakuan cewek pelapor, ia tak mengenal cewek yang berdandan tak kalah seksinya dengannya itu. Mungkinkah ia saudara jauh si cowok yang kebetulan belum pernah ia temuinya? Wah kalo cerita ginian sih adanya di skenario dagelan kuno, gak bakalan laku untuk konsumsi generasi muda.

Acara tambah kocak lagi setelah mereka berdua di dalam mobil. Rupanya si cowok paham betul hikmah lagu "Bang, SMS siapa ini Bang?". Saat ia menerima SMS dan si cewek cemburu maka buru-buru SMS-nya dihapus sebelum terbaca ceweknya. Atas saran detektif swasta, si cewek pelapor menelpon HP cowoknya untuk segera mengembalikan mobilnya dan menanyakan berapa lama lagi bisa mengembalikan mobil Vios tersebut. Dijawab oleh si cowoknya, sekitar 2 jam lagi. Ha ha... bisa aja tuh cowok. Namun tilpun ini mengundang kecemburuan cewek selingkuhannya yang mengakibatkan berantem di dalam mobil. Rupanya si cewek mengetahui nama cewek pelapor yang dipikirnya mantan pacar cowoknya. Wah seru deh berantemnya, sampe akhirnya si cowok yang gantian marah-marah. Eee.. tau cowoknya emosi, si cewek buru-buru minta maaf kemudian mereka pun bermesraan. Anehnya, saya malah terpingkal-pingkal kegelian sendiri bukannya kasihan sama si cewek pelapor. Kebayang gak sih... gimana rasanya nonton live show kayak gitu?

Tanpa disangka-sangka mobil Vios itu berhenti di pinggir jalan. Nampak di seberang jalannya keramaian orang lalu-lalang. Si cewek pelapor segera turun dari mobil van untuk melabrak tuh cowok sambil tak kuasa menahan sumpah serapah berisi binatang-binatang najis dan haram. Si cowok pun keluar mobil, namun sebelum sempat mengeluarkan dalih dan alasan pamungkasnya, keduluan mendapat tamparan berkali-kali dari si cewek pelapor. Pemandangan tak sedap ini mengundang amarah dan emosi si cewek selingkuhan yang segera keluar dari mobil dan dengan penuh emosinya sambil menunjuk muka cewek pelapor, bertanya dengan garangnya:
"Siapa lu?".
Terjadilah perang mulut sesaat antara kedua cewek tadi yang kemudian segera berlanjut dengan tanding fisik yang nampaknya kekuatannya berimbang. Adu kekuatan fisik tersebut berakhir setelah si cowok berusaha melerainya. Mungkin karena gondok sakit pipinya gara-gara ditampar beberapa kali atau mungkin karena sakit hatinya telah ditampar di depan banyak orang, si cowok membalasnya dengan memaki-maki cewek pelapor, dan kemudian bergandengan dengan mesranya dengan cewek selingkuhannya pergi ke seberang jalan untuk naik taksi.

Segera saya nyalakan laptop untuk googling nomor tilpun, blog atau informasi apa ajalah tentang cewek si pelapor. Bukannya apa-apa lho, saya hanya ingin minta ijin aja kok, apakah namanya boleh saya ketik disini sebagai salah satu label apa nggak? He he...
Saya pun jadi tahu, ternyata acara ini telah mengundang beragam opini tentang Playboy Kabel.

Jika tangisan dan ratapan tak berhasil mengobati kesedihan, bisa jadi suka ria adalah pelipur lara di kala duka. Sungguh, saya tak tahu kenapa Kelik Pelipur Lara tak pernah lagi diajak main di Republik Mimpi kini seperti kala di Republik BBM dulu? Apakah kita perlu menyewa para detektif swasta itu untuk menyelidiki siapakah sebenarnya selingkuhan Butet Kertarejasa saat ini? Ecghszz...... nggak konek dengan kisah diatas ya?! Namanya juga blog konslet hehehe...

Friday, December 22, 2006

Sinonim Maksud

Bagi para tamu undangan acara Puncak Peringatan Hari Ibu ke-78 di Sasono Langen Budoyo, TMII, tanpa perlu memperkenalkan diri pun tentunya sudah mengenal siapa yang berdeklamasi dengan fasihnya perihal pendapat dan keyakinannya selama ini tentang perdagangan perempuan, yang tak lain adalah Desak Made Hugheshia a.k.a Dewi Hughes.

Bagi yang tak kebagian undangan acara tersebut, ada beragam kegiatan alternatip yang tidak sebatas dalam bentuk seremonial. Pada pagi ini saat para karyawan berangkat kantor, ratusan perempuan berjilbab diiringi oleh puluhan Polwan mengadakan acara jalan kaki bareng dari bundaran GI (d/h HI) dengan membawa spanduk dan poster bertuliskan dukungan terhadap poligami, terlepas poligini atau poliandri. Spanduk dan poster mereka jelas-jelas menunjukkan identitas yang jelas yaitu Hizbut-Tahrir Indonesia.

Tak lama kemudian sekitar 50-an demonstran lain berkumpul di bundaran GI (d/h HI) tersebut. Meskipun jumlahnya sedikit namun mereka kelihatan amat bersemangat dengan orasi-orasi yang disambut dengan yel-yel dan lagu plesetan "Satu-satu aku sayang Ibu". Sebagian pendemo menggunakan kaos seragam bertuliskan "Saya Menolak Poligami", ada juga yang memakai topi caping sehingga wajahnya tersamarkan. Menurut tulisan di posternya mereka dari Jaringan Kerja Prolegnas Pro Perempuan, tapi terlihat beberapa pria juga diantaranya. Bahkan ada pria bersorban dengan kostum ala Bos AA Gym (B 446 YM) tapi memakai kaca mata gelap, barangkali untuk menyamarkan wajah aslinya, namun yang jelas ia adalah Aa Gym samaran, bukanlah aslinya.

Rupa-rupanya perbedaan pendapat tidak hanya sebatas pada apa yang hendak disampaikan dan bagaimana penyampaiannya saja, namun juga perlu tidaknya penyamaran siapa pembawa pesan. Bagaimanapun juga masing-masing pihak memiliki dasar pendapat dan keyakinan masing-masing. Bagi yang berpendapat dan berkeyakinan akan kewajiban pemakaian samaran dalam menyampaikan pendapat biasanya lebih mudah memaklumi pihak penganut aliran yang selalu mencantumkan identitas aslinya.

Sebaliknya, orang-orang yang telah terbiasa melihat dulu profil pemilik pendapat atau keyakinan biasanya lebih sulit mempercayai pendapat atau keyakinan orang atau pihak dengan nama samaran atau beridentitas samar-samar. Dalam bisnis pun, profil perusahaan atau merek produk sering merupakan faktor yang turut menentukan untuk meraih kepercayaan calon pembeli terlepas harga dan kualitas produk yang ditawarkan.

Pro dan kontra perlunya penyamaran dalam penyampaian pendapat tidaklah perlu sampai menjadi pertentangan andaikata masing-masing pihak menaruh kepercayaan bahwa masing-masing pihak sama-sama bermaksud baik dalam menyumbangkan pendapat, yaitu demi kebaikan dan kemajuan semua pihak. Sebaliknya jika sebagian pihak tidak mempercayai maksud baik pihak lain maka akan sulit diperoleh kebaikan dan kemajuan semua pihak, termasuk pihaknya sendiri.

Bagi masyarakat teknologi informasi, sudah terbiasa bahwa user anonymous mendapat tingkat kepercayaan paling rendah dibandingkan user yang sudah dikenal melalui registrasi oleh user administrator yang mengatur tingkat-tingkat kepercayaan dalam mengakses sistemnya. Jika dunia nyata diidentikkan dengan dunia teknologi informasi, bisa-bisa semua pihak (termasuk anonymous) berebutan menjadi administrator yang paling berhak memberi penilaian pihak-pihak mana saja yang paling bisa, lebih / kurang bisa dan tidak bisa dipercaya pendapatnya.

Jika sebuah kata memiliki sinonim (bukan antonim), bisa jadi kalimat juga memiliki sinonim, demikan halnya dengan berita atau cerita. Perbedaan pendapat pun tidak mustahil merupakan sinonim yang memiliki maksud sama, hanya saja mungkin beda latar belakang yang mendasarinya. Acara kenegaraan resmi maupun aksi-aksi jalanan hari ini sama-sama dimaksudkan sebagai kegiatan untuk memperingati hari Ibu dengan latar belakang peserta yang berbeda-beda. Di hari Ibu ini masing-masing pihak seyogyanya percaya bahwa semua pihak sama-sama memiliki maksud baik demi kebaikan dan kemajuan perempuan Indonesia, terlepas tata cara penyampaian yang lebih disukainya, baik dengan cara-cara melalui forum resmi, beridentitas jelas maupun samar-samar, ataupun yang menggunakan samaran.

Bagaimanapun juga, ihktiar menemukan sinonim maksud biasanya lebih mententramkan banyak pihak daripada mencari-cari antonimnya.

Thursday, December 21, 2006

Konklusi Bernada Tanya?!

Petang ini saya bebas dari kewajiban "Car Call" paska jam kantor yang saya manfaatkan untuk kongko-kongko bersama konco-konco jomblo di warung kopi. Saya merasa asyik saja mendengar obrolan gado-gado rasa nano-nano mereka apalagi jika sampai adu dalil atau dalih. Ada-ada saja pemilihan kata-katanya seperti istilah "konklusi bernada tanya". Barangkali istilah tersebut digunakannya untuk menyatakan bukanlah sekedar: pertanyaan yang tak perlu jawaban, seperti yang dikenal orang selama ini.

Akhirnya sekitar jam 7:30 malam saya pamitan pulang duluan. Jalanan sudah lumayan sepi, sehingga kurang dari 1/2 jam sudah sampai rumah. Seperti biasanya, sebelum pergi nonton TV saya cek imil-imil. Ada 2 imil yang lain dari biasanya.

Imil yang pertama berisi cerita panjang sempit (bukan panjang lebar karena rata-rata paragraphnya memang tidak mengandung banyak kalimat) yang isinya mengingatkan kisah-kisah kekonyolan saya semasa kuliah dulu yang notabene swasta bersubsidi. Cerita tersebut diakhiri dengan paragraph:

Sedikit tulisan ini menjadi bagian yang sangat kecil dari catatan panjang yang belum/tidak bisa saya tuangkan satu demi satu.
Wadoh! Ampuuunn......... Rasa-rasanya dosa saya tak akan terampuni jika saya lupa jasa-jasa 'bantuan' darinya dan teman-teman lainnya, baik bantuan bikin PR, tugas kuliah, praktikum, skripsi, dan masih banyak lagi yang bikin saya geli tapi malu sendiri saat ini. Saya hanya bisa berharap mudah-mudahan mereka tidak akan terlalu kecewa andaikata bertemu kelak mengetahui bahwa sebenarnya saya masih membutuhkan banyak bantuan, termasuk bantuan obat rasa kangen, nasihat, petuah, dll.

Imil istimewa yang kedua berasal dari seorang sarjana yang (mungkin) saya belum pernah kenal dan (mungkin) ia pun belum pernah kenal saya. Identitas pengirim dan isinya jelas meskipun saya tidak jelas dari mana ia memperoleh saran untuk ngimil ke saya. Imil tersebut diakhiri pertanyaan apakah saya dapat memberikan saran dalam kaitannya dengan astronomi dan seni budaya?

Wadoh! Ampunn.. Apakah pengirim imil tersebut mengetahui bahwa saya bukan astronom dan saya tidak punya prestasi sama sekali dalam bidang astronomi maupun seni budaya?!

Saya jadi terheran-heran kenapa imil seperti ini tak ditujukan saja, misalnya ke Dr. Ninok Leksono MA yang biasanya mencantumkan alamat imilnya di akhir tulisannya di Kompas? Sudah banyak tulisannya tentang astronomi baik berupa pelajaran, informasi maupun telaah personal. Beliau dikenal luas sebagai dosen FISIP UI yang nyambi sebagai pejabat tinggi di berbagai media di grup Gramedia. Banyak orang mengakui kehebatan beliau yang beristerikan Dr. Karlina Supeli (kira-kira hari Ibu besok ikutan demonstrasi apa gak, ya?!), dosen STF Driyakara yang dikenal sebagai astronom wanita pertama Indonesia dan sepupu istrinya Prof. Hasan Poerbo MCD (alm), dosen Arsitektur ITB yang keempat anaknya lulusan ITB semuanya, dimana sulungnya bernama Onno W. Purbo yang terkenal di kalangan masyarakat IT Indonesia. Sesederhana apapun gaya hidup mereka, bagi yang pernah tahu Pak Hasan Poerbo tetap saja akan memandang trah-nya bukan trah sembarangan. Lhoh, kok malah bergunjing tentang keluarga orang lain?!

Jangankan paham ilmu astronmi, bahkan sampai saat saya me-reply imil tersebut tadi, saya belum paham apa hubungannya antara astronomi dengan seni budaya. Saya betul-betul tak tahu apakah kalimat akhir di imil ini merupakan sebuah kalimat pertanyaan ataukah kesalahan konklusi dari apa yang mungkin pernah didengarnya dari seseorang, yang kebetulan saja dinyatakan dalam format kalimat tanya?!

Wednesday, December 20, 2006

Geliat Generasi Genesis

Sudah lama rasanya tidak dengar celotehan dan ketawa he he he khas siaran M97 di FM 97.1 MHz yang telah berganti menjadi Radio Dangdut TPI (a.k.a Suara Monalisa). Radio M97 oleh penggemarnya yang tergabung dalam milis sejak 1999 sering disebut sebagai radio Claro karena lebih fokus di musik Classic Rock seperti Genesis, Led Zeppelin, Rush dsb. Sejak agustus tahun lalu radio ini terdepak dari kelompok Masima yang beranggotakan antara lain Prambors, Female dan Delta oleh pemiliknya Malik Sjafei Saleh, yang saat ini merupakan pemilik saham mayoritas kelompok Mahaka Media yang beranggotakan antara lain koran Republika, Harian Indonesia dan JakTV.

