Saturday, December 23, 2006

Suka Ria Dalam Duka Cita

Entah berapa kali tilpun rumah dan HP isteri saya berdering sejak tengah malam tadi. Pertama kali tilpun diterima, kami sempat kaget mendengar berita duka cita bahwa salah satu eyang kami telah meninggal dunia di rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Kami biasanya memanggil almarhumah dengan Eyang Suryo Putri atau Eyang Suryo saja, karena Eyang Suryo Kakung telah lama sekali meninggal. Saya pun segera mengumpulkan segenap energi kesadaran untuk bisa bangun tidur agar bisa segera pergi melayat. Belum juga saya bangun penuh sudah ada telpun lagi yang menyarankan agar kami melayatnya besok pagi saja langsung ke bandara, yang memang dekat dengan rumah. Info ini membuat energi yang telah terkumpul langsung sirna begitu saja. Namun saya masih sempat ingat (sadar) isteri saya memberi tahu beberapa tilpun selanjutnya, yang intinya jenasah diberangkatkan jam 11 siang dan saya mendapat tugas menjemput para kerabat yang tinggalnya lumayan dekat dengan rumah.

Sebenarnya kami sudah mengetahui perihal beliau menjalani rawat-inap di rumah sakit tersebut dari SMS ke HP isteri saya. Namun sayangnya, sampai meninggalnya tadi malam kami tidak sempat membesuknya. Rasa-rasanya masih ada beberapa tilpon lagi setelah Subuh, namun mungkin isteri saya sudah terlalu lelap tidurnya. Saya sendiri sempat sekali mencoba bangun untuk menjawabnya, namun terlambat telah hubungan telah ditutup. Saya pikir, tilpun ini mungkin dari kerabat lain yang hendak memberitakan meninggalnya eyang kami.

Saya sengaja bangun jauh lebih bagi dari kebiasaan bangun di hari Sabtu. Bangun tidur ku terus mandi dan berdandan ala pelayat pada umumnya, pakaian hitam-hitam dan berpeci. Sebelum berangkat saya tilpon dulu kerabat untuk memberitahukan bahwa saya telah siap menjemputnya. Baru satu orang yang saya tilpun HP-nya, saya terkaget-kaget karena ternyata jenasah sudah diberangkatkan. Apakah, saking ngantuknya, saya salah dengar info dari isteri saya tadi malam? Ataukah saya tak begitu mendengar lagi update terakhir yang disampaikan isteri saya? Menurut cerita beliau, memang telah terjadi banyak perubahan-perubahan keputusan setelah keluarnya keputusan pertama.

Tiba-tiba hubungan telepon terputus. Saya coba beberapa kali menghubungi beliau kembali baik lewat HP maupun tilpun rumah tapi tak pernah bisa terhubung lagi. Sepertinya jaringan GSM sedang mampet (congestion), sedangkan rumah beliau tidak ada telepon rumah. Akhirnya saya coba mencari nomor HP anak-anaknya yang mungkin saja sedang berada di rumahnya pada hari Sabtu seperti ini. Belum sempat saya menilpun HP anaknya, ada SMS masuk dari beliau yang isinya:
"Komputermu waras to?".
Saya pun buru-buru menuju komputer untuk mengisi pulsanya via klik BCA.

Saya hanya bisa merasa lemas, lemah dan lunglai serasa tiba-tiba kebanjiran kekecewaan bercampur kesedihan. Barangkali banyak yang berpendapat menangisi orang yang meninggal bukanlah perbuatan yang terpuji. Setidaknya vokalis Pasha Ungu, seperti disiarkan beberapa kali di beberapa stasiun TV, mengatakan jatuhnya korban jiwa bukanlah halangan untuk melanjutkan tur pentas konser musik band Ungu karena kesedihan dan tangisan malah akan memberatkan arwah para 10 korban yang telah tewas di stadion Widya Mandala Krida, Pekalongan pada Selasa Kliwon malam 19-12 lalu. Menurut perhitungan banyak aliran perkalenderan Jawa, waktu malam hari sudah termasuk hari masehi esoknya, namun yang jelas Selasa Kliwon dikenal luas sebagai hari anggara kasih.

Kalaupun pada kenyataannya akhirnya saya tak kuasa menahan tangis, rasa-rasanya tak ada sangkut pautnya dengan wawancara Pasha di TV tersebut. Secara jujur, saya akui bahwa dalam hal ini saya lebih setuju paham Imam Syafi'i dengan konsep: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Namun pada kenyataannya, iman, pikiran, perasaan dan ingatan tidaklah selalu bisa mufakat. Jelas terbayang di ingatan dari sejak saya kecil, diantara para pinisepuh dan jajaran kasepuhan eyang Suryo adalah sosok nenek yang paling ramah, tidak cerewet dan paling bisa menggunakan bahasa pergaulan dan cara pandang sehari-hari generasi kita dalam berkomunikasi.

Dengan suasana duka cita inilah, tidak seperti hari Sabtu biasanya, saya memilih tidak pergi keluar rumah. Nonton beberapa film yang belum sempat saya tonton, dan selebihnya nonton TV. Sewaktu ganti-ganti saluran, jam 4 sore tadi secara tak sengaja saya menemukan acara berjudul "Playboy Kabel" yang mengundang penasaran ingin tahu: apa kaitannya Playboy dengan Kabel? Apakah playboy di acara ini versi Mansion, Spanyol, Indonesia atau dari mana? Lantas, kabelnya apakah kabel listrik, kabel tilpun, kabel data atau kabel apaan?

Rasa penasaran dan keingintahuan saya sirna seketika sejak awal acara. Rupa-rupanya acara ini adalah semacam reality show dengan latar belakang pola pergaulan ala generasi muda Jakarta, atau mungkin kota-kota besar lainnya, yang jelas bukan ala generasi muda pedesaan. Bagi yang agak kurang (apalagi jarang atau tidak pernah) bergaul dengan generasi muda, acara ini terasa kocak abis bis bisz. Barangkali rasa kekocakan ini dikarenakan baru menyadari kekurangpergaulan kita selama ini sampai-sampai kita tidak mengetahui kenyataan pergaulan di sekitar kita tinggal yang ternyata beda banget dengan pergaulan saat muda kita, apalagi di pedesaan atau kota kecil yang ndesit abis bis bisz!...

Dari sejak saat awal acara saya sudah kegelian. Rasanya sungguh aneh tapi nyata, ada seorang cewek cantik kok mau-maunya melaporkan ke kru acara tersebut atas kecurigaannya ama cowoknya yang sering meminjam mobilnya, sebuah sedan Toyota Vios hitam, terutama pada hari Sabtu. Wow, keren! Rupanya di Indonesia sekarang sudah ada deketif swasta spesialis permasalahan generasi muda, udah gitu masuk TV lagi. Bisa-bisa POLRI kalah dalam hal menangani permasalahan beginian. Seperti layaknya intel profesional saja, sebelum dipinjamkan mobil cewek tersebut dipasangi berbagai peralatan penyadapaan termasuk perekam video dan pemancar suara pembicaraan (mungkin HP dengan mode auto-answer) yang tersembunyi.

Menurut laporan si cewek, hari itu cowoknya meminjam mobilnya tersebut dengan alasan untuk menjemput client di bandara. Para detektif swasta tersebut menunggu bersama cewek pelapor di dalam mobil van yang parkir tak jauh dari kantor si cowok yang bekerja setengah hari setiap hari Sabtu. Kekocakan dimulai saat cowok tersebut masuk mobil. Rekaman video jelas menunjukkan kejadian real-live meskipun tidak real-time, setidaknya lebih menghindarkan dari resiko dampak salah sangka atau salah persepsi dibandingkan acara-acara gosip ataupun sinetron yang konon kini banyak digemari. Ternyata prasangka si cewek pelapor beralasan, sepulang kantor si cowok bukannya ke bandara tapi malah janjian menjemput cewek "selingkuhan" (entah mana yang cewek selingkuhan atau aslinya sebenarnya) di kawasan pertokoan Melawai. Dari mobil pengintai, terlihat si cowok menggandeng si cewek dengan mesranya menyeberang jalan. Menurut pengakuan cewek pelapor, ia tak mengenal cewek yang berdandan tak kalah seksinya dengannya itu. Mungkinkah ia saudara jauh si cowok yang kebetulan belum pernah ia temuinya? Wah kalo cerita ginian sih adanya di skenario dagelan kuno, gak bakalan laku untuk konsumsi generasi muda.

Acara tambah kocak lagi setelah mereka berdua di dalam mobil. Rupanya si cowok paham betul hikmah lagu "Bang, SMS siapa ini Bang?". Saat ia menerima SMS dan si cewek cemburu maka buru-buru SMS-nya dihapus sebelum terbaca ceweknya. Atas saran detektif swasta, si cewek pelapor menelpon HP cowoknya untuk segera mengembalikan mobilnya dan menanyakan berapa lama lagi bisa mengembalikan mobil Vios tersebut. Dijawab oleh si cowoknya, sekitar 2 jam lagi. Ha ha... bisa aja tuh cowok. Namun tilpun ini mengundang kecemburuan cewek selingkuhannya yang mengakibatkan berantem di dalam mobil. Rupanya si cewek mengetahui nama cewek pelapor yang dipikirnya mantan pacar cowoknya. Wah seru deh berantemnya, sampe akhirnya si cowok yang gantian marah-marah. Eee.. tau cowoknya emosi, si cewek buru-buru minta maaf kemudian mereka pun bermesraan. Anehnya, saya malah terpingkal-pingkal kegelian sendiri bukannya kasihan sama si cewek pelapor. Kebayang gak sih... gimana rasanya nonton live show kayak gitu?

Tanpa disangka-sangka mobil Vios itu berhenti di pinggir jalan. Nampak di seberang jalannya keramaian orang lalu-lalang. Si cewek pelapor segera turun dari mobil van untuk melabrak tuh cowok sambil tak kuasa menahan sumpah serapah berisi binatang-binatang najis dan haram. Si cowok pun keluar mobil, namun sebelum sempat mengeluarkan dalih dan alasan pamungkasnya, keduluan mendapat tamparan berkali-kali dari si cewek pelapor. Pemandangan tak sedap ini mengundang amarah dan emosi si cewek selingkuhan yang segera keluar dari mobil dan dengan penuh emosinya sambil menunjuk muka cewek pelapor, bertanya dengan garangnya:
"Siapa lu?".
Terjadilah perang mulut sesaat antara kedua cewek tadi yang kemudian segera berlanjut dengan tanding fisik yang nampaknya kekuatannya berimbang. Adu kekuatan fisik tersebut berakhir setelah si cowok berusaha melerainya. Mungkin karena gondok sakit pipinya gara-gara ditampar beberapa kali atau mungkin karena sakit hatinya telah ditampar di depan banyak orang, si cowok membalasnya dengan memaki-maki cewek pelapor, dan kemudian bergandengan dengan mesranya dengan cewek selingkuhannya pergi ke seberang jalan untuk naik taksi.

Segera saya nyalakan laptop untuk googling nomor tilpun, blog atau informasi apa ajalah tentang cewek si pelapor. Bukannya apa-apa lho, saya hanya ingin minta ijin aja kok, apakah namanya boleh saya ketik disini sebagai salah satu label apa nggak? He he...
Saya pun jadi tahu, ternyata acara ini telah mengundang beragam opini tentang Playboy Kabel.

Jika tangisan dan ratapan tak berhasil mengobati kesedihan, bisa jadi suka ria adalah pelipur lara di kala duka. Sungguh, saya tak tahu kenapa Kelik Pelipur Lara tak pernah lagi diajak main di Republik Mimpi kini seperti kala di Republik BBM dulu? Apakah kita perlu menyewa para detektif swasta itu untuk menyelidiki siapakah sebenarnya selingkuhan Butet Kertarejasa saat ini? Ecghszz...... nggak konek dengan kisah diatas ya?! Namanya juga blog konslet hehehe...

0 comments:

Post a Comment