Monday, May 17, 2010

Sindroma Primadona Bini Muda

Sebenarnya saya sedang tak meminati topik-topik yang berbau politik, negara atau rakyat. Bukannya sedang alergi atau paranoid terhadap politik, negara atau rakyat. Hanya saja akhir-akhir ini saya melihat banyak pembahasan soal-soal begituan berpotensi intrik-intrik tebar kedengkian. Baik menebar benih-benih kedengkian terhadap satu atau dua tokoh atau institusi tertentu, atau bahkan dengki terhadap sistem itu sendiri, ya sistem politik, negara ataupun kerakyatan itu sendiri. Akibatnya bisa-bisa berdampak mendorong orang untuk cenderung golput, apatis, EGP, dlsb. Bahkan ada pula yang sampai bangga terkondisikan demikian.

Namun minat pribadi tak selalu bisa kompromi dengan sikon sosial. Ada kalanya pembahasan soal-soal begituan datang tanpa diundang dan hadir tanpa bisa diusir. Tahu-tahu sudah terjebak berada di tengah-tengah obrolan soal begituan. Herannya, teman-teman begitu apdetnya saling melengkapi info antara yang satu dengan yang lainnya. Ooh... saya baru 'ngeh, ternyata belakangan ini sedang ramai polemik soal Sekretariat Gabungan (Sekgab). Ini adalah suatu komunitas koalisi jejaring politik dengan SBY sebagai creator-nya dan saat ini selain PD, ada 5 partai yang sudah join PPP, PKS, PKB, PAN, dan terkakhir Partai Golkar.

Komunitas jejaring politik ini tidak bersifat terbuka. Artinya meskipun partai-partai ingin join atau Like, belum tentu di-confirm. Misalnya Prabowo Subianto pada hari kamis lalu (13/5) di Makasar seusai menghadiri acara pelantikan ketua DPD Partai Gerindra Sulsel menyatakan: "Kalau itu baik dan menjadi agenda Sekber untuk rakyat, saya kira kita akan mengikut, karena pada intinya kita akan selalu mencari titik-titik persamaan atau pertemuan, karena kita ingin mendahulukan kepentingan rakyat...". Bahkan, paska terpilihnya Aburizal Bakrie yang ketua umum Partai Golkar sebagai ketua harian, PKS terang-terangan memohon agar posisi tersebut digilir. Posisi ketua harian Sekgab dipilih sendiri oleh SBY sebagai pendamping utamanya.

Seberapa menjanjikannya kah Sekgab bagi karir para kader partai sampai menjadi polemik sebegitunya? Kabarnya forum Sekgab ini mewadahi konsultasi dan meningkatkan koordinasi antar parpol anggota koalisi yang terpilih. Konsultasi dan koordinasi yang diwadahi Sekgab tidak sebatas pada kerjasama dalam legislatif, melainkan juga eksekutif. @_@

Artinya dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, bisa dikatakan forum Sekgab ini adalah isteri muda SBY dengan komunitas para menteri dalam kabinet sebagai istri tuanya. Hari ini diberitakan SBY menyatakan "forum ini syah". Artinya istri muda tersebut bukan sekedar TTM, selingkuhan ataupun isteri siri.

Konon, sudah menjadi sindrom bini muda dimana-mana bahwa yang datang belakangan langsung menjadi primadona bagi sang suami. Bini muda disini tak hanya berarti secara harfiah, namun bermakna luas. Misalnya anak-anak begitu mendapat mainan baru, maka mainan yang lamanya akan langsung ditinggalkannya begitu saja. Begitu juga bila kita punya motor baru, maka motor baru yang menjadi primadona baik dalam hal pemakaian maupun perawatan dibandingkan motor lamanya yang telah lama setia menemani kita kemana-mana. Bini muda atau mainan baru punya daya tarik yang jauh lebih dahsyat daripada isteri tua atau mainan lama.

Seperti telah disebutkan dalam postingan sebelumnya bahwa daya tarik berbasis ketulusan yang konsisten bisa dahysat daya tariknya, namun masih ada daya tarik lainnya yang tak kalah kuat daya tariknya yaitu 4F yang bisa terbangun dari unsur-unsur Fisik (kecantikan, produk, kemasan, dll), Finansial (diskon, bonus, dll), Fasilitas (service, fitur, kecanggihan, dll), dan Figur (merek, artis atau selebriti primadona, dll).


Sebagai Contoh, Rita Widyasari putri ke2 Pak Kaning ato Syaukani Hasan Rais yg mantan Bupati pertama Kutai Kartanegara atau lebih dikenal sebagai Kukar dan terpidana korupsi sejak 2007 lalu. Meski putri seorang terpidana koruptor dan juga pernah dihebohkan dengan video mesum Belum Ada Judul namun Rita Widyasari tetap memenangkan Pilkada sebagai Bupati Perempuan Pertama Kukar pada awal bulan Mei ini. Kemenangannya tersebut diduga gara2 kuatnya daya tarik faktor 4F tersebut daripada daya tarik ketulusannya membangun warga daerahnya.