Sebelum bubarnya M97, saya pernah ikut kopdar (kopi darat) yang biasanya diadakan di cafe Barbados, Kemang, setiap 2 bulan sekali pada hari Rabu malam minggu ke-3. Masing-masing musik favorit dipentaskan bergantian yang dijadikan tema kopdar. Saat kopdar Led Zeppelin, kelompok musik asal Inggris, saya terheran-heran menyaksikan peralatan musik yang saya belum pernah tahu sebelumnya. Kalo alat musik di pencet, dipetik, ditiup, dipukul saya pernah tahu. Tapi saya baru tahu kalo ada alat musik yang dimainkan tanpa tersentuh anggota tubuh sama sekali dari jarak beberapa meter. Saking herannya saya sempat maju ke panggung, ternyata saya tidak menemukan trik-trik sulap seperti tali, kawat atau kabel penghubung ke pemainnya. Selain itu juga tidak ada transmiter nirkabel yang dibawa oleh pemainnya. Dari googling akhirnya saya baru tahu, alat itu namanya thereminvox atau theremin yang diciptakan oleh orang rusia bernama Leon Theremin. Itu adalah satu-satunya saya kopdar dengan tema Led Zeppelin Nite, selain itu Rush saja.

Kelompok musik Rush dari Canada tidaklah begitu populer di luar penggemar siaran M97. Saya pun baru tahu Rush saat masuk SMA 1 Jogja. Setiap SMA punya kelompok musik favorit masing-masing yang setidaknya dipentaskan saat acara perpisahan akhir tahun. Kelompok musik favorit belum tentu menjadi kegemaran mayoritas murid. Sebenarnya banyak juga teman-teman penggemar Genesis, masalahnya di kalangan pelajar SLTA saat itu Genesis telah terlanjur menjadi ikon bagi SMA 3 secara turun temurun. Alasan yang sering saya dengar waktu itu kenapa SMA 1 lebih memilih Rush, konon karena lirik-lirik Rush mencerminkan musik intelektual dan banyak yang mencerminkan kepedulian lingkungan. Selain itu musik Rush bukan jenis musik cengeng dengan alasan tidak ditemukan kisah-kasih cinta seperti kebanyakan lagu kelompok musik ataupun penyanyi lainnya.

Selulus SMA, secara kebetulan saya diterima di jurusan elektro ITB. Entah apalagi alasannya, sampai saya lulus Rush merupakan musik wajib saat ada acara dengan pentas musik jurusan. Oleh karena itu malam ini saat bertemu dengan para senior sejurusan sempat terlontar obrolan tentang Rush, padahal acara malam ini jelas Genesis Nite.

Acara ini diselenggarakan oleh Ikatan Alumni ITB sebagai pembuka tradisi M97 yaitu kopdar setiap 2 bulan sekali pada hari Rabu malam minggu ke-3 dengan tema yang diambil dari kelompok musik classic-rock tertentu. Genesis dipilih karena kelompok musik dari Inggris ini mulai menggeliat dengan rencana menggelar konser di beberapa negara Eropa mulai Juni 2007 tahun depan. Bahkan di beberapa negara, tiket sudah habis terjual saat ini. Ada semacam harapan, jika sekiranya para pemain Genesis yang jauh lebih tua dari penggemarnya saja mau dan bisa bangkit kembali tentunya generasi penggemarnya juga bisa lebih bergairah dan bersemangat dalam menyongsong tahun depan. Sebagai MC adalah Febrira Ifeb Galib yang mantan penyiar M97. Reviewer progressive rock Gatot Wijayanto nampak menikmati betul menyanyikan beberapa lagu. Sebenarnya semua penonton nampaknya memang sangat menikmati acara malam ini yang penuh sesak tapi akrab, buktinya mereka betah sampai akhir acara.

Menurut daftar hadir, mayoritas yang hadir adalah angkatan 1984 yang umumnya memiliki shio Ular Kayu. Mungkin mereka lebih antusias karena host acara ini adalah Bubi (Tambang 84), yang permainan musiknya pernah mencengangkan penonton di acara reuni angkatan 84 agustus lalu di Bandung. Bisa juga mereka datang karena tidak mau kehilangan peruntungan dalam menyambut tahun Babi Api 2007. Barangkali selama ini, para shio ular ini merasa tidur didalam liangnya untuk ganti kulit, dan saat ini dianggap saat yang tepat untuk mulai menggeliat mencari peruntungan kembali di tahun depan.

Di penghujung acara, saya baru 'ngeh ternyata Budi Raharjo juga hadir saat MC menyebutkan namanya untuk mempersilahkan ikutan mainin gitar listriknya. Wah rasanya kok jadi kebangetan tenan belagunya aku. Meskipun pernah lihat fotonya di blognya bahkan pernah ikutan komentar, tapi saya betul-betul pangling-ling tenan. Saya memang belum pernah ketemu setelah dia lulus. Takut kuwalat sama orang tua, sebelum pulang saya sempatkan meminta maaf. Mungkin dia keheranan buat apa saya minta maaf atau bahkan tak tahu siapa saya. Biasalah, adik kelas biasanya ingat siapa saja kakak kelasnya, tapi sebailknya seniornya jarang banget tahu adik kelasnya, apalagi kalau selisih angkatannya jauuuh..... (hehe...)

Okelah pren, simak demo Mr. Jimmy Page mainin thereminvox atau theremin ini, alat musik berirama tanpa sentuhan sama sekali...

Tuesday, December 19, 2006

Telekomunikasi Masa Depan

Seorang rekan tiba-tiba bertanya:
"Can you tell me in human language: what happens after 3G?".

Pertanyaan ini membuat saya terpana, bukannya tentang apa yang ditanyakan tapi apa yang dinyatakan. Saya pun jadi bertanya-tanya sendiri apakah selama ini orang-orang memandang jawaban atau penjelasan saya terlalu teknis atau teknologis yang tak mudah dipahami oleh manusia? Pertanyaannya muncul mungkin gara-gara ia pusing setelah mengikuti remote eLearning tentang "next generation networks" kemaren sore, atau mungkin juga gara-gara ia pening membaca berbagai ulasan tentang teknologi komunikasi 3G di Kompas kemaren.

Apapun alasannya, biasanya saya respek sama orang yang tak takut-takut menyatakan kesulitannya dan tak malu-malu menanyakan keingintahuannya. Hanya saja saya sempat bingung juga, saya musti menjawab bagaimana tanpa terminologi-terminologi teknis ataupun jargon-jargon khusus agar mudah dipahami oleh siapa saja. Akhirnya saya jawab saja:
"You will be able to pick up phone calls thru your remote control, Sir".

Siapapun tahu remote control biasanya untuk TV, dan orang pun tahu telepon. Jawaban saya tersebut membuatnya nampak terkejut. Selagi saya mikir-mikir istilah bahasa bagaimana yang paling mudah dipahami, HP-nya berdering. Setelah itu ia buru-buru pergi karena dipanggil sama atasannya. Save by the bel. Lega deh rasanya. Hehe..

Sulit juga rupanya menyamakan bahasa atau istilah kerennya protokol signaling. Produk-produk IM (Instant Messenger) publik seperti Yahoo Messenger Voice, Skype, Google Talk, ICQ Voice meskipun sama-sama menggunakan protokol internet (IP), jangankan saling bicara, saling menelpon saja belum bisa. Untuk bisa menelpon extension PABX di kantor secara internal, saat ini masih harus satu merek antara IM private dan PABXnya. Itu pun setahu saya belum semua merek PABX memiliki produk IM private yang biasanya merupakan bagian dari aplikasi kolaborasi multimedia terpisah. Bisa jadi masih sulit dibayangkan bagaimana orang bisa menerima telepon lewat remote control saat ini. Namun sulit tidak harus berarti mustahil.

