Friday, December 15, 2006

Pengakuan Prestasi

Oleh-oleh dari Qatar 2006Asian Games XV di Doha Qatar usai sudah. Banyak orang mengakui bahwa pesta olah raga ini merupakan Asian Games termegah dan termewah selama ini, kalaupun tidak mau mengakui sebagai penyelenggara tersukses. Tak heran ada desas-desus Qatar ingin menyelenggarakan pesta Olimpiade nantinya. Namun meskipun diakui prestasinya dalam membangun fasilitas perlombaan dan penyelenggaraannya, mau-tak-mau harus diakui Qatar belum mampu memenuhi minimum jumlah penonton untuk perlombaan sekelas Olimpiade.

Sebaliknya, dunia mengakui Guangzhou, sebagai penyelenggara Asian Games XVI tahun 2010, tak perlu bersusah payah dalam mencari penonton. Apalagi saat ini China daratan nangkring di rangking 1 dengan 165 emas, baru disusul Korea Selatan 85 emas, Jepang 50 emas, Kazakhstan 23 emas dan Thailand 13 emas. Belum lagi China bagian Hong Kong ikutan secara terpisah di urutan ke 15 diatas prestasi kontingen Indonesia.

Rakyat Indonesia harus bersyukur dan bangga karena Indonesia memperoleh urutan ke 22 dengan 2 medali emas setara dengan Mongolia yang terkenal dengan kaisarnya Jenghis Khan yang telah diakui dunia pernah memiliki daerah kekuasaan terluas sepanjang sejarah umat manusia. Jengis Khan ini adalah kakek Kubelai Khan yang merupakan cikal bakal Tiongkok setelah memindahkan ibukota Mongol ke kota Beijing yang menjadi ibukota Cina saat ini.

Apapun hasilnya, semua pihak harusnya mengakui bahwa kontingen Indonesia telah berjuang keras dalam mengais pengakuan prestasi pembinaan SDM dalam bidang olah-raga melalui adu prestasi jasmani ini. Bahkan dalam rangka mendukung kontingennya, Presiden RI pun menyempatkan ke Doha yang disambut oleh Ketua Umum Koni Agum Gumelar beserta jajaran Koni yang berada disana. Waktu itu sempat dibahas target yang bisa dicapai dengan biaya Rp. 100 milyar itu adalah 4 medali emas. Berarti kalo sekarang para atlit nasional mampu meraih 2 emas, berarti sudah tercapai target 50%. Coba saja, andaikata para atlit memperoleh medali emas beberapa kali lipat dari target, bisa-bisa masyarakat malah tak mempercayai lagi prediksi-prediksi dan janji-janji pemerintah untuk masa mendatang.

Dukungan Presiden dan Ketua Umum Koni terhadap kontingen Indonesia tentunya juga diikuti oleh doa restu masyarakat Indonesia. Bahkan tak kurang Menteri Pemuda dan Olah Raga, Adhyaksa Dault, mengajak ibunya untuk turut mendukung kontingen Indonesia langsung di Doha. Hadis Nabi, surga dibawah telapak kaki Ibu, bisa ditafsirkan bahwa doa Ibu adalah doa yang paling mujarab bagi anaknya. Namun di MMC (Main Media Centre) di Doha kemarin, Menpora mengakui pencapaian sebesar 50% merupakan kegagalan pihak-pihak diluar atlit dan masyarakat, yaitu pihak pemerintah, Koni dan pengurus besar cabang olah raga. Barangkali beliau mengakui bahwa hasil perjuangan para atlit dan doa restu masyarakat bukanlah suatu prestasi sehingga tidak perlu pengakuan prestasi

0 comments:

Post a Comment