Wednesday, November 08, 2006

Financial Freedom

Membaca koran Media Indonesia hari ini terasa ada yang kurang sreg saat membaca judul besar di halaman 8, "Saya Tidak Berniat Korupsi" yang merupakan pernyataan Nur Mahmudi Ismail, walikota Depok. di gedung DPRD Depok.

Dari berita tersebut sulit memahami dimana kaitannya antara sidang DPRD yang diberitakan dengan niat pribadi pada judul berita tersebut. Lazimnya pimpinan pemerintahan rapat dengan anggota DPRD dalam rangka memperjuangkan atau melaporkan gagasan, kebijakan atau rencana-rencana pembangunan daerahnya. Antara judul dengan isi berita mengesankan masalah bela-membela terhadap niatan pribadi seorang pimpinan daerah. Diberitakan, satu-satunya fraksi yang membelanya adalah PKS yang berpendapat penyaluran bantuan keuangan Rp. 211 juta tidak menyalahi prosedur. Di berita tersebut tidak disebutkan angka itu merupakan berapa persen dari total nilai korupsi yang dituduhkan oleh masyarakat ataupun yang dilaporkan oleh 5 fraksi lainnya ke Mahkamah Agung. Penduduk Depok tentunya sudah maklum bahwa Nur Mahmudi Ismail bukan pertama kalinya ini berurusan dengan lembaga pengadilan.

Kemarin koran ini memberitakan demonstrasi besar-besaran dengan judul: Pencegahan Korupsi Jalan Ditempat. Para demonstran memandang pemerintah barulah sebatas niatan memberantas korupsi karena belum cukup bukti hasil dari usaha-usaha pemberantasan tersebut. Rupanya ada sebagian masyarakat yang menuntut para pimpinan pemerintahan tidak hanya punya niat, apalagi sekedar niatan pribadi. Orang pun maklum bahwa korupsi membutuhkan kemampuan, kecerdasan dan keberanian yang lebih dari rata-rata. Andaikata korupsi itu gampang dan tidak berresiko tinggi, mungkin akan jauh lebih banyak lagi orang yang mau korupsi. Oleh karena itu untuk memberantas korupsi, masyarakat mengharapkan para pemimpinnya memilki kemampuan, kecerdasan dan keberanian yang lebih tinggi daripada para pelaku korupsi baik lawan maupun kawan disamping memiliki penuh kharisma lintas golongan agar usaha-usahanya memperoleh dukungan dari semua golongan, paling tidak golongan yang secara resmi terwakili di DPR/DPRD.

Ada yang berpendapat pemimpin masyarakat seperti ini teramat sulit dicari selama mayoritas masyarakatnya masih belum terbebaskan dari basic financial problems, yang juga tergantung masing-masing individu masyarakat tersebut.

Sore-sore seorang rekan dari perusahaan lain di gedung perkantoran yang sama mendatangi meja saya. Sudah lama sekali saya tidak ketemu dia. Herannya, entah kenapa kalo setiap pertama-tama ketemu rekan ini, saya serasa terhipnotis untuk berbahasa Inggris, meskipun amburadul. Berikut adalah dialog Saya dengan Rekan tersebut yang berlangsung dengan tempo allegro.

R: "Hi! I just want to let you know that I have resign"
S: "Thank you. It sounds like your own option, right?"
R: "Yes"

Biasanya bila ada orang yang berpamitan begini saya enggan menanyakan mau pindah kerja kemana. Saya khawatir orang yang saya tanya akan menjawabnya secara terpaksa, misalnya mungkin saja dikarenakan ada perasaan tidak enak karena berbagai alasan pribadi. Namun anehnya, rasa khawatir ini tak ada saat bicara dengan rekan yang satu ini. Mungkin karena kami jarang bertemu, atau mungkin juga saya merasa rekan ini terbiasa bersikap jelas dan berbicara lugas.

Andaikata dia tak mau menjawab, maka saya yakin dia akan berterus-terang mengatakannya kalau dirinya tak mau menjawab. Dan saya pun yakin dia sudah hapal salah satu tradisi saya yang tak bakalan memaksanya ataupun berharap-harap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia enggan menjawabnya.

S: "Where are you going to move then?"
R: "Not anywhere"
S: "Surprised. How old are you?"
R: "36"
S: "But many people think Life begins at 40. How about you?"
R: "I think I can build my life earlier than other people"
S: "Since when you built your life?"
R: "Since more than 2 years ago."
S: "So what did you have now?"
R: "I have readiness for financial freedom now."
S: "Did you mean you have been ready to become a man like Mbah Marijan?"
R: "No. That's far beyond of my capability. I believe he already has real financial freedom, but I just want virtual financial freedom"
S: "What's the difference?"
R: "I believe he has almost free of financial dependencies in reality, meanwhile I just want virtually free from financial definitions"
S: "How will you define your own finance?"
R: "I will sell what I want to sell by my self."
S: "What kind of stuff which you want to sell?"
R: "Any kind"
S: "Where will you sell it?"
R: "Anywhere"
S: "God bless you"
R: "Thank you"

1 comment: