Saturday, December 02, 2006

Dunia-Dunia Lain

Kalau kesurupan atau kerauhan atau trance diartikan sebagai jiwa dan raga terpisah yaitu raga di dunia nyata sementara jiwa di dunia lain, barangkali saya termasuk orang yang pernah kesambet meskipun tidak kesambet-kesambet amat sih.

Kemaren saya bisa tertawa terbahak-bahak sendiri di dalam mobil kayak gejala-gejala orang kesurupan. Rasanya sedang ngobrol bersama para wanita dari dunia lain saat mendengarkan siaran radio FM dangdut. Jarang sekali, kalau tidak bisa dikatakan tidak pernah, saya mendengarkan siaran dangdut seperti ini. Kebetulan saja ketemu gelombang ini.

Acara yang bikin ketawa ngakak itu adalah telepon interaktip yaitu pendengar menelpon dan berbincang-bincang dengan penyiar. Topiknya adalah berita yang ramai dibicarakan di kalangan dangduter saat ini. Ya apalagi jika bukan berita-berita tentang rekaman film cabul yang dibintangi dan disutradarai sendiri oleh pelakunya seorang penyanyi dangdut Hj. Maria Ulfa a.k.a Maria Eva dan anggota DPR RI Yahya Zaini SH yang suka muncul di TV itu lho. Beberapa berita menyebutkan Yahya Zaini adalah mantan Ketua PB HMI dan saat ini sedang menjabat Ketua Biro Kerohanian Golkar. Maria Eva adalah isteri Tjie Jong San alias Koh San, seorang pengusaha dari keluarga konglomerat. Haiya...

Banyak netter yang pada terheran-heran, kenapa film bokep yang sudah ramai jauh hari sebelum hebohnya rekaman film sarungnya Walikota Singkawang Drs H Awang Ishak MSi vs Anita Chung, kok baru ramai diberitakan media massa non internet sekarang. Setelah itu masyarakat tentunya masih ingat jelas berita-berita sekitar Maret tahun ini tentang rekaman foto-foto seronok Balon (Bakal Calon) Ibu Bupati dari PKB dan wakilnya dari Partai Golkar. Namun apapun dampak berita di media massa, pasangan Dra Hj Siti Qomariyah MA dan Ir H Wahyudi Pontjo Nugroho MT yang dikenal sebagai Qonco ini malah terpilih sebagai pemenang Pilkada Pekalongan baik secara de facto maupun de jure.

Entah kenapa akhir-akhir ini media massa lebih mau terbuka dalam memberitakan rekaman adegan mesum para tokoh masyarakat. Barangkali para insan pers berpendapat para konsumennya sudah mulai bosan dengan berita-berita asusila anak sekolahan, mahasiswa, selebriti, pegawai negeri, dsb.

Rupa-rupanya bagi para dangduter tidak begitu soal berita-berita itu benar atau tidak. Acara telepon interaktip di radio itu sama sekali tidak membahas isi berita, melainkan ditujukan khusus pendengar wanita untuk menyampaikan jawaban beserta alasannya atas pertanyaan:
"Setujukah anda jika hubungan intim anda direkam?".
Meskipun tanpa iming-iming hadiah sama sekali, banyak wanita dari berbagai kalangan yang menelpon untuk menyatakan tidak setuju namun tak sedikit pula yang menyatakan setuju. Bagi saya, sungguh aneh tapi nyata kisah-kasih mereka dan komentar penyiarnya yang bikin pendengar semacam saya terpaksa ketawa-ketawa sendiri. Misalnya seorang Ibu menyatakan tidak setuju meskipun suaminya sudah minta beberapa kali, oleh sang penyiar cewek ditanggapi:
"Lain kali kalo suaminya masih maksa ditawarkan sama saya saja Bu soalnya saya mau kok".
Seorang pelajar yang menyatakan setuju dengan alasan yang masuk akalnya sendiri dan bahkan sering mempraktekkannya merekam adegan intim dengan pasar-pacar non-aslinya, tapi dengan satu-satunya pacar aslinya malah belum pernah berhubungan intim. Dan masih banyak lagi kisah kasih beserta pendapat yang tak masuk akal saya saat itu. Saya jadi tergeli-geli mentertawakan diri sendiri, betapa piciknya saya selama ini. Kisah, ucapan dan komentar mereka ataupun celotehan penyiarnya tidak pernah saya bayangkan sebelumnya bahwa ternyata banyak manusia yang punya pola pikir dan cara pandang tersendiri. Ternyata wawasan saya begitu sempit, banyak dunia lain yang belum saya kenali apalagi pahami. Betul-betul serasa berada di dunia lain yang beda dengan dunia saya.

