Monday, May 10, 2010

Korupsi Punah, Indonesia Pun Punah

Monas Tenggelam

Postingan ini adalah bagian akhir dari trilogi postingan top-down awal bulan Mei 2010 ini. Bila pada postingan pertama penelaahan secara universal kemudian dipostingan selanjutnya lebih bersifat global maka pada postingan ke-3 ini menjurus ke lingkup yang lebih sempit lagi yaitu nasional. Diasumsikan sebelum membaca postingan ini sudah memahami 2 postingan sebelum ini.


Akhir pekan ini saia kedatangan tamu yang teramat istimewa yang tak lain adalah ibunda saia sendiri yang datang ke ibukota dalam rangka pernikahan sepupu. Tadi pagi ibunda sudah kembali ke kotanya. Sebagaimana halnya pernikahan adalah ajang reuni saudara maupun teman-temin orang tua. Salah satu pembelajaran adalah ibu bertemu dengan saudara yang seumuran dengan ibu dan sudah lama bekerja di instansi perpajakan dan pernah menjabat di berbagai posisi.

Ibu bertanya kepada beliau secara semi berkelakar:
"Gimana sih situ kok belum kaya-kaya juga?! Lha kalau dari berita-berita dan tivi-tivi sepertinya orang-orang pajak hidupnya kaya raya semua..."

Beliau dengan santainya menjawab:
"Ah biarin aja, yang penting hidupku Selamet Bagio (selamat dan bahagia)"

Percakapan singkat ini membuat saia yang praktis jarang banget gaul bareng dengan orang-orang yang berhubungan dengan perpajakan tercengang. Selama ini fantasi saia lebih banyak dilandasi berita-berita di media massa, terutama akhir-akhir ini, terkesan orang-orang yang bekerja di dinas perpajakan hidupnya selalu super duper kaya raya. Ternyata berita-berita belum mampu menggambarkan realitas yang sesungguhnya secara fair. Faktanya tak semua pegawai yang bekerja di dinas pajak korupsi melakukan manipulasi atau jadi markus (makelar kasus) ataupun pansus (pangkalan kasus) pajak.

Andaikatapun benar sebenci-bencinya semua anggota gerombolan Kurawa terhadap para Pandawa, masih ada tokoh-tokoh yang dihormati oleh pihak Pandawa seperti Resi Bisma (kakek Pandawa dan Kurawa) dan Resi Durna (guru Pandawa dan Kurawa). Di pihak Pandawa pun, Arjuna juga dikenal sebagai playboy yang arogan dan doyan merebut istri syah orang lain.

Begitu pula di dunia nyata masa kini. Andaikatapun benar sealim-alimnya kalangan para tokoh pemuka agama, maka ada juga yang bejat atau sesat. Dalam suatu komunitas senantiasa ada saja orang-orang yang baik dan yang jahat, yang pintar dan yang bloon, yang rajin dan yang malas, yang ramah dan yang jutek, yang pro dan yang kontra, yang berhasrat membangun dan yang bernafsu merusak, dst.

Dalam hal korupsi pun media massa ataupun orang-orang bisa saja menganalisa bahkan menuduh suatu institusi banyak koruptornya. Namun tentunya orang dalam institusi tersebutlah yang paling bisa merasakan sebagaimana realita korupsi dalam institusinya. Sulit untuk mendapatkan gambaran fair sesuai realita melalui persepsi-persepsi para analis atau komentator politik di media massa soal korupsi sementara dianya sendiri belum pernah terlibat dalam institusi tersebut. Istilah kate neh... tunjuk idung ndiri sebelom nunjuk idung orang laen.

Salah satu pengakuan orang dalam di media massa adalah pernyataan Kwik Kian Gie saat dimintai tanggapannya soal keterlibatan 19 anggota Fraksi PDI-Perjuangan yang disebut-sebut menerima travel cek sebesar Rp. 9,8 milyar dalam pemilihan Dewan Gubernur BI Miranda Gultom. Menurut Kwik (15/3-2010), sejak dirinya menjabat Kepala Bappenas (Badan Perencanaan Nasional) pun sudah memaparkan bahwa partai yang paling korupsi adalah PDI-P. Tentu saja kata 'paling' disini menjelaskan bahwa tidak semua orang yang pernah terkait dengan PDI-P pernah korupsi.

Namun demikian citra umum suatu institusi dari pandangan umum masyarakat, baik dikarenakan persepsi dampak media massa ataupun pengetahuan umum yang berkembang di masyarakat luas, tentunya tak boleh diabaikan begitu saja.

