Friday, November 24, 2006

Solusi Mak Blink

Selama semester ini, malam Sabtu ini merupakan kedua kalinya saya mendapat 'perintah' sebagai MC dadakan. Kalau acara malam ini di Jakarta, yang pertama di Bandung pada Sabtu malam 19 Agustus yang lalu. Keduanya punya kesamaan yaitu sama-sama acara reuni kampus S1 dan saya dihubungi baru beberapa hari menjelang hari H tanpa pernah tahu rencana sebelumnya. Perbedaannya, reuni pertama untuk satu angkatan semua jurusan sedangkan malam ini untuk satu jurusan semua angkatan.

Bagi saya, acara di Bandung kala itu agak lumayan kacau meskipun kami sudah menyewa EO (Event Organizer) profesional. Pertama, saya tak menyangka Bandung kini semacet itu terutama di malam minggu plus liburan panjang pula. Bikin panik aja. Beberapa kali Pak Ketua EO menelpon dan saya katakan agar acara dimulai saja tanpa saya karena saya merasa tak punya cukup kemampuan untuk meramal sampai berapa lama saya bisa melewati kemacetan waktu itu. Ternyata sesampai di tujuan praktis masih relatip sepi sehingga acara belum laik dimulai.

Karena tahunya saja belakangan, saya pun tidak sempat berkonsultasi apalagi berkoordinasi dengan pihak EO yang para anggotanya dari kawula muda belia nan begitu menggairahkan dan menggemaskan hati itu. Padahal acara malam itu juga dihadiri oleh para pejabat dan mantan pejabat tinggi kampus. Dengan terpaksa jalannya acara beda dari yang telah disusun oleh EO. Disinilah terasa 'agak lumayan kacau'-nya, setidaknya bagi saya sendiri, seolah-olah 'dipaksakan' baik itu dipaksakan lucu, dipaksakan interaktip, dipaksakan meriah, dll.

Barangkali juga karena sudah larut malam atau kecapaian mengikuti acara reuni sejak pagi, beberapa tamu mulai pulang. Akhirnya daripada semakin membosankan, acara segera diakhiri pentas band dari teman-teman alumni. Saya bebaskan saja para penonton untuk bernyanyi, berteriak, berjoged sampai acara selesai atau apa ajalah. Terserah, pulang pun juga gak apa-apa. Mak Blink!.. Suasana acara malah berbalik, jadi meriah lahir bathin. Giliran penonton yang memaksa agar acara berlanjut terus selama temen-temen pemain band belum bener-bener kecapaian. Ha ha ha...

Ingat pengalamand di Bandung, saya sengaja datang sekitar sejam sebelum acara sore tadi. Belum ada panitia atau teman yang datang. Biasalah acara reuni model beginian sifatnya swadaya alias gotong-royong sukarela ala kadarnya. Konsumsi nampaknya sudah siap, tinggal pindah-pindah dikit lokasi jenis makanan saja. Mik pun sudah siap semua tinggal atur penempatannya saja. Panggung saya kasih meja kursi untuk pembicara seminar dari pihak sponsor. Semua sudah ok, tinggal test proyektor.

Dengan dibantu para kru listrik, test proyektor ke laptop yang saya bawa ternyata macet total meskipun sudah dicoba dengan berbagai macam cara dan beberapa kali. Akhirnya, mungkin karena putus asa, seorang kru senior bertanya apakah laptop yang saya bawa tersebut milik saya sendiri? Saya jawab jujur saja: bukan. Kemudian saya ditanya lagi, apakah saya sudah minta ijin ke pemiliknya?
Ya ampun, saya lupa atau tidak kepikiran sama sekali.

Bapak kru tersebut menyarankan untuk kirim SMS minta ijin dulu ke pemilik laptop. Tanpa "Tanya Kenapa", saya tilpun istri saya untuk minta maaf sekaligus minta ijin pinjam laptopnya. Woo!...hebat betul Bapak kru itu!
Proyektor tersebut akhirnya bisa nyala. Saya spontan teringat buku Blink-nya Malcolm Gladwell yang kesohor itu. Orang-orang yang berpengalaman di bidangnya seperti Bapak kru ini ada kalanya tidak perlu pakai teori, konsep ataupun alasan untuk beri solusi. Saya suka menyebutnya: Blink base Solution.

0 comments:

Post a Comment