Thursday, December 14, 2006

Kekompakan Kelompok

Tanpa pernah diajarkan ataupun dikampenyekan "For My Country, right or wrong" sudah menjadi naluri sebagian besar umat manusia. Pemihakan terhadap kelompok yang lebih kecil dari agama, suku, daerah, golongan, trah keturunan ataupun keluarga merupakan naluri manusia dari dulu hingga kini. Tak heran filantropi masih kedengaran aneh bagi banyak orang. Filantropi adalah kegiatan menyumbang sesama manusia yang tak mampu tanpa diskriminasi kelompok apakah itu kelompok agama, suku, daerah, golongan ataupun trah keturunan. Tokoh filantropis yang terkenal adalah George Soros yang kemaren mengadakan seminar "Indonesian Economic and Political Perspective 2007" di Jakarta.

Terlepas setuju atau tidaknya filantropi, kekompakan atau team work memang menjadi harapan siapa saja termasuk atasan atau pimpinan. Ada anggapan bahwa semakin orang kelihatan antusias untuk membangun kekompakan kelompok maka orang tersebut akan semakin dibela oleh kelompoknya atau atasannya. Cara menunjukkan kekompakan bisa bermacam-macam dan berbeda-beda antar satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Mungkin karena pandangan kekompakan kelompok seperti itulah, kemaren lusa pada perayaan HUT ke-42 Partai Golongan Karya di GOR Segiri Samarinda, seorang tukang sound system digebuki beberapa kader Golkar kemudian digelandang ke pos keamanan dengan diiringi teriakan-teriakan sejumlah kader Golkar lainnya. Padahal tukang sound system tersebut sedang bekerja di bagian operator untuk memperbaiki mikrofon yang macet saat Ketua Umum DPD Partai Golkar Muhammad Yusuf Kalla mau berpidato. Yusuf Kalla mengganggap kejadian tersebut sebagai hal biasa saja,
"Biasalah, kalau jumlahnya banyak, selalu saja ada yang harus ditertibkan."
kemudian beliau melanjutkan pidatonya.

Rapat Paripurna Interpelasi DPRD Depok kemarin, akhirnya dimulai terlambat satu jam dari jadwal gara-gara menunggu 12 anggota fraksi PKS yang ternyata semuanya mangkir. Sudah dua kali ini semua anggota DPRD Depok dari fraksi PKS kompakan mangkir dari rapat DPRD . Rapat ini tentang kasus Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, yang dilaporkan ke MA oleh kelima fraksi lainnya karena dugaan korupsi Rp. 211 juta. Belum lagi, mantan Menteri Kehutanan ini juga masih tersangkut sebagai saksi dugaan korupsi proyek lahan gambut dengan terdakwa utama Suwarna Abdul Fatah, Gubernur non-aktif Kalimantan Timur, yang mana proyek ini diduga telah merugikan negara Rp 348 miliar. Terlepas salah atau tidaknya Nur Mahmudi, terkesan para kader PKS di DPRD Depok ini kompak membelanya mati-matian kelompoknya, apapun alasan dan pandangan kelompok mayoritas di DPRD tersebut. Rapat DPRD itu akhirnya memutuskan memanggil kembali Nurmahmudi besok Senin minggu depan ini. Jika yang bersangkutan tetap mangkir, DPRD Depok mengancam akan menggunakan hak angket. Artinya setelah ikhtiar-ikhtiar musyawarah terhambat oleh kekompakan maka akan terjadi adu kekompakan.

Barangkali saat ini banyak yang berpandangan tidak kompak merupakan sikap yang tak terpuji atau amat memalukan.

0 comments:

Post a Comment