Mengenai citra Indonesia dalam hal perkorupsian, saia ingat pertanyaan dari seorang kawan dari Amrik pada 11 April 2010 lalu:
Sayang sekali negara kita yang melimpah dengan kekayaan alamnya dibebani oleh pejabat... Mestinya kita bisa mencontoh Singapura yang termasuk negara yang paling bersih pejabatnya. Bagaimana solusinya Mas?
Persepsi dunia terhadap korupsi masing-masing negara yang datanya banyak dipakai oleh masyarakat awam pada umumnya saat ini berdasarkan publikasi dari Transparency International. Menurut tabel terkini, Singapura menduduki rangking ke-3 dengan nilai CPI (Corruption Perception Index) 9,2 sama dengan Swedia, dibawah Selandia Baru dan Denmark dan diatas Swis, Finlandia dan Belanda. Sedangkan Indonesia menduduki rangking ke-111 dengan nilai CPI 2,8 pada tahun 2009 sama dengan Mesir dan 6 negara Afrika lainnya serta kepalauan Solomon.

Rangking RI ke 111 ini masih jauh dibawah China yang menduduki ranking ke-79, namun juga masih lebih baik daripada Vietnam pada ranking ke-120 yang pernah ramai diberitakan agar pemerintah RI meneladaninya dengan vonis mati bagi para koruptor.

Nilai CPI tertinggi pernah dicapai oleh Finlandia yaitu 9,9 pada tahun 2002 dimana era Nokia masih jaya-jayanya. Namun paska Nokia mengakuisisi Siemens AG bagian komunikasi (minus enterprise) pada tahun 2006, nilai indexnya turun sedikit demi sedikit sampai tahun lalu. Bagaimanapun juga, tabel dari Transparency International tersebut menunjukkan bahwa sejak saat itu sampai saat ini belum pernah ada satupun negara yang benar-benar bersih 100% dari korupsi.

Hasil studi lain dipublikasikan oleh PERC (Political and Economy Risk Consultancy) yang bepusat di Hongkong pertengahan Maret 2010 lalu. Survey ke 14 negara Asia Pasifik, Singapura merupakan negara terbersih dari korupsi sedangkan Indonesia merupakan negara terkorup dibawah Kamboja, Vietnam, Filipina. Nilainya pun turun drastis dari tahun lalu, dari 8,32 menjadi 9,27 dimana nilai 0 berarti bersih 100% dari korupsi (kebalikan dengan versi CPI). Hal ini menunjukkan bahwa kasus-kasus korupsi di Indonesia tahun ini sudah jauh lebih banyak dan bernilai jauh lebih besar diberitakan daripada tahun sebelumnya.

Nilai PERC untuk negara-negara Asia Pasifik, dengan Amerika Serikat dan Australia sebagai perbandingan:
No. NegaraNilai
1.Singapore 1.42
2. Australia 2.28
3. Hongkong 2.67
4.Amerika Serikat 3.42
5.Jepang 3.49
6.Macau 4.96
7. Korea Selatan 5.98
8. Taiwan 6.28
9. Malaysia 6.47
10.China 6.52
11.India 7.18
12.Thailand 7.60
13.Filipina 8.06
14.Vietnam 8.07
15.Kamboja 9.10
16.Indonesia 9.27


Sejarah telah membuktikan bahwa kejahatan-kejahatan dalam pengelolaan keuangan atau korupsi sudah ada semenjak dahulu kala. Bisa jadi seumuran dengan awal sejarah uang itu sendiri. Seperti halnya penyakit manusia, pelacuran, kriminalitas, penyalahgunaan kekuasaan, dan dosa-dosa lain sejak dahulu kala. Sebaliknya, sejak dikenal sejarah manusia sudah ada ilmu pengobatan, manusia-manusia yang baik hati, yang beriman, yang berdakwah kebenaran, dan kebaikan-kebaikan dan kemuliaan-kemuliaan lain. Orang gemar korupsi maupun pantang korupsi selalu ada dari masa ke masa.

Korupsi tak akan pernah bisa diberantas di muka bumi termasuk di wilayah RI ini, karena banyak orang sudah biasa melakukannya ataupun memikirkannya agar bisa korupsi sebanyak-banyaknya. Anak-anak terbiasa tak mengembalikan uang yang disuruh ortunya untuk beli sesuatu di warung. Kalangan remaja terbiasa secara sembunyi-sembunyi menggunakan HP ortunya tanpa ijin agar jatah pulsanya tetap utuh. Kalopun ketahuan, paling-paling ditegur, ga masuk penjara ini. Kata mereka:
"Korupsi? Siapa takut?!"

Ortupun terbiasa tak meminta bukti lunas pembayaran parkir kendaraan. Entah berapa persen uang hasil pembayaran parkir dari masyarakat yang telah digunakan untuk pembangunan daerah. Banyak orang bermobil sengaja membayar sejumlah uang demi melecehkan peraturan "3 in 1" di sejumlah ruas jalan Ibukota pada jam-jam padat kendaraan, tanpa pernah mikir visi or misi peraturan tersebut dibuat.