Orang akan terpikat kepada daya tarik orang lain bila orang lain tersebut memiliki kemampuan dan kelebihan-kelebihan yang jauh lebih memikat. Apalagi bila barang lamanya sudah lama tak bisa memuaskannya, maka orang akan mencari pelampiasan kekecewaan atau mencari figur baru yang bisa memuaskannya. Bila berhasil menemukan figur baru, maka figur baru tersebut akan langsung menjadi primadona.

Hebatnya daya tarik figur primadona bisa digambarkan bagaikan di acara-acara musik live di tv. Anak-anak dan para remaja ABG akan histeris kegirangan saat artis pujaan hatinya mendadahinya dari atas panggung. Saat ini sudah ada jejaring sosial facebook yang juga dimanfaatkan oleh para artis dan selebriti untuk mempertahankan loyalitas fansnya. Saking hebatnya daya tarik figur artis dan selebriti ini, konon ada fansnya yang sampai rela mengemis-ngemis lewat inbox untuk di-confirm rikues add-nya. Bagi mereka jauh lebih mulia dan membanggakan jadi friend figur idolanya daripada jadi sekian friends sobat-sobitnya.

Selanjutnya para fans akan setia setiap saat buka facebook selalu menyempatkan ngecek wall artis atau seleb idolanya dan tak pernah ketinggalan selalu nge-Tag atau ngomen-ngomenin atau minimal nge-Like or nge-Share ataupun niru-niru apapun status artis idolanya tersebut tanpa pernah ada yang terlewat. Apabila ada komen atau Like-nya yang ditanggapi oleh artis atau seleb yang bersangkutan, maka akan riang gembira bukan kepalang, jauh melebihi keriangan saat ngobrol dengan pacar, teman-teman lain, keluarga ataupun ortu. Bahkan bila timbul rasa kangen karena sang artis idolanya terasa lama ga apdet, maka bisa nekat kirim PM (Private Message) ke figur idolanya tersebut untuk memancing-mancing sapaan sang idola yang dirindukannya.

Jadi mudah terbayangkan bila setelah perwakilan partai terpilih dalam Sekretariat Gabungan, apalagi setelah dinyatakan Setgab sebagai "isteri syah", maka SBY ditengarai akan lebih memanjakan figur baru bernama Sekgab ini dalam pelaksanaan sebagai eksekutif sehari-hari. Isteri pertama, yang tergabung dalam kabinet, tak akan bisa protes meskipun andaikata dalam hati mereka tak menyetujui tindakan SBY mengambil pendamping kedua. Mereka sudah nyadar sendiri performanya selama ini, bisa jadi saat ini daya tariknya sudah jauh menyusut, apakah daya tarik fisik, layanannya ataupun daya tarik lain-lainnya yang kalah jauh memuaskan daripada "bini muda".

Sindroma primadona bini muda ini tak hanya terjadi antara kabinet vs. Sekgab, namun juga dalam Sekgab sendiri. Partai Golkar yang terakhir datang sebagai isteri ke-5 pun langsung menjadi primadona dengan indikasi dipilihnya Aburizal Bakrie sebagai ketua harian pelaksana pendampig presiden. Meskipun secara official Sekgab tak patut "memanggil" para menteri, namun telah dinyatakan bahwa Sekgab berhak "mengundang" para menteri. Namun sebaliknya, tak ada pernyataan apakah para menteri berhak ataukah tidak memanggil atau mengundang para anggota Sekgab. Sebagai bini muda yang berstatus syah, selain memperoleh kemesraan yang lebih juga mendapatkan hak untuk mengatur isteri tua agar bisa lebih memuaskan untuk kepentingan politik, negara dan rakyat.

Sedangkan bagi para menteri sebagai isteri tua, saat ini yang bisa dilakukan adalah pasrah saja atas keputusan pilihan presiden dengan mengakui kehebatan bini muda. Bila tak mau mengalah namun masih pengen tetap jadi menteri, maka alternatifnya adalah bagaimana bisa mengalahkan atau setidaknya bisa mengimbangi kepuasan yang diberikan oleh bini muda. Kalau mengacu ke postingan sebelum ini, dedikasi penuh ketulusan bisa mengalahkan pesona-pesona daya tarik lainnya. Artinya bila isteri tua mau dan bisa berdedikasi penuh ketulusan dalam mengabdi ala film The Blind Side itu, maka ada kemungkinan isteri tua akan memenangkan simpati. Bila bini muda juga tak kalah tangguhnya dengan istri tua dalam bersaing memenangkan simpati maka yang terjadi adalah pertarungan uji ketangguhan.