Perbedaan bahasa atau signaling lebih banyak dikarenakan rancangan yang berbeda-beda dari pabrik pembuat sementara lembaga standarisasi belum berhasil menghasilkan keputusan rekomendasi atau aturan protokolnya. Perbedaan-perbedaan protokol ini diramalkan bisa diminimalkan di masa mendatang, apalagi jika pabrik tersebut bergabung menjadi satu manajemen perusahaan. Namun ramalan tanpa didasari oleh data atau statistik kadang-kadang sulit dipahami.

Setidaknya ramalan komunikasi masa depan telah mengakibatkan statistik tentang investasi di bisnis komunikasi menunjukkan perubahan data yang amat signifikan dalam setahunan belakangan ini. Perusahaan pelelangan online eBay mengakuisisi Skype seharga USD 2.6 milyar pada September tahun lalu. Bulan berikutnya, gantian Ericsson membeli aset Marconi sebesar USD 2,1 milyar. Cisco (merek terkenal dalam komunikasi data) membeli Scientific-Atlanta (provider layanan IPTV) seharga USD 6,9 milyar tunai februari lalu. Juni lalu Nokia dan Siemens bagian komunikasi carrier (bukan Enterprise dan ritel) memutuskan merger menjadi Nokia Siemens Networks. Sebulan yang lalu Presiden AS George Bush pun akhirnya merelakan Lucent Technologies bergabung dengan Alcatel dengan deal sebesar USD 11 milyar menjadi Alcatel-Lucent (jangan kebalik jadi: LucAtel, hehe..). Perusahaan baru ini segera membeli bisnis radio UMTS Nortel seharga USD 230 juta awal bulan ini. Pembelian ini memantapkan posisi Alcatel dibelakang Ericsson dan Nokia Siemens Networks dalam bisnis jaringan 3G. Sementara Nortel akan lebih memfokuskan bisnisnya di jaringan 4G.

Diluar bidang industri, investasi besar-besaran juga terjadi di kalangan operator. Di Amerika SBC membayar USD 16 milyar ke AT&T untuk mengadopsi namanya, kemudian AT&T membeli BellSouth sebesar USD 67 milyar. Sementara itu, kompetitornya Verizon membeli MCI USD 8,4 milyar. Di Eropa, Telefonica Spanyol membeli O2, operator nirkabel di beberapa negara Eropa sebesar £ 17.7 milyar (USD 31,6 milyar). Operator kabel Inggris, NTL, membeli Virgin Mobile £ 962 juta. April lalu Vodafone, operator komunikasi bergerak terbesar, menjual bisnisnya di Jepang ke operator broadband setempat Softbank seharga 1,8 triliun yen (USD 16,4 milyar) untuk dijadikan aliansi bisnis dengan Yahoo! Jepang.

Sebagai gambaran perbandingan, menurut BPS surplus perdagangan indonesia tahun ini diperkirakan meningkat menjadi USD 32 milyar dari USD 21.9 milyar tahun lalu. Sedangkan menurut Bloomberg, diperkirakan surplus perdagangan tertinggi 2006 diraih China sebesar US$ 168 miliar.

Investasi industri telekomunikasi dunia besar-besaran tersebut dengan sendirinya mengarah ke keseragaman bahasa untuk memudahkan integrasi keanekaragaman peralatan. Bisa jadi nanti-nantinya telepon, HP, radio, TV, komputer memiliki merek yang sama dan saling kompatibel, sehingga lebih memudahkan interkoneksinya.

Dulu saluran dan peralatan penerima layanan komunikasi (telepon tetap, fax dan selular), informasi (internet) dan hiburan (radio dan TV) masih harus berbeda-beda. Saat ini sudah mulai ada Speedy yang menggunakan saluran yang sama untuk telepon tetap dan internet. TelkomVision dan KabelVision menggunakan saluran yang sama untuk layanan internet dan hiburan (TV). Di sisi media, layanan internet sudah bukan lagi sekedar media informasi seperti awal-awalnya namun bisa untuk media komunikasi maupun hiburan berupa streaming radio dan TV juga. Di sisi peralatan penerima, sudah banyak HP yang dilengkapi dengan penerima radio. Dengan operator yang sama, nomor telepon dan HP bisa diprogram menjadi satu penomoran, seperti nomor Flexi dan StarOne yang mengikuti penomoran lokal (tanpa prefix 0 atau 9).

Saat ini pun satu operator sudah menyediakan multi-layanan (tidak sekedar multi-media), baik layanan komunikasi, informasi maupun hiburan. Apabila semua sentral layanan ini satu merek atau saling kompatibel sampai ke sisi pelanggan, bukannya tidak mungkin semua layanan tersebut berujung di satu terminal. Terminal ini bisa saja sebesar TV LCD 34" yang selain bisa untuk nonton TV sekeluarga, juga dilengkapi penerima radio MW/AM/FM (jika bosen nonton TV), bisa pula terdapat fasilitas-fasilitas internet seperti ngimil dan browsing (misalnya berita, jadwal, belanja, ramalan bintang, dll). Tidak tertutup kemungkinan TV tersebut dilengkapi dengan kamera untuk video calls ataupun video conference secara realtime, apalagi cuma sekedar untuk phone calls atau conference, ataupun untuk MMS atau SMS.

Jadi, jika nantinya ada teman menelpon saat nonton TV, tak perlu beranjak dari tempat duduk. Tinggal pencet tombol hijau di remote control di meja samping anda, kemudian bicaralah secara biasa karena sebenarnya di remote control tersebut sudah dilengkapi dengan handsfree, full duplex, build-in amplifier, acoustic echo and noise canceller with Automatic Microphone/Matrix Mixer. Lhoh, lhoh, lho...


Tambahan:
Seorang teman lama menilpun sekitar jam 7 pagi ini untuk menambahkan, Ericsson memutuskan membeli Redback seharga 2,1 milyar USD. Orang pun maklum, pembelian ini tentunya untuk menghadapi kompetisi di bisnis peralatan komunikasi data dengan Cisco di pasar ritel dan enterprise, serta Juniper dan Nortel di pasar Carrier.
Sumber: Bloomberg: Ericsson to Buy Router Maker Redback for $2.1 Billion
(Updated: 19-12-2006)

Monday, December 18, 2006

Enaknya Jadi Orang Bego

Berhubung hujan rintik-rintik saat jam makan siang ini, berombongan kami makan di warung tak jauh dari kantor. Saya bertanya ke seorang rekan dari bagian engineering apakah seorang rekan bagian saya sudah menanyakan problemnya dalam menginstal aplikasi di IP PBX untuk keperluan demo. Rekan bagian saya tersebut baru mutasi kurang dari 2 bulan yang lalu, setelah pengalaman beberapa tahun di bagian engineering sampai menjadi supervisor. Menurutnya, rekan bagian saya tersebut sudah berdiskusi dengan beberapa anak buah seniornya tapi ia mengaku tak mengetahui apa yang didiskusikannya.

Seorang rekan bagian engineering lainnya menyahut bahwa ia mengetahui saat rekan bagian saya bertanya ke rekan-rekan engineer lain. Kemudian rekan ini menceritakan bahwa rekan-rekan engineer pada terheran-heran, kenapa anak itu menanyakan problemnya ke mereka bukannya bertanya ke saya. Ceritanya, anak itu menjawab bahwa saya:
"Bisanya teori doang".

