Monday, December 18, 2006

Enaknya Jadi Orang Bego

Berhubung hujan rintik-rintik saat jam makan siang ini, berombongan kami makan di warung tak jauh dari kantor. Saya bertanya ke seorang rekan dari bagian engineering apakah seorang rekan bagian saya sudah menanyakan problemnya dalam menginstal aplikasi di IP PBX untuk keperluan demo. Rekan bagian saya tersebut baru mutasi kurang dari 2 bulan yang lalu, setelah pengalaman beberapa tahun di bagian engineering sampai menjadi supervisor. Menurutnya, rekan bagian saya tersebut sudah berdiskusi dengan beberapa anak buah seniornya tapi ia mengaku tak mengetahui apa yang didiskusikannya.

Seorang rekan bagian engineering lainnya menyahut bahwa ia mengetahui saat rekan bagian saya bertanya ke rekan-rekan engineer lain. Kemudian rekan ini menceritakan bahwa rekan-rekan engineer pada terheran-heran, kenapa anak itu menanyakan problemnya ke mereka bukannya bertanya ke saya. Ceritanya, anak itu menjawab bahwa saya:
"Bisanya teori doang".

Karuan saja, cerita ini disambut ketawa terbahak-bahak rekan-rekan serombongan makan siang. Saya sempat terkesima mendengarnya, walaupun akhirnya terpaksa ikutan tertawa. Sebenarnya pernyataannya tidak salah, kalau saya bisa melakukan sendiri tentunya saya tak perlu repot-repot memintanya untuk mengerjakan tugas tersebut. Belum habis ketawa rekan-rekan, seorang rekan yang lebih senior membego-begokan saya. Menurutnya, saya bego betul dalam memberi perintah, dengan perumpamaan saya menyuruh mengirim email tapi tanpa pernah tahu bahwa yang disuruh tak tahu caranya menghidupkan komputer.

Tambahlah seru ketawa rekan-rekan, entah mentertawakan ketololan saya atau sekedar kegelian mendengar perumpamaan yang tak pernah terbayangkan itu. Seperti biasanya, mengetahui kalau ada rekannya yang ternyata bego, mereka berebutan memberikan petuah dan nasihat sukarela tentang cara-cara memberi perintah yang baik, benar dan bagus. Ada pula yang menyatakan bahwa mungkin anak itu stress setelah mutasi ke bagian saya selama ini gara-gara tak pernah paham apa yang saya maksudkan.

Tak tahu harus bilang apa, saya hanya bisa bertanya asal-asalan ke mereka:
"Mana yang lebih stress, punya bos bego atau punya anak buah bego?".

Tak terdengar jawaban beberapa saat, sampai akhirnya ada rekan yang berargumen:
"Yang jelas, siapapun yang bego tidak stress. Orang bego khan tak pernah tahu apa saja yang tidak atau belum beres, gimana bisa stress?! Sebaliknya orang yang tidak bego akan stress karena selalu mikirin macam-macam ketidakberesan yang diketahuinya".

Tak ada tanggapan. Mungkin mereka setuju atau mungkin pada malas mikir, atau mungkin juga mereka pikir lebih enak jadi orang bego yang tak perlu mikirin hal beginian.

3 comments:

  1. Itu sih cerita classic di kantor yang birokrasinya mupet. Memang lebih enak punya perusahaan sendiri. Sebab tidak perlu pura-pura "bego" atau disangka "bego" :)

    ReplyDelete
  2. hehehe.. makin banyak tahu, makin stress ya?

    aku sering ngerasa gini kalo baca2 informasi tentang penyakit dan kesehatan gitu deh. rasanya kok dunia ini mengerikan sekali. kalo ga tau apa2 kan tenang2 aja :D

    ReplyDelete
  3. @barry: wuih!.. Susah emang kalo cerita gini dibaca ama pakar basa-basi. Ha ha..

    @yanti: yeah... begitulah, kayak2-nya kok enak banget jadi anak petani dusun terpencil yang ga tau apa2 dan gak pengin tau apa2. Ada kalanya pula saya pikir keinginan tahu adalah nurani masing2 orang, hanya saja minat n takarannya beda2

    ReplyDelete