Sunday, November 12, 2006

Kendaraan Siap Banjir

 Kendaraan Kendaraan Siap Siap Banjir"Soni! Soni! Soni!... kalo gede mau naik apa?"

Ini adalah sepenggal bait plesetan dari lagu Susan (Ria Ernes) tapi lebih diperuntukan buat anak laki-laki. Entah anaknya yang seneng mobil-mobilan ataukah Bapaknya yang seneng mobil beneran.

Di banyak kalangan terutama di kota-kota besar, laki-laki suka merasa kendaraan menunjukkan bonafid tidaknya dirinya, perusahaannya atau orangtuanya. Bagi karyawan yang wajib pergi-pulang ke kantor setiap hari kerja, maka kendaraan merupakan modal utama produktivitas. Apalagi di Jakarta, banyak karyawan yang mengandalkan kendaraan pribadi karena memang fasilitas angkutan umum belum memadai.

Menjelang musim hujan seperti sekarang banyak warga Jakarta yang khawatir bahwa musim hujan adalah musim masalah. Bukan hanya masalah banjir bandang namun juga masalah transportasi saat banjir. Barangkali karena itulah saat ini di jalanan ibukota banyak berseliweran mobil-mobil jenis siap banjir ala Mitsubishi L200 Strada, Ford Ranger, Mazda B2500 Fighter, Nissan Frontier dan Navara, Isuzu D-Max, ....

Mobil-mobil jenis ini selain kokoh dan tinggi untuk melewati banjir, juga dilengkapi dengan bak terbuka di belakang untuk jaga-jaga mengangkut barang-barang yang bisa diselamatkan andaikata rumahnya kebanjiran.

Bagi yang belum mampu beli mobil jenis siap banjir, mungkin tak ada salahnya mempertimbangkan motor siap banjir di pameran motor di JHCC. Meskipun tidak bisa mengangkut banyak barang bila rumahnya kebanjiran, setidaknya bisa sebagai transportasi alternatip jika jalanan banjir dan sulit dilewati kendaraan biasa yang tidak dirancang khusus untuk melewati medan seperti itu.

Naik motor gede tak khawatir tilang
Cari motor trail antisipasi banjir
Harree genneee ke Balai Sidang
Bawa mobil susah ngurusi parkir

Lebih enakan naik ojek, sarana angkutan umum swasta pelat hitam. Bener juga dugaan saya, di pintu masuk Senayan saja mobil sudah antri panjang sekali. Biasanya sih kalo sudah begini, untuk parkirnya saja lama banget karena untuk masuk ke Senayan saja sudah lama, ditambah di dalam Senayan pun cari parkiran tidaklah gampang saking penuhnya. Belum lagi sakit hati dipalakin (mengemis tapi maksa) gali (okem) di area parkiran minimal tiga rebong tanpa karcis, kuitansi atau tanda bukti pembayaran sama sekali!

Kalo pengunjung pameran naik angkutan umum atau jalan kaki, wajar saja mereka nonton pameran motor buat perbandingan mau beli motor. Kalo pun pengunjung naik motor pun saya tak heran, karena mungkin pengin ganti motor yang lebih bagus. Lha kalo pengunjung yang naik mobil sebanyak itu, saya tak yakin apa motivasi mereka selain kurangnya sarana hiburan keluarga yang terjangkau di Jakarta. Bisa jadi mereka ke pameran dalam rangka mencari motor siap banjir, itung-itung sedia payung sebelum hujan.

Namun bagi mereka yang mau cari kendaraan siap banjir barangkali pameran ini tidaklah begitu istimewa. Tidak semua merek memamerkan motor trailnya atau motor yang dirancang khusus untuk jalanan banjir. Kalaupun ada cuma pajangan dan tidak ada harganya. Stand KTM juga tak nampak. Kalau pun saya ikut-ikutan banyak pengunjung lain untuk moto-moto sana-sini, itu bukannya karena saya tertarik terhadap obyek yang saya foto tapi ogah rugi aja karena sama-sama mbayar Rp. 20K untuk masuk pameran.

Oh ya, saya jadi ingat, biasanya tiap minggu ada MX1 di TV. Mendingan nonton TV aja.

2 comments:

  1. aku sih mending ngangkot ajah..tinggal naek, bayar, dah ada sopir yang nganterin mpe tujuan.hihihihi..

    ReplyDelete
  2. Hm... kalau banjir mending naik busway, atau malah ngendon di kantor huwahahaha :))

    ReplyDelete