Karuan saja, cerita ini disambut ketawa terbahak-bahak rekan-rekan serombongan makan siang. Saya sempat terkesima mendengarnya, walaupun akhirnya terpaksa ikutan tertawa. Sebenarnya pernyataannya tidak salah, kalau saya bisa melakukan sendiri tentunya saya tak perlu repot-repot memintanya untuk mengerjakan tugas tersebut. Belum habis ketawa rekan-rekan, seorang rekan yang lebih senior membego-begokan saya. Menurutnya, saya bego betul dalam memberi perintah, dengan perumpamaan saya menyuruh mengirim email tapi tanpa pernah tahu bahwa yang disuruh tak tahu caranya menghidupkan komputer.

Tambahlah seru ketawa rekan-rekan, entah mentertawakan ketololan saya atau sekedar kegelian mendengar perumpamaan yang tak pernah terbayangkan itu. Seperti biasanya, mengetahui kalau ada rekannya yang ternyata bego, mereka berebutan memberikan petuah dan nasihat sukarela tentang cara-cara memberi perintah yang baik, benar dan bagus. Ada pula yang menyatakan bahwa mungkin anak itu stress setelah mutasi ke bagian saya selama ini gara-gara tak pernah paham apa yang saya maksudkan.

Tak tahu harus bilang apa, saya hanya bisa bertanya asal-asalan ke mereka:
"Mana yang lebih stress, punya bos bego atau punya anak buah bego?".

Tak terdengar jawaban beberapa saat, sampai akhirnya ada rekan yang berargumen:
"Yang jelas, siapapun yang bego tidak stress. Orang bego khan tak pernah tahu apa saja yang tidak atau belum beres, gimana bisa stress?! Sebaliknya orang yang tidak bego akan stress karena selalu mikirin macam-macam ketidakberesan yang diketahuinya".

Tak ada tanggapan. Mungkin mereka setuju atau mungkin pada malas mikir, atau mungkin juga mereka pikir lebih enak jadi orang bego yang tak perlu mikirin hal beginian.

Sunday, December 17, 2006

Semoga Lekas Sembuh

Berdoa agar senantiasa dianugerahi sehat jasmani, rohani dan akal bagi diri sendiri merupakan kewajiban bagi umat beragama. Membesuk dan mendoakan kesembuhan bagi handai taulan yang sakit juga sudah merupakan hal yang biasa tanpa pandang agama. Dosen ilmu telepon saya di Telematika ITB, Pak Sigit Haryadi, menulis resep Doa Buat Yang Sakit.

Barangkali banyak yang berpendapat dan berkeyakinan doa adalah ghaib dan tak perlu dipertanyakan lagi keefektifannya ataupun probabilitas keberhasilannya. Namun ternyata pendapat dan keyakinan umat manusia berbeda-beda.

Metodologi renungan, tafakur, kontemplasi dsb diyakini memiliki peluang akan mendatangkan inspirasi jawaban secara gratis dan tanpa perlu bersusah payah melakukan usaha-usaha penelitian segala. Namun keyakinan itu tidaklah begitu mudah diterima oleh sebagian umat manusia lainnya yang memilih bersabar menunggu jawaban secara sains atas studi ilmiah.

Setelah dinanti-nanti begitu lama jawaban atas pertanyaan pengaruh doa terhadap kesembuhan pasien, akhirnya jawaban tersebut disimpulkan oleh tim peneliti yang diketuai Dr. Herbert Benson, seorang dokter spesialis jantung yang menjabat direktur Mind/Body Medical Institute - dekat Boston, MA, USA. Laporan penelitiannya dipublikasikan di American Heart Journal volume 151(4) April 2006 lalu.

Penelitian tersebut telah menelan biaya USD 2.4 juta, sebagian besar didanai oleh John Templeton Foundation yang mendukung studi-studi sains tentang spiritualitas. Pemerintah Federal Amerika telah mengucurkan dana lebih dari USD 2.3 juta untuk penelitian tentang doa sejak tahun 2000. Setidaknya ada 10 penelitian resmi tentang pengaruh doa selama 6 tahun belakangan ini, hasilnya berbeda-beda.

Survey dilakukan terhadap 1802 pasien yang menjalani operasi bypass jantung di enam rumah sakit. Setelah 30 hari sejak operasi dilakukan, hasil survey dianalisa. Para peneliti menyimpulkan tidak ada perbedaan antara pasien yang telah didoakan kesembuhannya maupun yang tidak didoakan sama sekali.

Bagaimanapun juga, pencegahan penyakit lebih baik daripada penyembuhan terlepas dengan doa, obat atau terapi lainnya. Untuk pencegahan penyakit ini barangkali Johannes Leendert van der Giessen punya resep mujarab. Di kediamannya di Rotterdam, hari ini ia merayakan ulang tahun ke 107 (lahir 17/12-1899) dan sebagai manusia tertua di Belanda. Ia ditemani oleh puteranya yang berusia 65 tahun, mengaku masih merasa sehat dan tak pernah sakit. Bahkan setiap malam masih bisa naik tangga ke loteng untuk tidur. Namun ia mengakui sudah tidak bisa membaca lagi karena penglihatannya sudah tidak bagus, sebagai alternatifnya dia menonton televisi. Selebihnya merokok dengan pipa cangklong.

Saturday, December 16, 2006

Layanan Informasi Kesehatan Terpadu

Pagi ini mengantar orang tua ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan CT scan. Terdapat protokol-protokol dalam proses pemeriksaan medis ini, seperti meminum segelas cairan sesuai takaran yang diajarkan oleh perawat.

Sebelumnya beliau menjalani pemeriksaan colonoscopy. Bagi orang awam kesehatan seperti saya, cara pemeriksaan ini merupakan proses dengan alkes (alat kesehatan) yang canggih. Usus dan segala isinya dapat diamati dengan menggunakan semacam robot seperti ular. Robot itu bisa jalan, berhenti, belok dan bahkan meliuk-liuk dalam usus dengan dikendalikan oleh seorang dokter seperti main game PS-2, dan didamping perawatnya yang mengulur-ulur benangnya seperti main layangan. Bahkan, mirip dengan ular betulan, robot tersebut bisa menyemburkan cairan berwarna kebiru-biruan. Selain itu robot tersebut juga dilengkapi kamera (entah berapa Mega pixel) yang bisa melihat secara real-time apa saja disekelilingnya. Seperti main game VRML (Virtual Reality) tapi dokternya tidak perlu pakai kacamata elektronik khusus, cukup melihatnya di layar monitor sebesar TV yang kemudian direkam sebagai video logger. Hasil rekaman ini bisa di-print seperti foto berwarna yang jelas banget gambarnya.

Sepertinya pemeriksaan colonoscopy ini mirip dengan apa yang pernah dijalani isteri saya beberapa tahun yang lalu (kalau tak salah sekitar 7 tahunan yang lalu) di sebuah rumah sakit swasta di bilangan Kemayoran. Waktu itu namanya bukan colonoscopy tapi endoscopy. Yang kelihatan paling beda adalah dari mana masuknya si robot tersebut. Jika colonoscopy dari dubur, sedangkan endoscopy dari mulut. Mungkin colon berarti dubur, sedangkan endos berarti mulut. He he... (ngawur poll)

Menurut dokternya, belum semua rumah sakit di Indonesia memiliki alkes seperti ini. Kemudian ketika saya tanyakan dimana saya bisa memperoleh informasi atau data-data rumah sakit mana saja yang sudah memiliki alkes seperti ini, beliau pun tak bisa mejawab pasti. Saya pikir tanpa transparansi atau keterbukaan informasi dan data kesehatan seperti ini, bisa saja para dokter merekomendasikan rumah sakit mana paling sesuai selera atau kepentingannya pribadinya tanpa memberikan alternatip pemeriksaan lain ke pasiennya.

