Tuesday, November 28, 2006

Kebanyakan Mikir Kurang Zikir

Pada acara pertemuan alumni yang lalu, beberapa teman terkagum-kagum saat mengetahui ada beberapa angkatan 2002 yang sudah jadi alumni. Lhah, berarti mereka khan kuliah S1 paling lama 4 tahun saja. Hal yang tak pernah kami bisa bayangkan sebelumnya.

Wajarlah jika anak-anak jaman kini pintar-pintar luar biasa. Gizi dan mutu pendidikan tentunya semakin jauh lebih baik. Orang tua juga semakin pintar dalam membesarkan anak. Banyak pengetahuan dan ketrampilan yang jauh lebih mudah diperoleh baik dari buku-buku, majalah, tabloid, internet, pergaulan, dll. Banyak anak-anak di perkotaan pun, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar melalui berbagai macam kursus dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lain. Karena jumlah sekolah yang terbatas dibandingkan jumlah anak, sekolah pun menerapkan test-test masuk berdasarkan kemampuan mikirnya. Orang tua akan bangga jika anak-anaknya bisa mikir jauh melebihi dari anak-anak sebayanya, jika perlu mikir seperti orang yang jauh lebih dewasa. Lagu-lagu orang dewasa dengan penyanyi orang dewasa pun seperti Peterpan, Padi, Dewa, Radja, Ratu begitu populernya di kalangan anak-anak SD dan bahkan TK. Acara TV Smack Down yang telah diberi peringatan khusus dewasa juga jadi favorit anak-anak SD dimana-mana. Sudah jadi anggapan umum bahwa semakin tinggi kemampuan mikir seseorang maka orang tersebut akan semakin kompetitif di era kompetisi global ini.

Semakin banyak orang cenderung mikir berdasarkan ilmu pasti yaitu semua pertanyaan pasti ada jawabannya, semua permasalahan pasti ada solusinya, segala kejadian pasti ada analisanya, setiap analisa pasti ada konklusinya, dst. Jika dulu yang disebut ilmu pasti atau eksakta hanyalah ilmu matematika, fisika dan kimia sekarang mungkin sudah semakin luas cakupannya, misalnya meta fisika. Pelajaran sekolah pun semakin kompleks yang menuntut anak-anak semakin banyak mikir. Kalau jaman dulu pelajaran SD ilmu bumi hanyalah ilmu bumi daerah, nasional sampai dunia, sekarang mungkin sudah sampai dunia lain.

Kalau jaman dulu saya hanya mengenal musim kemarau, musim hujan, musim rambutan, musim duren, dsb. Rupanya akhir-akhir ini ada musim yang lain yaitu musim kesurupan massal. Tadi sekitar jam 8 pagi tak kurang 40 siswa SMU 16 Makassar mengalami kesurupan masal. Pada tanggal 23 lalu, 10 siswa SMA 4 Bandung mengalami kejadian serupa. Enam hari sebelumnya, sekitar jam 4 sore kesurupan menjalar ke puluhan mahasiswi 2 sekolah tinggi di Yogyakarta yaitu STIKES dan STTI Respati. Kesurupan atau kerauhan massal juga mewabah di SMAN 2 Semarapura, Bali pada tanggal 3 bulan lalu. Kesurupan massal tidak hanya menjangkiti para pelajar dan mahasiswa saja. Sehari sebelumnya pada sekitar jam 6 sore sedikitnya 15 karyawati Sarinah Thamrin terjangkit kesurupan. Entahlah ada berapa banyak lagi cerita kesurupan massal di negeri ini yang tak diberitakan.

Orang boleh mikir macam-macam tentang penyebab atau fenomenanya, yang pasti menurut perhitungan kalender Masehi tahun ini tinggal 33 hari dan besok adalah hari ke 333. Ada banyak anggapan tentang angka 3 dengan berbagai alasannya. Sah-sah saja jika ada yang melambangkan angka 3 bak orang buncit lagi ketawa ngakak. Ada pula yang berkeyakinan angka 3 dan kelipatannya merupakan bilangan yang bagus untuk zikir, yaitu kata atau kalimat puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang.

Kegiatan apapun bila kekurangan ataupun kebanyakan akan berakibat tidak bagus, misalnya makan, minum dan tidur. Mikir pun tidak perlu sampai kebanyakan.

0 comments:

Post a Comment