Friday, August 21, 2009

Jangan Takut Berubah!

Anak-Anak Coreng Moreng
Sebagai manusia dhoif dan naif tentu kita tak luput dari coreng moreng kesalahan dan dosa yang telah kita bikin sendiri. Bagi sobat-sobit yang beragama Islam maka hari ini adalah hari terakhir padusan sebelum memasuki pergantian ke bulan Ramadhan. Secara harfiah kata padusan disini bisa diartikan sebagai mandi badan all-in. Secara kiasan bisa dimaknai sebagai membersihkan juga pikiran, hati, dan jiwa prasiapan memasuki jalur perubahan. Selama dalam jalur perubahan ini maka para peserta diwajibkan menjalankan ibadah-ibadah demi perbaikan akhlak dan moral yang ditandai dengan ritual utama yaitu puasa sehari-hari dengan dalam jangka waktu 1 bulan.

Paska melalui jalur perubahan di bulan Ramadhan ini diharapkan nantinya para peserta bisa sakses berubah menjadi seindah aslinya alias fitri secara lahir bathin dengan ditandai tradisi saling mohon maaf lahir bathin di hari raya idul fitri kelak.

Sebelum memasuki bulan Ramadahan maka selama bulan ruwah (sya'ban) ini orang membersihkan pikiran, hati dan jiwa melalui tradisi ruwahan ataupun aktivitas-aktivitas lain sebagai pemaknaan dari refleksi dan introspeksi atas kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat selama ini. Bagaikan menambal ban tradisionil (bukan ban nitrogen), maka ban tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu dari paku-paku dan segala kemungkinan penyebab kebocoran.

Tradisi ruwahan ini dimaksudkan sebagai media untuk membakar keangkuhan diri dengan legowo untuk rela mengalah, mau merasa salah, dan mau mengakui memiliki banyak kelemahan melalui ritual aktivitas sesuai keyakinannya. Misalnya meminta maaf kepada handai taulan baik yang rohnya masih berada di dunia fana maupun yang sudah berada di dunia ghaib. Raga boleh saja rusak atau musnah, tapi roh diyakini berpindah ke dunia halus, yang saking halusnya maka tak kasat mata. Barangkali inilah alasannya, sewaktu beberapa hari lalu saya membeli bunga untuk nyekar ke makam-makam keluarga di jokja, di depan warung bunga tersebut tertulis papan nama:
"Warung Makan Roh Halus".

Konon... hare gene sgalanya serba butuh duit. Jangankan yang masih hidup, orang mati pun juga butuh duit bo! Bagaimanapun bagi insan beragama perubahan dari hidup ke mati tak perlu ditakuti karena insan beragama memiliki keyakinan akan masuk syurga, suatu lokasi yang jauh lebih mewah dan indah dari lokasi manapun di dunia fana ini. Dengan demikian insan beragama sudah pasti ingin masuk syurga. Bagaimana mungkin akan masuk syurga bila tak melalui mati khan?!

Salah satu ciri manusia hidup adalah menginginkan perubahan-perubahan... meskipun diinginkan ataukah tidak setiap manusia pasti mengalami perubahan. Hanya saja tidak semua manusia mau atau mampu bersabar menanti perubahan-perubahan yang diinginkan tersebut terwujud menjadi kenyataan. Akibat yang parah adalah manusia tersebut bisa menjadi putus asa dan frustasi oleh persepsi-persepsi dan ilusi-ilusi yang dibangunnya sendiri. Semakin lama persepsi-persepsi dan ilusi-ilusi tersebut menggumpal menjadi keyakinan akan kebenaran yang solid dan valid bagi dirinya untuk mewujudkan keinginan perubahan-perubahannya.

Keinginan perubahan bisa bermacam-macam sebagaimana prioritas kebutuhan manusia juga bermacam-macam baik diakuinya ataupun tak diakuinya. Ada yang membutuhkan materi, kesehatan, kenyamanan, pengakuan (narsis), popularitas (populis), kepuasan ego (egois), dll. Terlepas kebutuhan mana yang paling pantas diprioritaskan menurut garis tangannya, bagi saya keputus-asaan dan frustasi gabungan kebutuhan populis dan egois yang paling membahayakan banyak orang lain disamping dirinya sendiri.