Saat ini rasanya masih susah betul bagi masyarakat untuk memperoleh informasi di bidang kesehatan. Paling tidak, tak semudah di bidang telekomunikasi, jika kita ingin menanyakan informasi nomor telepon dan alamat seseorang atau perusahaan tinggal telpon saja ke 108 di hampir seluruh kota di Indonesia, selanjutnya operator yang akan berusaha mencarikan informasi dan datanya untuk penelpon.

Meskipun Menteri Kesehatan sudah ada sejak republik ini merdeka, sampai di jabat Bu Dr. Siti Fadilah Supari saat ini pun belum pernah ada layanan informasi kesehatan yang dapat diakses secara mudah dan transparan oleh masyarakat dimana saja seperti layanan informasi di bidang telekomunikasi itu. Sebegitu rendahnyakah prioritas layanan informasi kesehatan terpadu bagi masyarkat luas?? Tidak harus dimulai dari informasi kesehatan yang canggih-canggih amat, namun bisa dimulai dari informasi kesehatan sederhana yang sekiranya sering dibutuhkan oleh masyarakat seperti nomor telepon, alamat dan jam buka dari rumah sakit, apotik, praktek dokter, UGD, RSUD, dsb. Sistem informasi kesehatan ini pun juga bisa dikembangkan ke informasi kesehatan lainnya seperti fasilitas alkes tertentu ada di rumah sakit mana saja, harga rawat inap, dan saya kira masih banyak lagi informasi kesehatan yang berhak diketahui oleh masyarakat secara mudah dan transparan.

Selanjutnya layanan informasi kesehatan ini bisa dikembangkan sebagai layanan informasi kesehatan terpadu, dimana content informasi kesehatan bagi masyarakat terpadu dengan informasi dan data khusus bagi kalangan medis maupun dinas kesehatan lainnya. Jika perlu, dengan menggunakan nomor bebas pulsa maka para dokter di puskesmas terpencil pun tak perlu ragu-ragu menelepon ke pusat layanan informasi kesehatan nasional mengenai masalah yang dihadapinya ke operator layanan informasi kesehatan nasional.

Barangkali hal demikian sudah tercakup dalam sistem informasi kesehatan nasional dan daerah (SIKNAS dan SIKDA). Kalaupun betul demikian, berarti diperlukan langkah-langkah sosialisasi saja agar masyarakat luas bisa mengetahui nomor telepon untuk layanan informasi kesehatan tersebut. Namun dari googling sepulang dari rumah sakit, kelihatannya banyak pihak berpandangan bahwa masalah utama adalah pengumpulan dan update data khususnya data dari daerah. Bahkan ada yang berpandangan pengumpulan dan update data ini tergantung ada-tidaknya koneksi internet atau intranet (LAN/WAN). Lhoh?!

Jangankan puskesmas kecil di kota terpencil, sebelum wafatnya Pak Prof. Samaun Samadikun bulan lalu minta koneksi internet di RS MMC Kuningan Jakarta saja tidak bisa dipenuhi dengan alasan tidak ada fasilitas internet di RS tersebut kecuali koneksi khusus direktur utama.

Inilah masalah yang belum mampu saya pahami hanya dengan googling saja. Mungkin saya perlu kuliah di jurusan Sistem Informasi Kesehatan di UGM atau di perguruan tinggi lain agar mampu memahaminya. Masalahnya, saya sendiri tak yakin apakah saya masih memiliki kemampuan kuliah ataukah tidak.

Saat ini, di benak saya hanya terbayang, jika protokol pengumpulan dan update data sudah benar maka kondisi infrastruktur bukanlah suatu kendala yang berarti. Misalnya nih, kalaupun di daerah tersebut belum ada internet, ya diminta saja operator didaerah itu menelpon atau kalau perlu ditelpon secara periodik dengan sistem aplikasi komunikasi yang sering disebut sebagai telemarketing atau campaign outbound. Jika belum ada sambungan telepon Telkom, khan ada layanan GSM yang investasi BTS-nya umumnya lebih fleksibel daripada menarik saluran kabel. Jika dinilai investasi BTS tidak memungkinkan, bisa cukup dengan membeli pesawat layanan telepon satelit Byru. Kalau pun hal ini tidak memungkinkan, masih memungkinkan update via jasa layanan pos surat. Andaikata pos surat tersebut tidak datang tepat pada waktu yang telah dijadwalkan, tentunya ada log-log yang bisa dijadikan dasar untuk analisa dimana letak permasalahannya.

Setidaknya, andakaita belum bisa sampai taraf terpadu pun, sudah selayaknyalah layanan informasi kesehatan bagi masyarakat luas sudah merupakan bagian program dan strategi Departemen Kesehatan dalam mencapai target Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan sejak tahun 1999.

Friday, December 15, 2006

Pengakuan Prestasi

Oleh-oleh dari Qatar 2006Asian Games XV di Doha Qatar usai sudah. Banyak orang mengakui bahwa pesta olah raga ini merupakan Asian Games termegah dan termewah selama ini, kalaupun tidak mau mengakui sebagai penyelenggara tersukses. Tak heran ada desas-desus Qatar ingin menyelenggarakan pesta Olimpiade nantinya. Namun meskipun diakui prestasinya dalam membangun fasilitas perlombaan dan penyelenggaraannya, mau-tak-mau harus diakui Qatar belum mampu memenuhi minimum jumlah penonton untuk perlombaan sekelas Olimpiade.

Sebaliknya, dunia mengakui Guangzhou, sebagai penyelenggara Asian Games XVI tahun 2010, tak perlu bersusah payah dalam mencari penonton. Apalagi saat ini China daratan nangkring di rangking 1 dengan 165 emas, baru disusul Korea Selatan 85 emas, Jepang 50 emas, Kazakhstan 23 emas dan Thailand 13 emas. Belum lagi China bagian Hong Kong ikutan secara terpisah di urutan ke 15 diatas prestasi kontingen Indonesia.

Rakyat Indonesia harus bersyukur dan bangga karena Indonesia memperoleh urutan ke 22 dengan 2 medali emas setara dengan Mongolia yang terkenal dengan kaisarnya Jenghis Khan yang telah diakui dunia pernah memiliki daerah kekuasaan terluas sepanjang sejarah umat manusia. Jengis Khan ini adalah kakek Kubelai Khan yang merupakan cikal bakal Tiongkok setelah memindahkan ibukota Mongol ke kota Beijing yang menjadi ibukota Cina saat ini.

Apapun hasilnya, semua pihak harusnya mengakui bahwa kontingen Indonesia telah berjuang keras dalam mengais pengakuan prestasi pembinaan SDM dalam bidang olah-raga melalui adu prestasi jasmani ini. Bahkan dalam rangka mendukung kontingennya, Presiden RI pun menyempatkan ke Doha yang disambut oleh Ketua Umum Koni Agum Gumelar beserta jajaran Koni yang berada disana. Waktu itu sempat dibahas target yang bisa dicapai dengan biaya Rp. 100 milyar itu adalah 4 medali emas. Berarti kalo sekarang para atlit nasional mampu meraih 2 emas, berarti sudah tercapai target 50%. Coba saja, andaikata para atlit memperoleh medali emas beberapa kali lipat dari target, bisa-bisa masyarakat malah tak mempercayai lagi prediksi-prediksi dan janji-janji pemerintah untuk masa mendatang.

Dukungan Presiden dan Ketua Umum Koni terhadap kontingen Indonesia tentunya juga diikuti oleh doa restu masyarakat Indonesia. Bahkan tak kurang Menteri Pemuda dan Olah Raga, Adhyaksa Dault, mengajak ibunya untuk turut mendukung kontingen Indonesia langsung di Doha. Hadis Nabi, surga dibawah telapak kaki Ibu, bisa ditafsirkan bahwa doa Ibu adalah doa yang paling mujarab bagi anaknya. Namun di MMC (Main Media Centre) di Doha kemarin, Menpora mengakui pencapaian sebesar 50% merupakan kegagalan pihak-pihak diluar atlit dan masyarakat, yaitu pihak pemerintah, Koni dan pengurus besar cabang olah raga. Barangkali beliau mengakui bahwa hasil perjuangan para atlit dan doa restu masyarakat bukanlah suatu prestasi sehingga tidak perlu pengakuan prestasi

Thursday, December 14, 2006

Kekompakan Kelompok

Tanpa pernah diajarkan ataupun dikampenyekan "For My Country, right or wrong" sudah menjadi naluri sebagian besar umat manusia. Pemihakan terhadap kelompok yang lebih kecil dari agama, suku, daerah, golongan, trah keturunan ataupun keluarga merupakan naluri manusia dari dulu hingga kini. Tak heran filantropi masih kedengaran aneh bagi banyak orang. Filantropi adalah kegiatan menyumbang sesama manusia yang tak mampu tanpa diskriminasi kelompok apakah itu kelompok agama, suku, daerah, golongan ataupun trah keturunan. Tokoh filantropis yang terkenal adalah George Soros yang kemaren mengadakan seminar "Indonesian Economic and Political Perspective 2007" di Jakarta.

Terlepas setuju atau tidaknya filantropi, kekompakan atau team work memang menjadi harapan siapa saja termasuk atasan atau pimpinan. Ada anggapan bahwa semakin orang kelihatan antusias untuk membangun kekompakan kelompok maka orang tersebut akan semakin dibela oleh kelompoknya atau atasannya. Cara menunjukkan kekompakan bisa bermacam-macam dan berbeda-beda antar satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Mungkin karena pandangan kekompakan kelompok seperti itulah, kemaren lusa pada perayaan HUT ke-42 Partai Golongan Karya di GOR Segiri Samarinda, seorang tukang sound system digebuki beberapa kader Golkar kemudian digelandang ke pos keamanan dengan diiringi teriakan-teriakan sejumlah kader Golkar lainnya. Padahal tukang sound system tersebut sedang bekerja di bagian operator untuk memperbaiki mikrofon yang macet saat Ketua Umum DPD Partai Golkar Muhammad Yusuf Kalla mau berpidato. Yusuf Kalla mengganggap kejadian tersebut sebagai hal biasa saja,
"Biasalah, kalau jumlahnya banyak, selalu saja ada yang harus ditertibkan."
kemudian beliau melanjutkan pidatonya.

Rapat Paripurna Interpelasi DPRD Depok kemarin, akhirnya dimulai terlambat satu jam dari jadwal gara-gara menunggu 12 anggota fraksi PKS yang ternyata semuanya mangkir. Sudah dua kali ini semua anggota DPRD Depok dari fraksi PKS kompakan mangkir dari rapat DPRD . Rapat ini tentang kasus Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, yang dilaporkan ke MA oleh kelima fraksi lainnya karena dugaan korupsi Rp. 211 juta. Belum lagi, mantan Menteri Kehutanan ini juga masih tersangkut sebagai saksi dugaan korupsi proyek lahan gambut dengan terdakwa utama Suwarna Abdul Fatah, Gubernur non-aktif Kalimantan Timur, yang mana proyek ini diduga telah merugikan negara Rp 348 miliar. Terlepas salah atau tidaknya Nur Mahmudi, terkesan para kader PKS di DPRD Depok ini kompak membelanya mati-matian kelompoknya, apapun alasan dan pandangan kelompok mayoritas di DPRD tersebut. Rapat DPRD itu akhirnya memutuskan memanggil kembali Nurmahmudi besok Senin minggu depan ini. Jika yang bersangkutan tetap mangkir, DPRD Depok mengancam akan menggunakan hak angket. Artinya setelah ikhtiar-ikhtiar musyawarah terhambat oleh kekompakan maka akan terjadi adu kekompakan.

Barangkali saat ini banyak yang berpandangan tidak kompak merupakan sikap yang tak terpuji atau amat memalukan.

Wednesday, December 13, 2006

Beras-Beras Kaca

Gelas-gelas kaca
Tunjukkan padaku
Siapa diriku ini
...
(whew!... ternyatah baru bbrp bulan paska kisah ini diposting dimare, di yutup dah ada yg ngaplot klip versi karokeannya neh)



Ini adalah penggalan lagunya Nia Daniati (versi keroncongnya ada di CD Sundari Sukoco). Saya ingat lagu ini saat tadi siang menunggu seseorang cukup lama di ruangan serba kaca di pinggiran pantai Ancol. Disitu direncanakan akan dibangun kompleks perumahan dengan fasilitas komplit. Lagu itu mengingatkan siapa diri saya ini, yang ternyata tidak ada apa-apanya. Mau berapa tahun pun saya menabung dengan gaya hidup sengirit-ngiritnya, rasanya tak bakalan mampu membeli satu rumah pun disitu.

Akhirnya yang kami tunggu datang juga saat waktu makan siang. Dari kartu namanya saya tak tahu pasti apa jabatannya, tapi sepertinya orang IT atau engineering. Kami pun bertemu sebentar saja. Selain kami sudah lapar, beliau juga sudah paham tentang perteleponan sehingga saya tak perlu menjelaskan panjang lebar lagi. Sewaktu pulang beliau menawarkan makan di restoran kaca di samping ruangan tempat kami bertemu yang dipisah oleh pintu kaca.

Katanya restoran ini terkenal enak, bahkan kalau malam minggu banyak orang pada sabar menanti antri karena kehabisan tempat duduk. Siang tadi saja restoran besar ini kelihatan penuh. Salah satu keistimewaannya, selain kokinya yang terkenal juga nasinya menggunakan beras organik. Katanya beras ini ditanam secara alami tanpa pestisida dan pupuk-pupuk kimiawi inorganik lainnya. Oleh karena itulah beras ini diyakini jauh lebih bagus untuk menjaga kesehatan. Semakin kecil unsur kimianya maka beras itu dipandang semakin organik. Masa panennya pun semakin lama maka semakin bagus, idealnya bisa 5 sampai 15 tahun. Saya masih suka salah sebut sebagai beras Ori, seperti penjual asesori HP saja: mau Ori atau Tw? (maksudnya barang original atau Taiwan).

Katanya sekarang sudah mulai banyak restoran yang membatasi nasinya hanya menggunakan beras organik. Karena banyaknya permintaan inilah, sehingga banyak petani padi di republik ini yang rame-rame tanam beras organik belakangan ini. Selain untuk konsumsi restoran dalam negeri, kebanyakan beras organik ini diekspor. Pantas saja harga beras biasa (non organik) belakangan ini naik drastis tak terkendali. Stok beras dalam negeri lama-lama menipis, padahal orang Indonesia pengkonsumsi beras. Tak kurang dari Gubernur DKI Sutiyoso, Menteri Perdagangan Mari Eka Pangestu, Menko Perekenomian Boediono tiba-tiba kepanikan gara-gara beras. Nah lo... nah lo....

Hmm... bisa jadi saat ini belum ada Sistem Informasi Beras Nasional sehingga stok beras tidak bisa diprediksi secara presisi oleh para pakar dan analis perberasan. Operasi pasar pun digelar dmana-mana. Entah apa efeknya, kalau pun mampu manahan naiknya harga beras, sampai berapa lamakah?

Orang yang kami temui tadi pun mendesak kami untuk mencicipi restoran kebanggaannya tersebut. Dari kaca pembatas, kelihatan restoran sudah mulai agak kosong. Saya tak melihat ada bekas-bekas asap, mungkin karena ruangan yang ber-AC itu tertutup rapat oleh kaca. Oleh karena itulah dengan segala daya saya berusaha menolak penawarannya secara halus.

Di perjalanan pulang, satu dari dua orang teman sempat menyatakan keheranannya mengapa saya tidak memenuhi penawarannya. Saya jawab saja:
"Hari ini saya lagi tak pengin makan nasi di restoran alias warung yang berkaca".
Teman saya satunya yang sama-sama sekantor, nampaknya bisa memaklumi apa yang saya maksudkan. Kami pun menuju warung soto mie yang terletak di jalan Lautze dalam di kawasan jalan Kartini. Menurut hemat kami, warung ini tidak bisa dikategorikan sebagai restoran karena memang tidak tertutup oleh kaca.

Tuesday, December 12, 2006

Pokoknya Tak Pernah Salah

Slogan orang Amerika "We may not always be right, but we are never wrong", sudah menjadi naluri sebagian besar umat manusia tanpa perlu program pertukaran dan penularan budaya. Hanya saja naluri tak pernah merasa bersalah bisa berlebihan sehingga bisa mengakibatkan tumbuhnya keyakinan dan pandangan bahwa orang lain pokoknya pasti dan selalu lebih salah - apapun alasannya.

Keyakinan tersebut lama-kelamaan bisa menimbulkan keyakinan pribadi bahwa pandangan pribadinya selalu lebih benar, lebih baik dan lebih bagus daripada orang-orang lain. Pendidikan dan pembelajaran mengasah akal dan wawasan untuk semakin mampu mengendalikan naluri alamiahnya. Kemampuan memadukan akal, wawasan dan naluri menjadikan seseorang semakin dipandang sebagai orang yang arif.

Meningkatnya angka peringkat ala Transparency International sebagai negara terkorup dari 85 pada tahun 2000 meningkat menjadi 130 dari 145 negara pada 2006 ini, bahkan tahun lalu mencapai peringkat 137 bisa menambah pesimistis dan apatis terhadap kearifan orang lain. Maraknya kampanye anti korupsi belakangan ini mungkin menyadarkan sebagian orang untuk meningkatkan kearifannya dalam mencari nafkah, namun bisa juga malah menimbulkan inspirasi dan intepretasi baru bagi yang merasa belum sempat korupsi, sedangkan bagi yang merasa telah lama tidak korupsi seolah mengingatkan pameo:
"Amenangi jaman edan, sing ora melu edan ora arep keduman"
(Dalam menghadapi jaman dimana banyak orang pada gila, yang tak ikut-ikutan gila maka tak akan kebagian).
Suatu konklusi prematur dan ngawur bila dikatakan pameo ini berdasarkan syair di buku Serat Kalatidha karangan R Ng. Ronggo Warsito yang terbit sekitar 1820-an.

Bagi yang belum pernah tahu Transparency International ataupun kampanye anti korupsi juga masih terbuka peluang terpupuk keyakinan bahwa orang lain tak pernah merasa lebih benar darinya. Berbagai sinetron dan acara-acara TV lain dari sejak dulu mempertontonkan orang arif, rendah hati dan santun lebih sering digambarkan sebagai orang miskin, susah dan sial melulu. Sedangkan orang yang punya sifat tak pernah mau merasa salah dan kalah, egois dan judes lebih sering digambarkan sebagai orang kaya, sukses atau terpandang. Rentetan terus-menerus berbagai acara TV yang bebas ditonton oleh segala lapisan (umur, pendidikan, tingkat penghidupan) masyarakat sedikit banyak tentunya berdampak terhadap pola pikir dan pola pandang pemirsanya terhadap kepantasan-kepantasan umum di republik ini.

Sore ini di depan pertigaan RS Budi Kemuliaan - Tanah Abang Timur, kendaraan saya yang sedang berhenti menunggu kesempatan masuk ke jalur utama tiba-tiba diserempet dari depan-samping oleh mobil box tertutup, jelek dan butut. Saya pun turun untuk mencari tahu akibat kecelakaan ini. Baru beberapa detik saya mencoba mencari-cari tahu, tiba-tiba terdengar umpatan-umpatan penuh emosi. Rupanya penumpang (bukan sopir) mobil box itu turun dan sedang memaki-maki saya di samping pintu mobilnya yang dibiarkan terbuka.

Lhoh?! Rupanya ia tak peduli siapa pun yang mendapat musibah, yang penting marah-marah duluan untuk menunjukkan bahwa ia sama sekali tak pernah salah sedikitpun. Saya pikir, tak akan banyak mendatangkan manfaat untuk berkenalan apalagi berurusan dengan orang macam beginian. Apalagi rintik hujan sudah mulai turun, menanggapi makiannya bisa-bisa malah semakin lama buang waktu percuma. Oleh karena itu saya pun memilih tak menanggapinya dan menunggu berhentinya makiannya. Mungkin karena ia pikir saya diam saja karena ketakutan akan kegarangan dan kesangarannya, ia pun (masih sambil maki-maki) naik kembali ke mobilnya sambil menutup pintunya keras-keras seolah-olah kesal sekali karena waktunya telah terbuang sia-sia. Belum sempat saya berucap, mobil itu sudah jalan lagi.

Barangkali inilah salah satu ciri budaya bangsa ini, masih banyak yang memiliki pola pikir bahwa pokoknya dirinya tak pernah salah - baik dengan atau tanpa alasan. Tak sedikit orang tua yang sengaja atau tak sengaja mendidik anaknya sejak dari kecil untuk memiliki pola pikir seperti ini. Misalnya, seorang anak kecil menangis setelah menabrak meja saat berlarian. Si orang tua sebenarnya mengetahui bahwa anaknya-lah yang salah karena saat berlarian tak memperhatikan meja tersebut yang dari sejak anaknya itu belum lahir memang sudah terletak disitu. Meskipun begitu yang dilakukan oleh orang tuanya bukannya mendidik anak itu agar tak lagi mengalami kecelakaan serupa, namun justru memukul meja yang tak bersalah itu sambil memaki-makinya,
"Ugh!.. Dasar meja nakal!".

Bisa dibayangkan, akan seperti apa anak itu jika besar kelak? Tak pelak lagi, tak akan beda dengan penumpang mobil box tersebut.