Mirip dengan berita PILKADA Kediri 12 Mei 2010 lalu dimana Haryanti sebagai istri syah bupati Kediri Sutrisno bersaing dengan Nurlaila yang dipandang masyarakat sebagai isteri sirinya. Meskipun Nurlaila pernah secara lisan membantah sebagai isteri siri dan menyatakan dirinya berstatus janda berdasarkan KTP, namun beliau tak menggugat ke pengadilan untuk menjernihkan citranya dan membuktikan dirinya bukanlah isteri siri dari Sutrisno. Tentu saja, meskipun sebagai "yang kedua" bukan lantas Nurlaila bisa dianggap remeh ketangguhannya, setidaknya dia telah membuktikan ketangguhannya dalam memikat hati seorang bupati. Namun bagaimanapun sayangnya Sutrisno terhadap isteri sirinya, rupanya masyarakat Kediri masih lebih memihak istri syah.

Belajar dari masyarakat Kediri ini, belum tentu bini muda memenangkan simpati masyarakat luas. Namun isteri tua pun tak bisa berleha-leha lagi bila tak mau dilupakan atau ditinggalkan sama sekali. Jika tak mau dimadu dan jika merasa tak mampu menaklukkan kompetitornya, ya cerai atau mengundurkan diri saja sebagai jalan untuk melupakan dan meninggalkan yang sedang tergila-gila dengan bini baru atau mainan barunya daripada menunggu-nunggunya sampai bosan dengan bini baru atau mainan barunya tersebut. Lebih baik priceless daripada prideless.

5 comments:

  1. Ya begitulah politik praktis, selalu mempunyai obyektivitas yang subyektif demi kepentingan dirinya dan kelompoknya. Jikalau kita sudah tidak bisa berpandangan netral dan berfihak kita sudah mulai melangkah masuk ke dalam politik praktis.

    Mengenai istri muda vs istri tua, dikaitkan dengan politik menurut saya PRIBADI bagi pemilih yang baik tidak perlu melihat status apakah ia istri muda atau istri tua. Jikalau kapabilitasnya lebih bagus istri tua ya kita seyogianya memilih istri yang tua, kalau kapabilitasnya lebih bagus istri muda ya kita seyogianya memilih istri yang muda (dalam kapabilitas kita sebagai pemilih dalam pilkada dsb loh!) tanpa memandang status. Kalau tidak ada yang bagus?? Hmmm ya itu terserah deh.. :D

    ReplyDelete
  2. weh pak Yari.. ini mah lebih memperjelas. Yup, ilmu or sistem politik, negara n kerakyatan ga pernah salah, yg salah tuh oknum2nya. Jikalau sudah mengandung pro sini or anti sana berarti dah terjebak dlm politik praktis.

    Iya, klo dlm hal pengabdian org banyak masih memandang status or predikat drpd kapabilitias. Itu cuman dugaan sy aja kok, klo mayoritas masyarakat Kediri masih lebih memilih yg berstatus istri tua.

    Ngomong2 soal PRIBADI, tulisan ini sebenarnya lebih ditujukan sbg cerminan PRIBADI saja dg blajar dr sikon sosial di lingkungan kita agar sy PRIBADI ga terlalu terpedaya bila ketemu "bini baru" atau "mainan baru" yg biasanya punya daya pikat jauh luar biasa spt contoh dahsyatnya daya pikat figur artis or selebriti itu. Lah klo sudah terlanjur terperdaya biasanya khan bisa ngorbanin or numbalin apa saja, penginnya memanjakan mainan barunya terus sampai bosan, entah kapan nantinya.

    Makasih Pak Yari n salam :)

    ReplyDelete
  3. btw mengenai istri muda vs istri siri dlm kancah perpolitikan Kediri tsb, sy baru baca koran The Jakarta Post pagi ini halaman 1. Isrti syah menang dg 54,58%, sedang istri siri di posisi ke 3 dg 8,37% dr 1,173,325 suara syah.
    Meski pernah membantah scr lisan ke para wartawan pernah berstatus istri (siri) dr Pak Sutrisno, tapi disitu Nurlaila mengakui bhw Bapak (Mr. Sutrisno)SMS beliau sebagaimana biasanya, seperti mengingatkan jangan sampai lupa minum vitaminnya :)

    Berdasar riset Lingkaran Survey Indonesia, banyak pendukung Nurlaila yg pindah ke Haryanti karena mereka memandang Haryanti sebagai korban poligami (jadi bukan hanya dugaan sy aja).

    Masih mnrt koran ini, Nurlaila sedang menyiapkan gugatan untuk Haryanti namun mnrt pengakuannya gugatannya tsb bukan berdasar syah tidaknya pernihakahannya dg ex pimpinan pemerintah daerah yg syah, melainkan berdasarkan penyalahgunaan fasilitas pemerintah daerah ... :D

    ReplyDelete
  4. kalau menurut sy, istri muda atau istri tua, itu
    tinggal pinter2nya wanita menjaga & membawakan diri aja. mo tua, kalau tua-tua keladi? atau makin tua makin berisi? kelapa tua aja konon santannya makin kental... walo es dugan atau kelapa muda sangat nikmat dan seger bikin kesemsem pas bulan puasa..
    btw, ini ngomongin apa sih? kok jadi ke es kelapa muda? hihihi :P

    ReplyDelete
  5. hahaha.... makasih, disini pas mulai ujan! (halah, tambah ga nyambung lagi)

    ReplyDelete