Sunday, November 26, 2006

Mengenang Nama Guru

Mengharukan melihat dan membaca potret coretan-coretan tulus di aspal jalanan oleh Mita, Dinezra dan teman-temannya dari SD Negeri Prawit 1 dan 2 Nunukan, Solo dalam rangka peringatan hari guru 25 Nopember kemarin. Corat-coret berwarna-warni dengan kapur itu menunjukkan begitu istimewanya arti seorang guru bagi mereka.

Barangkali karena kedua orang tua dan kedua mertua saya dari lingkungan guru sehingga hari guru sering tidak terasa istimewa. Ayah saya adalah guru taruna semasa Pak Sarwo Edhi Wibowo menjabat sebagai Gubernur Akabri. Ibu saya mantan guru dan kepala sekolah berbagai SMA Negeri di DIY. Sedangkan mertua saya mantan guru atlit nasional. Jangankan memimpikan penghargaan tanda jasa, mengharapkan balas jasa dari para bekas muridnya pun tak pernah terpikirkan. Sebagai anak-anaknya, merupakan kesenangan tersendiri bagi kami apabila melihat orang tua kami sudah nampak bahagia jika ada bekas muridnya yang masih mau mengingatnya.

Pernah saya mendampingi orang tua saya dalam suatu acara pertemuan. Sewaktu orang tua saya mencoba mengingatkan guru-guru SD saya yang kebetulan ketemu, saya merasa takjub terhadap diri saya sendiri. Peristiwa itu menyadarkan atas betapa keterlaluannya saya. Boro-boro mikir balas jasa, jangankan mengenang jasa-jasa mereka, mengingat nama-nama mereka pun saya sudah tak mampu lagi. Sungguh tak pantas rasanya saya bicara tentang guru.

0 comments:

Post a Comment