Entah berapa tahun lampau, lagi era maraknya dot-com di Indonesia, saya pernah ditanya oleh rekan-rekan apakah cerita-cerita porno di situs yang amat terkenal itu betul-betul nyata di dunia ini? Waktu itu bukannya saya tak mau ataupun tak berani menjawab, namun saya memang tidak memiliki kemampuan untuk menjawabnya. Saya bimbang antara mau menjawab ya atau tidak, masak sih sebanyak dan selumrah itukah kehidupan dunia lain. Sulit mengidentifikasikan apakah tulisan-tulisan itu asli kisah pengalaman nyata atau khayalan semata. Namun berkat keterbukaan pers akhir-akhir ini, masyarakat lebih bisa menjawab sendiri ada tidaknya dunia lain itu - yaitu dunia yang mungkin sulit dibayangkan oleh masyarakat biasa.

Bisa jadi para tokoh masyarakat tersebut juga punya dunianya sendiri yang lain dengan dunia kita-kita. Seperti halnya di berbagai legenda dan dongeng rakyat bisa dibilang yang ada hanyalah dunia istana. Dunia rakyat jelata nyaris tak pernah ada, apalagi kisah rakyat jelata yang tak pernah pergi ke istana. Barangkali masyarakat di dunia istana akan terheran-heran jika mengetahui ada orang yang demonstrasi korupsi, sebaliknya di dunia para demonstran korupsi adalah hal tidak masuk akal dari segi manapun.

Hari ini Ibu guru ngaji keluarga kami terakhir datang mengajar sebelum menunaikan ibadah haji bersama suaminya. Semua biaya suami-isteri ditanggung oleh kantornya yang punya tradisi membiayai beberapa karyawan beserta isterinya untuk berangkat haji tiap tahunnya. Guru ngaji ini tinggal di rumah mertuanya di kecamatan kecil di Jawa Barat. Masalahnya, baik mertua maupun keluarganya menginginkan mereka untuk mengadakan acara resepsi syukuran sebagai tradisi yang lumrah diadakan sebelum berangkat haji dengan mengundang para kerabat dan warga sekampung. Tentu saja resepsi ini membutuhkan biaya yang tidak hanya sedikit namum cukup memberatkan bagi mereka. Bagaimanapun juga mereka masih harus meninggalkan uang cukup untuk anak-anaknya selama ditinggal, uang saku selama perjalanan, dll. Rasanya tidak masuk akal, kalau tradisi semacam ini menjadi suatu kewajiban apalagi jelas-jelas keberangkatan hajinya bukan biaya sendiri. Sewaktu keluarga termasuk mertua dan orang tua berangkat haji beberapa tahun lampau, rasanya tidak ada yang spesial apalagi sampai bikin acara resepsi khusus segala. Kalaupun ada yang bisa dianggap spesial, kebetulan keluarga adik saya dari Sulawesi berkunjung ke Jakarta beberapa hari. Itupun karena kebetulan ia mengambil cuti tahunan karena pas liburan panjang sekolah anaknya dan mau liburan ke Jogja. Namun, masuk akal atau tidak, kami menyadari bahwa kami hidup di dunia yang berbeda yang tak selalu bisa dianalogikan satu dengan yang lainnnya.

Banyak pembantu rumah tangga berhenti karena mau menikah atau dinikahkan di kampungnya, meskipun umurnya baru belasan tahun. Ada pula yang menikah hanya dalam hitungan beberapa minggu, ada pula yang secara sukarela menikah dengan orang yang umurnya pantas jadi bapaknya. Dan banyak lagi ragam kisah yang bagi kami sungguh aneh tapi nyata. Bahkan ada yang kami pandang lumayan cerdas dan berpengetahuan karena sehari-harinya suka baca berbagai koran, majalah dan tabloid malah jadi isteri kelima di kampungnya. Bagi yang mengenalnya rasanya sulit sekali mempercayai berita yang kami dengar. Namun pada kenyataannya masing-masing dunia punya kepercayaan masing-masing terlepas kepercayaan itu dipercaya ataukah tidak oleh orang-orang dari dunia-dunia lainnya.

2 comments: