Sunday, December 03, 2006

In Lust We Trust Financial Revolution

Ada banyak cara untuk JaIm (Jaga Image), tergantung image bagaimana yang akan kita jaga. Bagi yang ingin punya image angker sehingga orang akan segan mempertanyakan segala masalah, bisa menjaganya dengan seharian pasang tampang cemberut terus. Sebaliknya bagi yang ingin punya image ramah tanpa pernah salah, agar orang tak akan pernah mengetahui segala kebodohan kita biasakanlah menjawab setiap pertanyaan dengan cengar-cengir saja secara konsisten. Ada pula pimpinan perusahaan agar punya image merakyat supaya terhindar dari beban dan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan seputar masalah bonus, kenaikan gaji, karir, dll, menghapal semua nama karyawannya dan setiap bertemu akan bersikap terburu-buru dan menyapa terlebih dahulu dengan menyebut nama karyawan tersebut. Membangun image memang tidaklah mudah, namun menjaga image yang sudah susah-suah kita bangun jauh lebih susah daripada membangunnya. Oleh karena itu konsistenlah. Ha ha...

Mungkin juga dalam rangka JaIm akrab slalu dengan rekan-rekan bujangan sesekali saya menyempatkan diri untuk ikutan kumpul-kumpul di warung kopi selepas jam kantor. Kelihatannya mereka setiap hari ngobrol di warung ini sampai larut malam. Entah apa saja yang digosipin. Namun sekilas dari obrolan mereka terlihatlah bahwa geng obrolan ini pada umumnya cerdas, kreatip dan motivasi untuk majunya tinggi. Saya belajar banyak dari mereka. Sepertinya daya tampung otak mereka jauh lebih besar dibandingkan orang-orang seperti saya yang tahunya sebatas TV, satu-dua koran dan sedikit majalah. Sedangkan bagi mereka berita-berita TV, koran dan majalah hanyalah sumber informasi level basic saja, sedangkan info-info level moderate, intermediate dan advanced entah didapatkan dari mana lagi. Tanpa pernah bergaul dengan mereka, rasanya sulit untuk mengetahui apalagi memahami trend-trend masa kini khususnya di kalangan generasi muda.

Begitu pula sebaliknya, ada kalanya mereka tak segan-segan menanyakan pendapat saya. Salah satu trend yang jadi bahan obrolan dan sempat ditanyakan adalah buku Financial Revolution karangan Tung Desem Waringin yang mereka sering sebut akrab sebagai Pak Tung. Wajar saja kalau mereka meminta komentar saya, karena mereka pikir saya pun mengetahui buku yang amat populer ini dan sering diiklankan di TV. Meskipun mereka bisa menceritakan banyak hal tentang buku itu, namun saya memilih untuk tidak berpendapat apapun karena saya belum membacanya secara lengkap. Saya juga memilih untuk tidak berkomentar perihal pengarangnya, karena saya merasa saat ini saya tak begitu tahu siapa beliau selain sarjana S1 fakultas hukum UNS Solo dan pernah jadi kepala cabang BCA di Jawa Timur. Saya memang pernah dengar harga undangan seminarnya sampai puluhan juta rupiah, namun saya belum pernah membelinya sendiri dan belum pernah pula diundang mengikutinya. Saya merasa tak layak berpendapat atau berkomentar saat itu. Namun gara-gara JaIm akrab slalu itulah, saya menjanjikan akan berusaha menyempatkan membacanya suatu saat nanti, mudah-mudahan bisa di hari Minggu ini.

Di sampulnya tercetak sekurangnya 15 pujian dari para pakar dan tokoh terkenal dalam dan luar negeri. Belum lagi cap sebagai National Best Seller (bintangnya ada 4) dan rekor MURI menunjukkan buku ini memang benar-benar dahsyat. Rekor yang fantastis ini bisa jadi menunjukkan barometer visi dan misi mayoritas masyarakat golongan mapan Indonesia, paling tidak masyarakat golongan mampu membeli buku. Selain bersukur terhadap Tuhan YME bahwa buku ini bisa selesai, Pak Tung juga mengucapkan terimakasih ke berbagai individu dan institusi yang menghabiskan 4 halaman penuh. Bagi yang belum pernah membacanya, bisa dibayangkan berapa banyak nama yang disebutkan dalam bab Ucapan Terima Kasih tersebut. Tak perlu diperdebakan betapa hebatnya buku ini.