Ciri-ciri manusia tipe ini adalah memiliki keyakinan tinggi akan ilusi-ilusi yang dibangunnya sendiri sehingga diyakininya persepsi-persepsi dan ilusi-ilusinya tersebut kebenarannya valid menurut dirinya meskipun belum tentu ada atau kalaupun ada maka minim sekali orang lain yang memberikan validasi atas kebenaran yang diyakininya tersebut. Meminjam istilah kalimat populer, orang tersebut biasanya... nafsu mendominasi dan tak rela orang lain yang dominan, keras kepala, tak pernah mau mengalah apalagi merasa kalah, tak pernah mau merasa salah apalagi disalahkan, close minded terhadap saran apalagi kritik, rigid terhadap perbedaan-perbedaan pendapat orang-orang atau pihak-pihak lain, rigid terhadap perubahan pendapat ataupun keyakinan, serta tak mau tahu atas kenyamanan atau bahkan kesalamatan orang-orang atau pihak-pihak lain akibat keyakinannya demi mengejar kepuasan nafsu egonya sendiri.

Apabila lingkup nafsu kepuasan egonya itu untuk dirinya sendiri, maka akibat buruk dari frustasi bagi orang itu paling-paling MPP (Mati Pelan-Pelan) ala pecandu narkoba OD ataupun hidup di bui ala koruptor dan penjahat jenis lainnya. Orang lain yang terkena dampaknya adalah keluarga dan kerabat dekat saja. Namun bila nafsu populisnya juga tinggi atau dengan kata lain bila efek nafsu kepuasan egonya itu ingin juga dirasakan oleh banyak orang atau pihak lain, maka akibat buruk dari frustasinya bisa-bisa berdampak bagi masyarakat luas.

Seperti halnya kasus aksi pengeboman di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton lalu oleh Nurdin M. Top dkk, adalah contoh kasus dari ungkapan keputus-asaan dan frustasi dari segelintir orang dalam mengejar kebutuhan egois dan sekaligus kebutuhan populis dalam konteks diatas. Mereka adalah orang-orang yang putus asa dan frustasi untuk berikhtiar menuju perubahan keinginan-keinginannya sendiri tanpa mau memperdulikan protokol ataupun tatanan yang telah susah payah dibangun dan disepakati bersama. Mereka juga tak peduli apakah aksi-aksinya tersebut menumbalkan kenyamanan ataupun kesalamatan orang-orang lain akibat kebutuhan kepuasan ego dan kebutuhan populisnya dalam mengumbar nafsu untuk menebarkan efek dari cara-cara berexpresi dirinya.

Memang, siapapun mengakui tak ada protokol, tatanan atau hukum yang sempurna mengakomodir kebutuhan segenap umat, namun tidak lantas berarti bahwa protokol, tatanan dan hukum tersebut tidak bisa mengalami perubahan-perubahan yang semakin lama akan semakin bisa memuaskan banyak pihak dan semakin meminimalkan minoritas yang belum terpuaskan.

Untuk merubah sistem yang paling jitu adalah dari dalam sistem itu sendiri. Misalnya, apabila sesorang memang betul-betul berniat melakukan perubahan dalam bidang hukum maka ia seharusnya belajar dan bekerja keras agar ia dipercaya oleh mayoritas sebagai orang yang layak berpartisipasi sebagai "ring 1" dalam melakukan perubahan dalam bidang hukum. Begitu juga bila menginginkan perubahan-perubahan dalam bidang-bidang lainnya, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dll. Bukannya malah membangun persepsi dan ilusi berdasarkan interpretasi sendiri yang bahkan bisa memporakrandakan kepentingan banyak orang karena merasa putus asa atau frustasi bahwa perubahan yang diinginkan tak bakalan terwujud bila melalui jalur prosedur yang berlaku atau bila mengikuti common sense. Dengan demikian jalur yang dipilihnya adalah jalur yang nggak make sense bagi kebanyakan orang.

Banyak diantara kita yang sering mendengar dari para orang yang mengaku dirinya sebagai inspirator ataupun motivator melalui berbagai media, baik dari buku, radio, tv sampai status-status facebook agar jangan takut berubah... jangan tak berubah... jangan takut berubah...

Namun menurut hemat saya, semangat jangan takut berubah tidak lantas mengumbar nafsu untuk berubah tanpa batas. Masih memerlukan kearifan atas dampak-dampaknya bagi kepentingan orang lain, baik dampak-dampak itu kita ingini maupun tidak kita inginkan. Seperti halnya ada banyak pihak yang tidak atau belum bisa menerima publikasi pornografi dan porno aksi karena mereka memandangnya publikasi tersebut vulgar meskipun para pelaku pornografi dan porno aksi tersebut berkeyakinan tak pernah berniat merugikan mereka yang tak menyukai kevulgaran. Begitu halnya dengan porno emosi dimana seseorang atau sekelompok orang mengumbar nafsu egonya untuk mempublikasikan expresi kemauannya sendiri secara vulgar tanpa pernah mempertimbangkan perasaan atau kenyamanan bahkan keselamatan orang-orang lain. Akibatnya ada orang-orang lain yang merasakan diteror oleh kevulgaran publikasi expresi kemauannya tersebut untuk menuju perubahan yang diinginkan oleh para pelaku porno emosi tersebut.

Banyak orang boleh saja mengutuk terorisme, namun kita tak lantas harus menjadi lebih hina dari para teroris tersebut dengan mengumbar nafsu sumpah serapah, mengumpat atau bahkan meniru pola-pola pikir atau bahkan pola aksi dan pola expresi emosi ala teroris dalam menebarkan teror, meskipun dalam lingkup yang lebih kecil sekalipun. Setiap manusia menginginkan perubahan seperti yang diharapkan maka diperlukan kearifan dalam mempublikasikan expresi atas kemauan perubahan yang kita inginkan.

Telaah ini saya tulis terutama untuk menasehati diri sendiri agar saya tak terlalu konslet untuk mulai berubah dari mabuk fesbuk ke dunia blog lagi setelah cukup lama saya tinggalkan tanpa perantara. Selanjutnya, jangan takut berubah kecuali berubah menjadi takut.
Selain takut berubah menjadi takut maka di dunia fana ini tak ada takut lain yang layak ditakuti, misalnya: takut ngeblog lagi, takut puasa, takut nafsu, takut berbeda, takut perbedaan, takut pembedaan, takut dibedakan, takut terbedakan, takut ... ... ...

Ah, sudahlah... mungkin saya masih kebawa nuansa film Ci(n)ta aja. Satu-satunya film dewasa non bule dan film indo non kanak-kanak yang main di Blitz kemaren. Ada juga sih film dewasa indo lainnya yaitu Merantau, namun masih mengandung bule-bule gitu-gitu de. Ini pertama kalinya saya nonton film dengan spek kayak gini di bioskop sejak.... (*lupa*). Mumpung belum puasa nonton film dewasa dulu lah karena takutnya..... *halah* kok masih ada takut-takut lain lagi ya?!

Puasa bukanlah sarana latihan untuk menghindar dari nafsu karena nafsu adalah bagian dari rahmat Illahi yang wajib disyukuri. Puasa bukan pula sarana untuk mengekang ataupun menahan-nahan hawa nafsu karena kalo ditahan dan ditahan teruuusss ... ... lama-lama bisa meledak malah bisa mengundang marabahaya. Puasa adalah media pembelajaran agar kita bisa lebih arif dalam mengendalikan nafsu daripada hanya sekedar mengumbar nafsu tanpa kontrol sama sekali.

Mari kita belajar berubah menjadi lebih baik diawali dari diri sendiri sebelum mengharapkan orang lain merubah dirinya ataupun mengharapkan orang lain merubah diri kita.

Bagi sobat-sobit yang beragama islam, selamat menjalankan perubahan dari pola makan harian legacy ke pola makan religi ala ramadhan 1430-H. Semoga juga berubah pola kearifan kita untuk mengendalikan nafsu-nafsu yang sebelumnya merugikan diri sendiri ataupun orang lain menjadi hasrat dan semangat untuk menebar amal kebajikan yang jauh lebih bijak dan bermanfaat dari sebelum berubah. Mohon maaf lahir batin yaa....