Monday, November 20, 2006

Mikro dan Makro

Lagu Koes Plus: Kisah Sedih di Hari Minggu masih berkesan sampai hari ini. Selain lagunya dinyanyikan oleh bos di bis saat berangkat ke tujuan wisata, judul lagu ini beberapa kali diucapkan oleh pengkotbah di Minggu pagi kemaren yang dibawakan oleh Bapak Drs. Tumbur Tobing SE. MBA. Kisah sedihnya berdasarkan pengalaman dan pengamatan beliau selama bekerja yang pada umumnya menemui kinerja pekerja Indonesia yang amat memprihatinkannya.

Saya sendiri datang terlambat ke acara presentasi tersebut, sehingga mungkin ketinggalan beberapa materi di awal termasuk pembacaan CV yang biasanya dipaparkan oleh para pengkotbah yang men-species-kan dirinya sebagai seorang Motivator or Inspirator of Change. Barangkali sudah menjadi stigma di masyarakat bahwa audience di Indonesia masih banyak yang lebih terkesima oleh siapa 'dalang'-nya daripada siapa 'lakon'-nya apalagi tema cerita wayangnya. Di jadwal acara di undangan tertulis tema ceramah adalah "Team Building". Adapun 'lakon'-nya yang mendominasi isi ceramah, menurut hemat saya adalah Bapak Tumbur Tobing sendiri.

Sebagai sarjana ekonomi, beliau meninjau tema "Team Building" dari segi sales, marketing dan hal-hal yang berbau ekonomi khususnya bidang ritel dimana beliau memiliki segudang pengalaman. Dengan mendengarkan ceramahnya sebentar saja sudah terasa citra profesional agamis meskipun beliau tidak pernah secara eksplisit mengutip kitab agama manapun. Tipe penceramah seperti ini umumnya beriman bahwa menurut pengalaman kerjanya praktek-praktek korupsi, kolusi, suap, titipan dsb akan berakibat kontra produktif baik secara team ataupun individu disamping masuk neraka. Agar setiap individu bisa jauh lebih produktif maka cara-cara tak terpuji tersebut harus dibersihkan dahulu di team tersebut. Untuk membersihkannya, apapun manajemen yang dianut akan sia-sia jika para profesionalnya tidak dilandasi oleh manajemen berbasis keimanan. Barangkali yang dimaksudkannya mirip-mirip dengan istilah populer ala Bang AA Gym (B 446 YM) yaitu Manajemen Qalbu.

Pemaparan rumus dan jargon-jargon dengan bumbu narasi-narasi logis memacu adrenalin para pemirsa untuk termotivasi berubah menjadi pribadi sehebat penceramah. Saking hebatnya sampai-sampai terkesan overdosis, barangkali karena keterbatasan waktu. Ilmu dan ingatan pengalamannya yang ada di otaknya seolah terlalu penuh sesak dan mau ditumpahkan simultaneously dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Seperti mau bikin kopi tubruk di sloki saja. Buat kopi dan gulanya saja terlalu kecil belum lagi ditambah air panas secukupnya, bisa-bisa malah tumpah kemana-mana.

Barangkali sudah menjadi tabiat seorang motivator atau inspirator untuk memotivasi atau menginspirasi pemirsanya berubah menjadi pribadi yang jauh lebih super. Bapak Tumbur Tobing banyak mencontohkan ajarannya dengan cerita pribadinya. Kata 'saya' masih banyak menghiasi isi ceramahnya. Dari pengalaman kerjanya di berbagai perusahaan terkenal, perjalanan dinas ke pasar-pasar di sekian kota di Indonesia, tentang bekas anak buahnya, temannya direktur di pabrik, temannya yang masuk TV, bos temannya yang naik helikopter, acara TV yang ditontonnya di TV kabel, infotainment, favorit pemain sepakbola Belanda, kisah anaknya saat diajak jalan-jalan sampai kisah bapaknya dari bekerja sampai pensiun. Komentarnya yang mendapat sambutan paling meriah berkat kegemarannya mendengar radio SmartFM. Bagi para pendengar setia radio SmartFM sudah terbiasa dengan slogan-slogan spektakuler yang disampaikan oleh para motivator atau inspirator seperti Salam Ethos, Salam Outstanding, Salam Dahsyat, Salam Luar Biasa dsb. Secara khusus beliau mengkritik slogan Salam Luar Biasa ini yang dicontek oleh panitia karya wisata ini. Kritikan yang disampaikan beberapa kali ini senantiasa mendapat sambutan meriah dari para hadirin. Selama acara karya wisata ini berlangsung bila seorang panita menanyakan "Apa Kabar" maka seluruh peserta yang mendengarnya berkewajiban menjawab "Luar Biasa" dengan penuh gairah dan semangat. Bagi karyawan yang sehari-harinya dalam bekerja merasa biasa saja dan tidak ada yang luar biasa patut dipertanyakan: "Apanya yang luar biasa?".
Menurut beliau, pemaksaan jawaban seperti ini mendidik peserta untuk ABS (Asal Bapak Senang) karena tidak sesuai dengan hati nurani dan pikiran. Hal ini menginspirasikan rekan-rekan membuat kesimpulan sendiri bahwa ternyata banyak rekan kite yang masih sodare dengan Bang Munap (plesetan dari Munafik).