Bagi yang belum terbiasa dengan paradigma-paradigma di bisnis-bisnis sejenis MLM dan variannya, buku ini bisa jadi rangkuman praktis berbagai inspirasi dan motivasi dari berbagai sumber yang disusun secara sistematis. Secara keseluruhan, buku ini bisa menjadi landasan revolusi kehidupan seseorang terutama bagi orang-orang yang ingin kaya. Di bab Penutup disimpulkan terdapat 10 rekomendasi untuk dijalani. Syarat utama dan pertama untuk memanfaatkan pelajaran dari buku ini adalah orang wajib merubah keyakinan agar kaya serta banyak uang. Keyakinan ini harus semakin bertambah kuat setiap harinya atau paling tidak tetap terjaga. Untuk itu, saran kedua bagi pembaca setelah merubah keyakinan adalah menuliskan secara positif, spesifik dan mantap akan tujuan pembaca. Saran-saran selanjutnya adalah bagaimana mencapai tujuan yang telah ditulis tersebut. Artinya, terlepas apapun tujuan dan keinginan hidup seseorang apakah masuk surga, kebahagiaan, kemuliaan, kenyamanan, ketentraman, dll, harus selalu diingat bahwa tujuan itu hanyalah jalan menuju keyakinan utama untuk mejadi kaya dan banyak uang. Menurut bagian kedua buku ini, semua orang bisa menjadi kaya. Berarti buku ini tidak hanya ditujukan untuk sekelompok suku, ras atau agama tertentu saja namun juga bagi semua orang tidak terkecuali orang-orang yang tak mengenal Tuhan sekalipun.

Dari sejak dulu uang rupiah tidak mengenal kata Tuhan. Barulah setelah perekonomian nasional terpuruk gara-gara krisis moneter, terdapat kata Tuhan di mata uang kertas emisi 1999 Rp. 50.000,-. dengan kalimat panjang dan font kecil "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Bank Indonesia Mengeluarkan Uang....". Kenyataan ini bisa ditafsirkan bahwa orang Indonesia sejak dulu berkeyakinan tidak ada kaitannya antara uang dengan Tuhan. Kalaupun sekarang terdapat kata Tuhan, mungkin orang sudah tak begitu memperhatikannya lagi karena banyaknya masalah sehari-hari yang lebih menyita perhatiannya. Berbeda dengan dolar Amerika yang dari sejak dulu kala sudah tercetak jelas dengan font bold "In God We Trust". Setiap orang berhak berargumen apapun tentang kata God di moto atau keyakinan ini. Namun ada juga yang jelas-jelas mengganti kata God menjadi Lust sebagai moto atau keyakinan hidupnya, paling tidak moto ini telah menjadi sebuah judul buku "In Lust We Trust".

In God We Trust (18) Adventures in adult cinema by Gerry LimSaya terpana saat pertama kalinya membaca judul buku ini. Secara spontan langsung terbayang di otak buku ini anti Amerika banget. Lhah judunyal saja jelas-jelas kebalikan atau melawan dari apa yang telah menjadi keyakinan rakyat Amerika selama ini. Orang tahu nama-nama terkenal seperti Soekarno, Ayatullah Khomeini, Fidel Castro, Muammar Khadafi, Robert Mugabe atau Ahmadinejad, tapi nama pengarang buku ini Gerrie Lim saya baru tahu ya... dari buku ini.

Rupanya saya salah duga, ternyata buku ini tidak ada kaitannya dengan politik anti Amerika dari negeri manapun. Tidak pula berisi wawancara tokoh-tokoh politik dunia namun banyak berisi wawancara dengan banyak bintang dan praktisi di dunia film khusus dewasa. Dunia dimana para pelakunya berkeyakinan manajemen dan profesionalitas dalam bidang nafsu dapat mendatangkan uang yang berlimpah ruah. Dari susunan kata yang dipilih di judulnya saja jelaslah si pengarang ingin menunjukkan bahwa mereka lebih mempercayai nafsu daripada Tuhan yang tak bisa mendatangkan uang dan juga tak bisa meningkatkan kekayaan mereka. Bagi umat beragama bisa menafsirkannya sebagai Tuhan mereka adalah uang yang menjadi prioritas tertinggi diatas segala-galanya termasuk dosa, moral etika, norma umum, rasa malu, dsb.

Andaikata pun terdapat kendala dalam meyakini uang adalah prioritas tertinggi dalam kehidupannya, maka kendala itu berkisar rasa malu terhadap norma dan kepatutan umum yang dipahaminya dari lingkungannya seperti keluarga, teman dan handaitaulannya. Disinilah betapa hebatnya para bintang porno di buku ini, bahkan bisa dikatakan mereka adalah manusia luar biasa (extra ordinary people) yang sudah mampu melampaui kendala-kendala yang mungkin terlalu sulit dilewati oleh kebanyakan orang. Untuk mengatasi kendala-kendala ini tidaklah selalu mudah. Meskipun setiap hari membaca mantra-mantra (afirmasi/materialisasi) motivasi untuk menambah keyakinan akan begitu pentingnya uang, belum tentu semua orang bisa mencapai karir atau peringkat sekelas para bintang porno yang diwawancarai di buku ini. Sebagai contohnya, Asia Carrera dan Nicole Sheridan terbukti memiliki IQ diatas rata-rata.

Mungkin saja buku ini bisa jadi inspirasi dan motivasi untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan pola pikir, pola perasaan dan pola tindakan dalam mewujudkan harapan menjadi kaya raya serta banyak uang bertaraf dunia. Yang jelas, buku ini juga bisa dijadikan referensi untuk mengenal dan memahami bisnis di industri film dewasa internasional dan dunia pornografi profesional. Suatu dunia yang jelas berbeda dengan dunia orang-orang agamis yang berkeyakinan God (=Allah) merupakan prioritas tertinggi diatas segala-galanya termasuk uang, kekayaan, keuntungan, kemakmuran, dsb.

0 comments:

Post a Comment