Wednesday, May 20, 2009

Ancaman Marabahaya Rokok

Barangkali...... saat sang fotografer memotret anak kecil ini waktu itu ndak kebayang sama sekali kalo suatu saat kelak anak cucunya bakal jadi salah satu dari segelintir Asian Godfathers berkat usaha tembakau.

Suspected grand father of one of Asian Godfather
Tembakau tidak selalu identik dengan rokok, dan pengusaha tembakau belum tentu seorang perokok. Salah satu buktinya, pada acara pameran dan konferensi World Tobacco Asia 2009 22-24 April 2009 lalu di Nusa Dua, Bali, di hotel resmi konggres yaitu The Westin Resort Nusa Dua. Semua non-smoking room penuh terisi tamu-tamu peserta konggres. Sisa kamar yang masih available semuanya smoking room.

Orang yang biasa merokok tentunya tak nyaman berada di ruangan dilarang merokok. Begitu pula sebaliknya.

Beberapa hari lalu saat jam makan siang hujan turun sehingga saia dan teman-teman 'terpaksa' memilih makan siang di sebuah restoran kecil di dekat kantor. Banyak teman-teman kurang menyukai restoran ini dengan alasan kurang nyaman untuk merokok. Sehingga yang kerap terjadi mereka memesan makan di restoran ini namun makannya di kafe starbak intel (sekitar gerobak indomie telor). Bagi saia sendiri sih gak begitu masalah selain harganya saja yang relatip mahal untuk standard makan siang karyawan. Mosok es teh manis Rp. 4000,-?! Berat di ongkos!

Enaknya, disitu ber-AC dan ada TV-nya sehingga kita bisa nonton berita siang. Salah satu berita menarik siang itu adalah pejabat-pejabat bule paska kunjungannya ke bu mentri perdagangan Mari Elka Pangestu diwawancarai. Mereka dengan amat antusiasnya berusaha meyakinkan pewawancara dan para pemirsa TV dimanapun anda berada, bagaimana pentingnya standarisasi dalam industri rokok kretek.

Antusiasme bule-bule di TV tersebut mudah difahami. Volume rokok nasional 226-232 miliar batang. Dari sini rokok putih hanyalah 25,1 miliar batang, sisanya adalah rokok kretek. Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek ini amatlah spesial dan jenis tembakaunya hanya ada di Indonesia. Itupun di setiap daerah berbeda-beda cita rasanya, yang populer adalah tembakau dari Temanggung, Besuki, Madura dan Garut. Industri rokok kretek ini bisa menyerap tembakau rakyat dari 1,8 juta petani.

Kretek merupakan penyumbang cukai rokok terbesar yaitu 90 persen dari total cukai rokok. Selain penyumbang pemasukan pajak dalam negeri, expor rokok kretek pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Data expor tahun 2006 saja mencapai US$ 282,2 juta atau Rp 2,6 triliun.

Dengan demikian bagi kalangan prinsipal merek rokok putih dari luar negeri sulit sekali melumpuhkan industri rokok kretek dalam negeri. Meskipun berbagai lobi tingkat tinggi dan penggiringan opini masyarakat telah dilakukan demi menaikkan oplah rokok putih di Indonesia.

Sebagai misal, terbitnya Peraturan Pemerintah No. 81/1999 yang direvisi dengan No. 38/2000 yang mensyaratkan kadar kandungan tar dan nikotin pada tembakau rokok: 1,5 miligram dan 20 miligram. Peraturan ini jelas tak masuk akal karena secara teori maupun praktek adalah mustahil persyaratan ini bisa dipenuhi oleh rokok kretek manapun di dunia. Hal ini berbeda dengan rokok putih yang sudah lama mempunyai standar spesifikasi ini.

Dari sisi teknologi pun belum ada mesin yang bisa menciptakan rokok kretek yang bisa memenuhi persyaratan PP tersebut. Andaikatapun dibuat mesin dengan teknologi tersebut belum tentu bisa terjangkau oleh para pengusaha rokok kretek yang pada umumnya industri kecil yang jumlahnya 799 perusahaan: 3 besar, 6 menengah, 357 kecil, dan 433 kecil sekali.

Daripada lama-lama hancur gara-gara bertarung terus melawan lobi-lobi tingkat tinggi industri rokok putih maka Putera Sampoerna menjual aja sekalian seluruh saham keluarga (40%) PT. HM Sampoerna Tbk kepada Philip Morris International (PMI) pada Maret 2005 senilai Rp 18,5 triliun pada Maret 2005. PMI yang selama ini lebih dikenal produk rokok putihnya bermerek Marlboro saat ini menguasai 97,95% saham PT. HM Sampoerna Tbk. Padahal kinerjja HM Sampoerna pada 2004 itu sedang pada posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Menguasai posisi ketiga pangsa pasar rokok setelah Gudang Garam Kediri dan Djarum Kudus.

Selain bahaya kandungan nikotin pada rokok kretek bagi kesehatan, banyak orang berpendapat baik rokok kretek maupun rokok putih sama-sama amat berbahaya bagi keuangan. Memang... merokok belum tentu beli sendiri, namun membeli rokok secara rutin adalah pemborosan semata dimana uangnya seharusnya bisa ditabung untuk membeli keperluan yang jauh lebih bermanfaat.

Pada saat itu di Jakarta sedang panas amat teriknya. Ada 2 orang lelaki sedang menunggu bis kota di sebuah halte bis. Tak berapa lama kemudian salah satunya merokok dan ketika mencoba ramah menawarkan kepada orang satunya ditolak dengan alasan tidak merokok. Lama-lama untuk memecahkan kesunyian orang yang tidak merokok pun tak tahan untuk iseng ngajak ngobrol.