Memang masuk akal jika Team Building tergantung dari jenis dan kualitas kepribadian anggotanya. Bagi saya pandangan seperti ini adalah bottom-up, dimana andaikata semua anggotanya memiliki kepribadian bagus maka otomatis akan membangun sebuah tim yang bagus pula. Kebalikannya adalah top-down, dimana bagus-tidaknya tim dan anggotanya lebih banyak tergantung kepimpinanan dan manajemen tim tersebut. Menurut Pak Tumbur Tobing, Team Building di perusahaan di Indonesia tidaklah gampang karena kepribadian mayoritas pekerja (terutama di perusahaan dimana beliau pernah bekerja) amatlah menyedihkan. Sebagai ilustrasi, beliau banyak mengambil perbandingan dengan kualitas para pekerja di China yang saat ini menjadi pemain yang semakin kuat di ekonomi dunia.

Saat beliau memberikan kesempatan bertanya, saya pun menanyakan di materi presentasi mana terdapat korelasi dan relevansi dengan tema acara yaitu Team Building. Menurut pemahaman saya, semua materi presentasi berisi tentang kepribadian dan perubahannya ke kepribadian yang lebih bagus atau lebih hebat namun saya belum melihat bagaimana kepribadian tersebut bisa membangun tim yang lebih bagus atau hebat. Berbagai ilustrasi tentang kualitas para pekerja di China pun tidak bikin saya mengerti kaitannya dengan tema Team Building ini, soalnya sepengetahuan saya posisi China di ekonomi dunia saat ini tak bisa lepas dari perubahan radikal pemikiran pimpinan tertingginya kala itu yaitu Deng Xiaoping yang membuka gerbang ekonomi Cina. Jika para pekerja China jauh lebih rajin, jujur dan murah lebih dikarenakan kompetisi karena padatnya penduduk dibandingkan kesempatan bekerja bukan semata-mata dikarenakan falsafah, tradisi, kepercayaan dll meskipun sedikit banyak pasti ada dampaknya. Dengan penduduk sepadat itu tentu saja antrian pelamar kerja sedemikian panjangnya sehingga para pekerja mau tidak mau secara alamiah harus bekerja jauh lebih keras kalau tidak mau dipecat sewaktu-waktu. Barangkali Presiden Perancis sudah meresmikan pabrik Peugeot di Cina sejak era Mao Zedong jika hanya berdasarkan analisa price/performance pekerja di Cina namun kenyataannya baru beberapa minggu yang lalu di era liberalisasi ekonomi. Demikian juga industri-industri internasional lainnya memindahkan pabriknya ke Cina setelah terlihat jelas dampak perubahan pemikiran pimpinannya Deng Xiaoping.

Sebagai jawabannya beliau menambahkan faktor figur pimpinan disamping faktor-faktor kepribadian pekerja dalam sebuah tim kerja. Kemudian beliau memberikan gambaran-gambaran yang menguatkan teorinya ini disertai contoh-contoh figur pimpinan perusahaan yang pernah ditemuinya dan diketahuinya. Saya tidak begitu yakin Pak Tumbur Tobing mengerti betul pertanyaan saya, atau mungkin pertanyaan atas ketidaktahuan saya dianggap sebagai pernyataan keberatan atas pendapatnya. Hal yang sering terjadi di ceramah-ceramah, diberi kesempatan bertanya lha kok malah mengajukan pendapat. Oleh karena itu, setelah tempo bicara beliau agak sedikit melambat, saya meminta ijin untuk mencoba menjelaskan lagi maksud pertanyaan saya.

Saya sampaikan bahwa saya belum juga memahami jawaban beliau atas pertanyaan saya. Bisa jadi ketidakpahaman saya ini dikarenakan kebodohan saya yang tidak punya ijazah di bidang ekonomi, oleh karena itu saya minta penjelasan yang mudah dicerna oleh orang kebanyakan. Saya jelaskan bahwa sebelum bekerja di bidang marketing saya pernah bekerja sebagai teknisi selama beberapa tahun dan terbiasa berpikiran "How-To". Sehingga saya beranggapan tentunya ada cara-cara untuk membangun tim dengan anggota berkepribadian yang menurut beliau: sungguh menyedihkan. Seperti layaknya tukang tambal ban punya cara sendiri dari mulai membuka ban, mencari lubang-lubang yang bocor, menambal kebocoran sampai memompanya kembali. Andaikata ada anggota team yang memiliki kepribadian yang bocor maka bagaimana cara memulai mengetahui atau mengukur produktif-tidaknya suatu tim, bagaimana mencari tahu anggota yang bermasalah, bagaimana cara memperbaikinya, kemudian bagaimananya caranya membangun tim yang solid dan produktif dari existing anggota tersebut, dst.
Andaikata jawaban atas pertanyaan ini dirasa terlalu panjang, maka saya minta diberi pencerahan berupa tingkatan prioritas masing-masing faktor kepribadian pembangun tim yang solid dan produktif (ada di slide presentasi, plus faktor figur pimpinan) berdasarkan kondisi-kondisi lingkungan kerja dimana Pak Tumbur Tobing pernah bekerja atau tahu. Dengan demikian saya bisa lebih membayangkan cara-cara mana yang musti dijalankan terlebih dahulu dan cara-cara mana yang boleh dikemudiankan.

Kali ini jawaban beliau singkat dan jelas. Menurut beliau pertanyaan saya tergolong makro sedangkan beliau spesialis mikro. Lanjutnya, orang makro akan susah menjawab pertanyaan-pertanyaan mikro. Demikian juga bagi spesialis mikro, permasalahan makro merupakan hal-hal yang sulit, maka Pak Tumbur Tobing memilih tidak menjawab pertanyaan saya.

Kalau di bidang teknologi sih, orang atau perusahaan yang memiliki keahlian untuk mensinergikan berbagai macam keahlian teknis, baik mikro dan makro, dikenal luas sebagai SI (System Integrator). Entahlah apa nama padanannya di bidang ekonomi.

0 comments:

Post a Comment