Kebanyakan orang pun mikir:
"Halah...semua orang pasti akan korupsi bila ada kesempatan."

Banyak orang korupsi merasa tidak merugikan siapa-siapa. Uang rakyat atau uang negara, ya khan uang saya juga, lah saya ini rakyat juga dan warga negara juga khan?! Kalau bukan saya yang memanfaatkannya, negara akan menggunakannya untuk membeli fasilitas-fasilitas mewah para pejabat yang ga jelas apa manfaatnya bagi saya. Banyak orang sudah menganggap korupsi adalah bagian dari budaya bangsa bahkan bagian dari gaya hidup peradaban manusia Indonesia modern. Makanya ada yg menyebut NKRI is Negara Korupsi Rame-rame se Indonesia.

So hare genee.... ogah korupsi?! Ke laot aj y..... Istilah kate neh...
Segala ikhtiar memusnahkan peradaban korupsi di Indonesia bagaikan menegakkan benang basah... (Padahal benang kering saja sudah sulit sekali ditegakkan, palagi benang basah gan ?!).
Best efforts in vain (weh... kok malah kek judul lagu Rolling Stones ~ Love in Vain)

Namun bagi orang-orang yang beriman tak ada yang mustahil di dunia ini bila Tuhan menghendaki. Tak hanya korupsi yang bisa punah, manusia beserta peradabannya pun bisa punah seketika.

Plato, seorang filsuf asal Yunani, yang hidupnya ditaksir sekitar 427-347 SM, dalam catatannya yang ditulisnya di buku Timaeus dan Critias pada 360 SM menyebutkan bahwa sekitar 9600 SM pernah terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam yang disebutnya benua atau syurga yang hilang atau Atlantis. Atlantis berasal dari bahasa Sansekerta: Atala, yang berarti syurga atau menara pengawas (watch tower) atau letak di ketinggian.

Banyak orang yang mempercayai catatan Plato tersebut sebagai suatu kebenaran. Ada juga yang mempercayai setidaknya Plato punya dasar ilmiah, bukan asplak (asal njeplak). Berdasarkan angka yang diungkapkan Plato tersebut dan berdasarkan angka-angka perhitungan masa hidup nabi-nabi hasil penelitian para pakar kepurbakalaan, berarti tenggelamnya daratan yang juga disebut sebagai syurga Atlantis tersebut terjadi sekitar 4000an tahun sebelum jaman Nabi Adam atau sekitar 6000 tahun sebelum jaman tenggelamnya daratan pada kisah Nabi Nuh.

Para ahli pun banyak yang menelaah dengan berbagai teori, analisa dan hipotesa dimana posisi Atlantis tersebut. Salah satu hipotesa darI seorang profesor fisika nuklir asal Brasil bernama Arysio Nunes dos Santos, atau sering dipanggil sebagai Profesor Arysio Santos. Hasil penelitiannya selama 30 tahun dituangkan dalam bukunya berjudul "Atlantis, The Lost Continent Finally Found -- The Definitifve Localization of Plato's Lost Civilization" yang pertama diterbitkan pada 1 Agustus, 2005.

Menurut hasil riset Prof. Arysio Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. Pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan dipastikannya sebagai pusatnya berada di wilayah Republik Indonesia (yang saat ini).

Salah satu argumennya adalah jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia, di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali. Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar dulunya terletak di wilayah Nusantara itu. Air dan lumpur panas yang berasal semburan gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa yang diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Maka tenggelamlah sebagian benua dan diliputi oleh air asal dari es yang mencair.

Semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi endapan lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan "impossible barrier of mud" (hambatan lumpur yang tak bisa dilalui), atau kanal-kanal yang tak bisa ditembus atau dimasuki lumpur.

Dalam kasus lumpur lapindo di Porong, kabupaten Sidoarjo, pernah dilakukan penginderaan jauh (remote sensing), yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan sistem kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari zaman purbakala. Data ini lebih meyakinkan lagi bahwa syurga yang hilang itu berpusat di wialayah Indonesia.

Menurut legenda, manusia Atlantis adalah makhluk yang memiliki peradaban yang amat tinggi, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian canggihnya. Bisa jadi saking tingginya peradaban manusia di wilayah Indonesia saat itu, maka manusia Indonesia (pada saat itu) secara moral dan budaya sudah pada malu korupsi ataupun berbuat kriminal-kriminal lain yang sudah dipandang sebagai bagian dari budaya manusia purba yang teramat primitif. Namun demikian ada saja orang-orang yang berbuat maksiat dan kemungkaran serta kerusakan di muka bumi sedemikian parahnya, dan punahlah syurga Atlantis beserta manusia dan peradabannya.

0 comments:

Post a Comment