- Eh mas... sudah berapa lama merokok?
+ Dah lama, ng... taonan lah
- Situ kerja udah berapa tahun?
+ Sejak saya hijrah ke Jakarta, 5 taonan ada lah
- Hmmm.... situ sehari habis berapa bungkus?
+ Gak banyak paling juga sebungkus lah
- Waaah.... sebungkus kok ga banyak sih? Harga sebungkus itu berapa, let's say Rp. 10.000,- per hari. Kalikan jumlah hari 30 trus kalikan 12 bulan. Habis itu kalikan 5 tahun.


Kemudian dengan HP-nya orang itu menghitung secara kalkulator. Sambil ngliatin hasilnya ke si perokok, ia berujar:

- Wow!.... liat nih mas... 18 juta rupiah!! Coba kalo mas ga merokok, duitnya udah bisa buat beli motor, gak perlu kepanasan nunggu bis kek gini khan?!

+ Eh, ngomong-ngomong... situ udah kerja berapa taon sih?
- Sama, 5 tahunan
+ Sudah berapa lama situ berhenti merokok?
- Akh... saya gak pernah merokok
+ Lhah...... trus ngapain situ ikut-ikutan kepanasan nunggu bis disini??

- ?!@#$%&*


--- ---- ---


Diluar segi keuangan, sebenernya tanpa berbagai program kampanye, fatwa haram ataupun peraturan akan bahaya rokok terhadap kesehatan, sejak dulu kala orang sudah menyadari betapa bahayanya rokok.

Pada zaman dahulu kala tersebutlah ada tiga orang sahabat petualang. Mereka selalu bersama kemana saja mereka pergi. Namun ketiga-tiganya memiliki kegemaran yang amat berlainan. Sebut saja nama samarannya (semua bukan nama sebenarnya)

Si A. Joni Bondon: gemar main perempuan
Si B. Joni Walker: peminum segala minuman keras
Si C. Joni Kretek: perokok berat segala jenis rokok

Suatu hari ketiga sahabat ini berpetualang ke sebuah pulau terpencil menemukan sebuah kendi (bagai cerita Aladin). Secara iseng-iseng, salah seorang mengambilnya lalu meng-gosok2kan kendi tersebut.

Sejurus kemudian asap keluar dari corong kendi tersebut dan wooo......
secara perlahan berganti menjadi satu makluk yang menyeramkan yakni sesosok jin yang besar dan sangar. Lalu jin tersebut tertawa terbahak-bahak:

"Hua ha ha ha... cengkyu yaa.... kalian telah memerdekakanku dari kendi terkutuk itu. Sebagai balas jasa aku akan penuhi permintaan kalian. Silahkan sebut saja apa kemauanmu masing-masing."

Ketiga sahabat yang pada mulanya panik ketakutan, lama-lama mulai tenang kembali bahkan merasa gembira atas tawaran jin tersebut. Mereka pun termenung dan berpikir untuk memanfaatkan keajaiban didepan mata yang mungkin hanya sekali mereka jumpai dalam sepanjang hidup mereka.

Berkatalah si A,
"Aku mau segala jenis perempuan-perempuan nan cantik jelita dari berbagai penjuru dunia dan jangan ganggu saya dalam sebuah gua tertutup selama 5 tahun"

Pufff ........!!
Dalam sekejap mata jin memenuhi permintaan si A.

Berkata si B,
"Aku mau segala jenis arak dari berbagai penjuru dunia untuk saya nikmati sendiri dalam sebuah gua tertutup selama 5 tahun"

Pufff .......... !!
Dalam sekejap mata jin memenuhi permintaan si B.

Berkata si C,
"Aku mau segala jenis rokok dari seluruh penjuru dunia untuk saya nikmati sendiri dalam sebuah gua tertutup selama 5 tahun"

Pufff ........... !!
Dalam sekejap mata jin itu memenuhi permintaan si C.



Setelah 5 tahun, maka jin tersebut kembali untuk menepati janji membukakan pintu gua masing-masing.

Si jin pergi ke gua si A dan membuka pintu gua.
Si A, ketika keluar dari gua dengan keadaan kurus kering, berjalan pun sempoyongan dan lutut pun tak sanggup digerakkan karena selama ini hanya memuaskan nafsu birahi dengan perempuan-perempuan saja.
Tiba-tiba si A pun jatuh ke tanah lalu mati.

Setelah itu jin pergi ke gua si B dan membuka pintu gua.
Si B, ketika keluar dari gua dengan perut yang sangat buncit, berjalan pun terhuyung-huyung dan mata pun nyaris tak bisa terbuka, mabok berat banget karena selama ini hanya mabuk-mabukan saja.
Tiba-tiba si B pun jatuh ke tanah lalu mati.

Setelah itu jin pergi ke gua si C dan membuka pintu gua.
Si C keluar dalam keadaan sehat wal afiat dan bahkan bisa menampar-nampar si jin sambil memaki-makinya dengan lantangnya:
"JIN GUOBLOOOKK!!!... KOREKNYA MANA??"




Tuh khaaan..... terbukti rokok apapun tidak berbahaya bagi kesehatan.....
.... sepanjang tidak ada korek. Jadi... mana yang lebih berbahaya: rokok atau korek?

2 comments:

  1. jiakakkakaka.....lucu :lol:
    iyah yan9 bahaya ya koreknya ya eheheh

    ReplyDelete
  2. Mohon ijin aku share di FB aku ya mas... bagus nih tulisannya :D

    ReplyDelete